Dalam situasi yang semakin kritis, Hyunbin dan Hyunseok terjebak dalam lingkaran keputusan yang menghancurkan hati mereka. Di ruang perawatan intensif, Dohyun terbaring lemah, kondisinya semakin memburuk dengan setiap detik yang berlalu. Dokter telah mengungkapkan bahwa tanpa ginjal yang sehat, masa depan Dohyun tergantung pada seutas harapan yang semakin menipis. Semua upaya medis yang mungkin telah dicoba, tetapi prognosisnya semakin suram dan tidak ada jaminan.
Sementara itu, di luar ruang perawatan intensif, Hyunbin dan Hyunseok berdiri dalam ketidakberdayaan yang mendalam. Tatapan mereka saling bertemu, menampilkan kesedihan dan kebingungan yang menyayat hati. Mereka dihadapkan pada pilihan yang tak terbayangkan: mengorbankan nyawa Hyunmin dengan mendonorkan ginjalnya demi menyelamatkan Dohyun, atau terus berjuang untuk menyelamatkan Hyunmin, dengan risiko kehilangan keduanya jika situasinya tidak membaik.
Dr. Kim, wajahnya menunjukkan beban emosional yang besar, mendekati mereka dengan nada suara yang penuh empati dan kesedihan. "Keputusan ini adalah yang terberat dalam hidup kalian," katanya lembut, suaranya bergetar. "Jika kita memilih untuk mendonorkan ginjal Hyunmin, dia mungkin tidak akan bertahan hidup, dan kalian harus siap dengan kemungkinan tersebut. Namun, jika kita terus berjuang untuknya tanpa mendonorkan ginjalnya, kita mungkin akan kehilangan Dohyun, dan Hyunmin juga jika kondisinya semakin memburuk."
Air mata mulai mengalir deras di wajah Hyunbin. "Kami merasa seperti terjebak dalam kegelapan yang tak berujung," isaknya, suaranya pecah oleh rasa sakit. "Kami ingin menyelamatkan keduanya, tapi kami tidak tahu apakah itu mungkin."
Hyunseok menatap ke arah Hyunmin melalui jendela ruang perawatan intensif, wajahnya dipenuhi penderitaan yang mendalam. "Hyunmin telah berjuang dengan segala yang dia miliki," katanya dengan suara penuh kesedihan. "Jika kami memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya, dia mungkin akan pergi dari kami, tetapi Dohyun mungkin mendapatkan kesempatan hidup. Apa yg harus kita lakukan kaaak?"
Sudah pecah, airmata yg sedari tadi dia tahan sekarang terjun bebas tanpa henti. Bagaimana semua ini terjadi kepada kedua adiknya.
--------------
Hyunbin dan Hyunseok mengangguk perlahan, menahan isak tangis. Mereka beranjak ke ruang istirahat, mencoba menenangkan diri sejenak untuk memikirkan keputusan yang harus diambil. Di sana, mereka duduk di kursi dingin, saling berhadapan dengan wajah yang penuh beban dan keputusasaan.
"Hyunmin dan Dohyun," Hyunbin memulai, suaranya bergetar. "Apa yang akan mereka inginkan jika mereka bisa berbicara sekarang? Aku merasa kita harus mempertimbangkan apa yang mereka inginkan."
Hyunseok mengusap air matanya, berusaha keras untuk berpikir jernih. "Aku tahu kita ingin menyelamatkan keduanya, tapi kita juga harus realistis. Jika kita tidak membuat keputusan sekarang, kita mungkin akan kehilangan mereka berdua. Tapi jika kita memilih, kita harus yakin bahwa keputusan kita adalah yang terbaik untuk mereka."
Keduanya kembali ke ruang perawatan intensif, di mana Hyunmin kini terhubung dengan AED. Melihat Hyunmin yang terbaring lemah dengan tubuh yang bergetar setiap kali alat itu berfungsi, hati mereka terasa hancur. Mereka juga melihat Dohyun, yang juga sama sedang berjuang dengan dirinya sendiri.
Hyunbin dan Hyunseok berdiri diam di ambang pintu ruang perawatan intensif, melihat kedua adik mereka dalam keadaan yang sangat kritis. Suasana di dalam ruangan terasa berat dan menyesakkan. Tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan beban emosional yang mereka rasakan saat ini. Keputusan mereka akan menentukan nasib kedua adik yang mereka cintai.
Hyunbin akhirnya berbicara dengan nada yang penuh rasa sakit, "Hyunseok, bagaimana jika kita minta pendapat dari ahli medis lain atau mencari pendapat kedua? Kita mungkin bisa mendapatkan pandangan baru tentang situasi ini."