31 - Stalker

937 174 28
                                    

Saat ini (Name) berada di ruang kerja DG. Awalnya ia membayangkan ruangan ini akan berwujud super aesthetic seperti ruangan CEO kaya raya yang pernah dilihatnya di pinterest.

Tapi anggapan itu salah besar, faktanya ruangan ini penuh dengan banyak kardus berisi tumpukan kertas yang sangat berantakan.

Jika diminta mendeskripsikan secara singkat, (Name) akan menjawab 'kapal pecah' tanpa pikir panjang.

Saking berantakannya, (Name) bahkan sampai tak bisa duduk karena sofa yang ada malah disalahgunakan sebagai tempat dokumen.

"Bos," (Name) memanggil DG.

"Hm?"

"Daripada ngurusin stalker, bukannya lebih baik memanggil orang untuk membereskan kertas-kertas ini," ucap (Name) memberi saran.

"Asal kau tau semenjak aku jadi direktur PTJ Entertainment, jam tidurku selalu tidak menentu," balas DG sambil duduk di kursinya.

"Kalau begitu kenapa kau malah repot-repot mengurus stalker," tanya (Name) bingung.

"Karena rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat sepulang kerja malah diganggu oleh stalker, apa penjelasanku cukup?"

"Oh..." (Name) mengangguk paham.

Tok– tok–

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar dan terdengar suara seorang pria, "Saya membawakan dokumen."

"Masuk," balas DG sambil melirik (Name).

'Dia menyuruhku bertingkah seperti sepupu kan?' batin (Name) menebak maksud lirikan DG.

Krieet— pintu terbuka.

Seorang pria berusia 30-an dalam setelan jas rapi memasuki ruangan, kantung mata dibawah matanya sangat mencolok sehingga membuat wajah yang seharusnya tampak lembut berubah menjadi suram.

Bisa ditebak sepertinya orang ini adalah korban dari kerja rodi DG, alias sekertaris nya.

'Dia pasti tersiksa,' batin (Name) prihatin.

"Ini yang anda minta pak, laporan tentang kecelakaan tadi siang—" ucapannya terhenti kala menyadari ada orang lain di ruangan, "..maaf, anda?"

"Aku (Name), sepupu jauhnya," jawab (Name) lancar.

"Begitu, jadi anda adalah anak dari cicitnya kakak kedua nenek neneknya pak direktur yang baru pindah ke Seoul bulan lalu? Salam kenal, nama saya Lee Jaesuk, sekertaris pak direktur," ucap sekertaris Lee sambil tersenyum bisnis.

(Name) terkejut dengan asal-usulnya yang terlalu dibuat-buat. Ia melirik DG untuk meminta penjelasan, tapi DG malah menghindari tatapannya.

"Ah.. haik, senang bertemu denganmu sekertaris Lee," (Name) terpaksa mengiyakan.

"Senang bertemu dengan anda juga, nona (Name)," ia membungkuk sopan, "Jika butuh sesuatu silahkan cari saya."

"Ya, terima kasih."

DG terbatuk palsu, "Ekhem— serahkan dokumennya, kau boleh pergi."

"Ini dia pak, saya permisi," sekertaris Lee menyerahkan dokumen itu dan pamit pergi.

Klik— pintu tertutup.

"Wah.. jadi aku adalah anak dari cicitnya neneknya nenek mu atau apalah itu? Sugoi~" ucap (Name) sarkas.

"Diamlah dan baca ini," DG melemparkan dokumen yang barusan dibawa sekertaris Lee.

(Name) menangkap dokumen itu dan membacanya. Isinya tidak terlalu banyak, hanya sepuluh lembar, itu pun hampir setengahnya berisi lampiran foto, sangat sedikit informasi yang diterangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wibu Masuk LookismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang