Hyunmin berbaring di sofa di ruang keluarga, masih merasa lemah setelah insiden pingsannya di pagi hari. Hyunbin dan Hyunseok mengelilinginya dengan perhatian, memastikan dia merasa nyaman dan mendapatkan istirahat yang cukup. Mereka memilih untuk tinggal di rumah untuk mengawasi kondisi Hyunmin, sementara Hyunmin sendiri masih terus memikirkan bagaimana dia akan mengungkapkan kebenaran tentang kondisinya kepada mereka.
Beberapa jam kemudian, suasana di rumah sedikit lebih tenang. Hyunmin merasa sedikit lebih baik setelah istirahat, meskipun dia masih merasakan sesak di dadanya yang datang dan pergi. Dia duduk di ruang keluarga, menggenggam botol obat di tangannya sambil memperhatikan ketenangan yang dipancarkan oleh kakak-kakaknya.
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan Dohyun masuk, mengenakan seragam sekolah dengan ekspresi lelah di wajahnya. "kak, aku pulang," katanya dengan lembut, melihat keadaan di ruang keluarga.
Hyunseok segera menghampiri Dohyun dengan senyum, "Hai, Dohyun. Bagaimana hari sekolahmu?"
Dohyun menjawab dengan singkat, "Baik-baik saja."
Hyunmin menatap Dohyun dengan pandangan campuran antara rasa cemas dan ingin membagi beban yang dia rasakan. Namun, setiap kali dia hendak bicara, dia merasa ragu. Dia tidak ingin mengganggu Dohyun dengan masalahnya sendiri, terlebih lagi setelah melihat betapa lelahnya kakaknya itu.
Sementara itu, Hyunbin membawa Dohyun ke dapur untuk memberinya camilan. Hyunmin tetap diam di sofa, merenungkan langkah selanjutnya yang harus diambil. Pikirannya kembali ke hasil pemeriksaan dan rencana perawatan yang harus dia jalani, tetapi yang paling membebani adalah bagaimana cara dia mengungkapkan semua ini kepada keluarganya.
Beberapa menit berlalu, Hyunseok kembali ke ruang keluarga setelah memberi makan Dohyun. "Hyunmin, apakah kamu merasa lebih baik sekarang?" tanyanya dengan nada lembut.
Hyunmin mengangguk pelan, "Iya, sedikit."
Hyunseok duduk di sebelah Hyunmin, mengambil napas dalam sebelum berbicara lagi. "Kamu tadi pagi... kamu pingsan. Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya bahwa kamu merasa tidak enak?" tanyanya dengan nada khawatir.
Hyunmin menundukkan pandangannya. "Aku tidak ingin merepotkan kalian. Lagipula, aku pikir ini hanya masalah kecil," jawabnya pelan.
Hyunseok meletakkan tangannya di bahu Hyunmin dengan lembut. "Kamu tahu kami selalu ada untukmu, kan? Jangan sembunyikan apa pun lagi, bagikan dengan kami, Hyunmin."
"Abang,.. " Panggil hyunmin sedikit lirih dan ragu. Mengumpulkan keberanian nya untuk menceritakan semuanya karena dia sudah terlalu banyak berbohong. Hyunseok menolah dan menaruh perhatian penuh menunggu Hyunmin melanjutkan kalimatnya.
"abang aku sebenarnya.. " "Dohyun!!!!!! " Suara keras dari Hyunbin mengalihkan perhatian. Dohyun pingsan saat sedang membantu Hyunbin mengambil beberapa camilan untuk mereka nikmati bersama di ruang TV.
Hyunmin dan Hyunseok segera berbalik saat mereka mendengar suara teriakan dari dapur. Dohyun tergeletak tak sadarkan diri di lantai, camilan yang dibawanya berserakan di sekitarnya. Hyunbin dengan cepat memeriksa keadaan adiknya sementara Hyunseok mengambil ponselnya untuk segera menghubungi ambulans.
"Dohyun, bangunlah," ucap Hyunbin dengan suara khawatir, mencoba membangunkan adiknya dari pingsannya.
Hyunmin, yang terkejut dengan insiden ini, berdiri dengan gemetar dari sofa. Dia merasa berkecamuk antara keinginan untuk memberitahu kakak-kakaknya tentang kondisinya sendiri dan kepanikan atas keadaan Dohyun. Meskipun hatinya berdebar keras, dia merasa tidak bisa menyampaikan apa pun pada saat ini.
Hyunseok menemui petugas medis yang datang dengan cepat. Mereka segera mengecek kondisi Dohyun dan membawaannya ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Hyunbin ikut bersama dalam ambulans, sementara Hyunseok kembali ke rumah untuk mengurus segala sesuatunya.