---
Beberapa hari telah berlalu sejak Hyunmin mengalami serangan jantung kedua yang mengancam nyawanya. Dohyun, Hyunbin, dan Hyunseok menghabiskan waktu di ruang perawatan rumah sakit, menjaga dan mendoakan kesembuhan Hyunmin setiap hari. Namun, kondisi Hyunmin tetap tidak kunjung membaik.
Dohyun sendiri juga harus menjalani cuci darah secara teratur karena kondisi ginjalnya yang memburuk . Meskipun fisiknya lemah, dia tetap bersikeras untuk tetap di samping Hyunmin sebanyak yang dia bisa, memberikan dukungan dan cinta pada saudaranya.
Suatu hari, saat Dohyun sedang menjalani sesi cuci darahnya, Hyunbin dan Hyunseok berada di samping tempat tidur Hyunmin yang masih terbaring tak berdaya. Mata mereka terus memandang wajah pucat adik mereka, mencoba mencari tanda-tanda kesadaran yang mungkin saja muncul.
Hyunseok menahan tangisnya saat dia menatap Hyunmin dengan penuh kekhawatiran. "Kenapa dia belum juga sadar, Kak?" gumamnya dengan suara serak.
Hyunbin menggenggam tangan Hyunmin dengan lembut. "Kita harus tetap percaya dan berdoa, Seok. Dia pasti akan bangun," ucapnya dengan suara yang penuh keyakinan, meskipun hatinya juga hancur melihat adiknya yang begitu lemah.
Di ruang sebelah, Dohyun menatap jarum infus yang terpasang di tangannya, mengingatkan dirinya akan kondisi tubuhnya yang rapuh. Namun, pikirannya terus melayang pada Hyunmin. "Tolong, bangunlah, Min. Kami semua membutuhkanmu," bisiknya dalam hati sambil menahan rasa sakit di dadanya.
Sesi cuci darah berjalan dengan lambat, dan setiap detik terasa seperti berjam-jam bagi Dohyun. Dia ingin segera kembali ke sisi Hyunmin, menggenggam tangannya seperti yang selalu dia lakukan.
Tiba-tiba, perawat yang menangani sesi cuci darahnya menghampiri dengan wajah khawatir. "Dohyun-ssi, maaf mengganggu. Ada sesuatu yang perlu Anda ketahui," ucapnya dengan lembut.
Dohyun menoleh, matanya langsung bertemu dengan ekspresi serius perawat. "Ada apa?" tanyanya dengan napas terengah-engah akibat kondisi fisiknya yang lemah.
Perawat menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Hyunmin... ada sedikit perubahan dalam kondisinya."
Dohyun merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa yang terjadi?" gumamnya dengan suara gemetar.
"Detak jantungnya mulai menunjukkan beberapa aktivitas," kata perawat dengan nada yang mencoba menenangkan. "Ini bisa menjadi tanda-tanda kesadaran yang mulai pulih. Keluarga Anda sedang di sana, mereka pasti akan senang mendengar ini."
Dohyun sangat ingin sesi cuci darahnya selasai agai bisa ke ruang perawatan Hyunmin secepatnya. Meskipun tubuhnya lemah, semangatnya sekarang membara dengan harapan bahwa Hyunmin akan bangkit dari tidurnya yang panjang.
Sesampainya di ruang perawatan, Dohyun melihat Hyunbin dan Hyunseok berdiri di sekitar tempat tidur Hyunmin dengan wajah yang penuh harapan. Mereka saling berpandangan ketika Dohyun masuk dengan langkah gemetar.
"Hyunmin, adikku..." bisik Dohyun dengan suara serak, mencoba memanggil kesadaran Hyunmin.
Hyunseok menoleh dengan senyum lebar di wajahnya. "Dohyun, lihatlah!" ucapnya dengan suara bergetar.
Di sisi tempat tidur, Hyunmin mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Matanya yang terpejam mulai bergerak perlahan, dan bibirnya bergerak kecil seolah-olah dia mencoba membuka matanya.
"Hyunmin-ah, kami di sini," ucap Hyunbin dengan suara hangat, mencoba menguatkan adik mereka.
Dohyun menggenggam tangan Hyunmin dengan erat, tangis bahagia tak terbendung membasahi pipinya. "Bangunlah, Min. Kami sangat merindukanmu," bisiknya dengan suara yang penuh cinta dan harapan.
Hyunmin, meskipun masih lemah, mulai membuka matanya perlahan. Ekspresinya memancarkan kelelahan, namun senyum kecil terukir di wajahnya saat dia melihat wajah-wajah tersayang di sekeliling tempat tidurnya.
Ini adalah awal dari perjalanan pemulihan yang panjang bagi Hyunmin, tetapi kehadiran keluarganya di sana adalah energi yang dia butuhkan untuk terus maju. Mereka bersama-sama menghadapi ujian berat ini, dengan harapan bahwa mereka akan melewati semuanya bersama-sama, lebih kuat dari sebelumnya.
●○●○●○●○
Setelah beberapa saat, mata Hyunmin akhirnya membuka perlahan-lahan. Dia merasa bingung dan lemah, tetapi hangatnya cahaya yang masuk dari jendela dan kehadiran keluarganya membuatnya merasa lebih tenang. Dia melihat wajah Dohyun yang penuh dengan air mata bahagia, Hyunbin dan Hyunseok yang tersenyum lega kepadanya.
"Min, bagaimana perasaanmu?" tanya Hyunseok dengan suara yang penuh perhatian.
Hyunmin merasakan sesuatu yang berat di dadanya, bukan hanya fisik tetapi juga emosional. "Aku... aku minta maaf," ucapnya dengan suara serak.
Dohyun segera menanggapi, mencoba menenangkan adiknya. "Tidak, Min. Tidak perlu minta maaf. Kami semua hanya khawatir padamu," ucapnya dengan suara lembut.
Hyunbin menyentuh bahu Hyunmin dengan lembut. "Kami sangat bersyukur kau sadar, Min. Kita akan melewati ini bersama-sama," tambahnya dengan suara hangat.
Namun, meskipun keluarganya berusaha memberinya semangat, Hyunmin merasa terpukul oleh perasaan bersalah yang mendalam. Dia merenungkan semua yang telah terjadi, bagaimana kondisinya yang buruk mempengaruhi mereka semua, terutama Dohyun yang juga harus berjuang melawan penyakitnya sendiri.
"Aku... aku membuat kalian khawatir. Aku tidak bisa menjaga kesehatanku sendiri," ucap Hyunmin dengan suara yang penuh penyesalan.
Hyunseok menggeleng lembut. "Kita semua ada di sini untukmu, Min. Kita adalah keluarga, kita saling mendukung," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Dohyun memeluk Hyunmin dengan erat, mencoba menghapus semua rasa bersalah yang dirasakannya. "Kamu tidak sendiri, Min. Kita akan melalui ini bersama-sama," bisiknya dengan suara yang penuh cinta.
Hyunmin merasa lega melihat kehangatan dan dukungan keluarganya. Meskipun masih lemah, dia merasa lebih kuat dengan mereka di sisinya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih memperhatikan kesehatannya, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk mereka yang begitu peduli padanya.
Mereka semua duduk di sekitar tempat tidur, merangkul satu sama lain dalam keheningan yang hangat. Mereka tahu perjalanan pemulihan Hyunmin tidak akan mudah, tetapi bersama, mereka yakin mereka bisa melewati semuanya. Ini adalah awal dari babak baru dalam kehidupan mereka, di mana cinta, dukungan, dan kesatuan keluarga adalah kunci untuk mengatasi segala rintangan yang mungkin datang.
Setiap harinya membawa perubahan yang lambat namun pasti bagi Hyunmin. Keluarganya terus memberikan dukungan tak kenal lelah, dan setiap kemajuan kecil dalam kondisinya menjadi sumber kebahagiaan dan harapan yang besar bagi mereka semua.
Beberapa minggu setelah Hyunmin mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran, kondisinya mulai membaik secara signifikan. Dia masih perlu banyak istirahat dan perawatan intensif, namun cahaya harapan semakin terang bagi keluarga yang telah melalui begitu banyak bersama.
Dohyun, meskipun harus mengatasi tantangan dengan kesehatannya sendiri, tidak pernah absen dari sisi Hyunmin. Dia tetap tegar dan kuat, memberikan dukungan moril dan fisik pada adiknya yang sedang pulih. Sesi cuci darahnya tetap berjalan, namun pikirannya selalu melayang pada Hyunmin, yang kini semakin kuat dalam perjuangannya.
Hyunbin dan Hyunseok, sementara itu, juga tidak pernah meninggalkan Hyunmin sendirian. Mereka selalu ada di sekitarnya, membawakan buku-buku favoritnya, memutar lagu-lagu kesukaannya, dan bahkan kadang-kadang bercanda untuk membuat suasana hati Hyunmin menjadi lebih cerah.