18

85 11 2
                                    

Beberapa hari kemudian, setelah pemulihan Dohyun yang signifikan, dokter akhirnya memberikan izin untuk pulang. Hyunbin dan Hyunseok merasa lega dan bersyukur karena Dohyun sekarang bisa kembali ke rumah. Meskipun masih membutuhkan waktu untuk sepenuhnya pulih, stabilitasnya memungkinkan untuk keluar dari rumah sakit.

Setibanya di rumah, suasana hati Hyunbin dan Hyunseok lebih cerah, meskipun mereka tetap waspada terhadap kondisi Dohyun. Dohyun yang merasa cukup baik, ingin segera bertemu dengan Hyunmin.

Dohyun, yang masih sedikit lelah tetapi penuh semangat, memutuskan untuk menuju kamar Hyunmin. Dengan langkah perlahan dan hati-hati, dia membuka pintu kamar Hyunmin dan melihat adiknya yang sedang duduk di meja belajar, tampak serius menyelesaikan tugas sekolah.

Saat Hyunmin mengangkat kepalanya dan melihat Dohyun berdiri di pintu kamar, ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi campuran keterkejutan dan kebahagiaan. "Dohyun! Kamu sudah pulang!"

Dohyun tersenyum  penuh makna, kemudian perlahan mendekati Hyunmin. Tanpa berkata banyak, Dohyun memeluk Hyunmin dari belakang, merasakan kehangatan dan kedekatan yang sudah lama dirindukannya.

Selama di Rumah sakit Hyunmin tidak diperbolehkan menjenguk Dohyun oleh kakaknya dengan alasan agar Hyunmin tidak kelelahan setelah sekolah.

Hyunmin merasa hangat dan lega saat pelukan itu. Tubuhnya yang lelah terasa lebih ringan, dan rasa sakit di dadanya terasa sedikit teredakan. Dia membalas pelukan Dohyun dengan lembut, berusaha menahan air mata yang hampir menetes. "Aku sangat khawatir tentangmu, Dohyun. Tapi aku senang kamu sudah pulang."

Dohyun memeluk lebih erat, berusaha memberi kenyamanan kepada Hyunmin. "Aku juga khawatir tentangmu. Tapi aku baik-baik saja sekarang. "

------------------

Ketika Dohyun dan Hyunmin berpelukan, suasana penuh emosi mengisi kamar. Namun, Hyunbin yang sebelumnya sibuk di rumah sakit, merasa sedikit khawatir setelah mengingat pesan dokter tentang pentingnya memantau kondisi kesehatan adik-adiknya. Sambil membantu Dohyun untuk beristirahat di kamar, Hyunbin melihat ponselnya yang berisi notifikasi dari jam digital milik Hyunmin.

Hyunbin memeriksa ponselnya dan menemukan rekaman jantung Hyunmin yang dikirimkan oleh jam digital. Terkejut, ia melihat data yang menunjukkan bahwa Hyunmin sering mengalami aritmia, sebuah kondisi di mana detak jantung tidak teratur. Hyunbin merasa ngeri dan khawatir. Ternyata, selama ini Hyunmin sudah mengalami gejala tersebut sendirian di rumah tanpa ada yang menyadarinya.

Hyunbin melihat Hyunmin yang tampak pucat dan sayu, meskipun ia sedang duduk dengan nyaman di kamarnya setelah pelukan hangat dengan Dohyun. Kecemasan Hyunbin semakin meningkat ketika melihat kondisi fisik Hyunmin yang jelas tidak seperti biasanya.

"Hyunmin," panggil Hyunbin lembut tetapi dengan nada cemas. "Bagaimana perasaanmu? Kamu terlihat sangat lelah dan pucat."

Hyunmin menoleh, berusaha tersenyum meskipun wajahnya menunjukkan kelelahan. "Aku hanya sedikit capek, kak. Tidak apa-apa, hanya perlu istirahat." Hyunmin sedikit terkejut dan senang dengan sapaan Kakaknya setelah beberapa hari mendiamkan nya. Tetapi dia tidak mau membuat kakaknya khawatir.

Hyunbin tetap merasa khawatir meskipun Hyunmin mencoba untuk tenang. "Aku baru saja melihat rekaman dari jam digitalmu. Data menunjukkan bahwa kamu sering mengalami aritmia. Itu tidak bisa dianggap sepele. Aku rasa kita perlu segera membawamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut."

Hyunmin merasa cemas mendengar hal itu dan mulai merasakan kembali ketidaknyamanan di dadanya. "Tapi kak, aku sudah merasa lebih baik sekarang."

Ini sering terjadi. Hyunmin memang keras kepala, berusaha mengatasi masalah sendiri tanpa meminta bantuan. Hyunbin saja terkadang tidak mengerti apa yang ada dipikiran adiknya ini.

Hyunmin menghela napas, mencoba meyakinkan kakaknya. "Kak, aku benar-benar hanya butuh istirahat. Aku merasa sedikit lebih baik sekarang, dan aku tidak mau mengganggu semuanya lebih banyak."

Hyunbin melihat keteguhan di wajah adiknya, tetapi rasa cemasnya tidak kunjung surut. "Hyunmin, aku tahu kamu merasa lebih baik, tapi aritmia bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Aku tidak ingin mengambil risiko apapun dengan kesehatanmu."

Hyunmin mengerutkan dahi, merasa frustrasi. "Aku mengerti, tapi aku sangat lelah dan hanya ingin istirahat, biarkan aku tidur."

Hyunbin mengamati Hyunmin dengan cermat, merasa bingung antara rasa sayang dan kekhawatiran yang mendalam. Namun, melihat betapa kelelahan adiknya, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, Hyunmin. Tapi jika kamu merasa lebih buruk , kita harus segera pergi ke rumah sakit. Aku akan tetap memantau kamu."

Hyunmin tersenyum lemah dan mengangguk, merasa sedikit lega. Dengan lembut, ia merebahkan diri di tempat tidurnya, berusaha untuk menutup matanya dan beristirahat. Hyunbin duduk di kursi sebelah tempat tidur, menjaga agar Hyunmin tetap dalam pengawasan sambil berusaha menjaga ketenangan.

-----------------

Sementara itu, Dohyun memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat setelah beberapa hari yang melelahkan. Dengan perlahan, ia memasuki kamar dan menutup pintu dengan lembut, menghindari kebisingan agar tidak mengganggu Hyunmin. Dohyun merebahkan diri di tempat tidur, merasa kelelahan setelah perjalanan emosional dan fisik yang baru saja ia lalui.

Selama beberapa jam berikutnya, Hyunbin terus memeriksa Hyunmin, mengamati setiap perubahan dengan penuh perhatian. Meskipun Hyunmin tampaknya lebih tenang, Hyunbin tetap tidak bisa sepenuhnya tenang, khawatir dengan kemungkinan terburuk. Ia merasakan beban tanggung jawab yang berat, tetapi berusaha tetap kuat untuk adiknya.

Ketika pagi menjelang, suasana rumah tampak tenang dan damai. Namun, di balik ketenangan tersebut, Hyunbin dan Dohyun serta Hyunseok masih merasa gelisah. Hyunbin memeriksa keadaan Hyunmin lagi dan melihat bahwa meskipun adiknya tampak sedikit lebih segar, dia masih menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang membuatnya khawatir.

Dohyun yang sudah beristirahat cukup baik setelah pulang dari rumah sakit, memutuskan untuk membantu Hyunbin dalam memantau Hyunmin. Ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan ringan dan menyiapkan beberapa obat-obatan serta air untuk Hyunmin, berharap itu bisa membantu adiknya merasa lebih baik.

Setelah sarapan, Dohyun dan Hyunbin memastikan Hyunmin makan dengan baik dan mengonsumsi obat-obatan yang diperlukan. Meskipun Hyunmin merasa sedikit lebih baik, kelelahan yang dialaminya membuatnya sulit untuk beraktivitas dengan normal. Hyunbin dan Dohyun terus memantau keadaan adiknya dengan penuh perhatian.

Hyunbin mengingatkan Hyunmin untuk tidak terlalu memaksakan diri dan mengambil waktu istirahat yang cukup. "Jangan ragu untuk beristirahat jika kamu merasa lelah. Aku akan ada di sini untuk membantu jika kamu membutuhkannya. Ini juga berlaku untuk mu Dohyun, jangan sekali kali kamu mengulangi atau melupakan jadwal cuci darah dan kontrol ke rumah sakit"

Dohyun mengangguk, memahami kekhawatiran Hyunbin. Meskipun dirinya masih merasa lelah, ia tahu betapa pentingnya untuk mematuhi saran medis. "Terima kasih kak. Aku akan menjaga jadwal cuci darah dan kontrol ke rumah sakit dengan baik," katanya, berusaha memberikan jaminan kepada kakaknya.

Setelah sarapan, Dohyun dan Hyunbin kembali ke kamar Hyunmin untuk memantau kondisinya. Mereka memastikan Hyunmin sudah minum obat. Hyunmin merasa sedikit lebih baik setelah sarapan. "Aku tahu aku tidak boleh terlalu memaksakan diri," kata Hyunmin dengan lembut, "Tapi aku ingin mencoba pergi ke sekolah untuk bertemu teman-temanku dan mengambil beberapa tugas yang tertunda."

Hyunbin mengerutkan dahi, merasa ragu-ragu dengan usulan Hyunmin. "Hyunmin, aku mengerti kamu ingin kembali ke sekolah, tapi kondisimu masih belum stabil. Tidak ada salahnya jika kita menunda rencana itu sedikit lebih lama."

Hyunseok, yang baru saja datang dari ruang tamu, ikut bergabung dalam percakapan. "Kakak benar, Hyunmin. Ini bukan tentang kamu tidak bisa kembali ke sekolah, tapi lebih tentang memastikan kamu benar-benar siap dan tidak memaksakan diri. Kesehatanmu harus menjadi prioritas utama."

Hyunmin menghela napas, merasa sedikit frustasi. "Aku tahu kalian khawatir, tapi aku benar-benar merasa sedikit lebih baik. Aku hanya ingin merasakan rutinitas normal lagi, dan mungkin beristirahat di sekolah juga bisa membantu."

Hyunmin bersyukur memiliki kakak yg perhatian, tetapi di satu sisi dia kadang jengah dengan kekhawatiran kakaknya yg kadang berlebihan ini. Dia serasa seperti dikekang, hyunmin tau ini untuk kebaikan nya tetapi dia juga ingin merasakan sedikit kebebasan di umurnya sekarang.

SNU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang