Rahasia Kebusukan Mandala

19 7 9
                                    

Beri dia kesempatan, Tuhan
izinkan aku mencintainya, Tuhan
sampai kita menua bersama
-Gallen Angkasa Mandala-

Selesai menerima saran dari
Dokter Wildan. Gallen masuk
ke ruangan UGD. Wajah cantik
istrinya terlihat sangat pucat
bak mayat hidup. Cukup luka
hati Gallen terasa menyakitkan
kali ini.

Andaikan boleh meminta pada
sang pemilik raga. Ingin rasanya
Gallen yang menggantikan posisi
rasa sakitnya Atthalia saat ini.

"Kamu harus bertahan demi aku.
Aku belum siap kehilangan kamu.
Kamu sakit, aku juga ikut sakit.
Hiks ... hiks ...." Gallen menangis
mengelus wajah cantik istrinya
yang belum siuman.

"Len, Atthalia gapapa kan?" tanya
Atthala masuk, ia panik saat tahu
adiknya itu masuk rumah sakit.

"Bang, gue gak bisa bayangkan
seandainya dia pergi ninggalin
kita semua," ucap Gallen dengan
air matanya yang masih menetes
menjawab pertanyaan Atthala.

"Adik gue gak mungkin pergi
tinggalkan kita semua. Gue yakin
dia kuat. Lebih baik kita doakan
untuk kesembuhannya," ujar
Melvin yang juga muncul dan
terkejut mendengar perkataan
Gallen.

"Gue juga maunya begitu tapi
penyakitnya semakin parah.
Kita harus lakukan kemoterapi
secepatnya. Cuma itu satu-satunya
jalan untuk membuat dia bertahan
hidup," pungkas Gallen sembari
menahan rasa sesak di dadanya.

Hening!

Tidak ada suara yang terdengar.
Hanya susana sepi tanpa satu
ucapan keluar dari mulut
Atthala dan Melvin, setelah
Gallen menjelaskan faktanya
tentang penyakitnya Atthalia.

Sedangkan di tempat lain.
Mentari tengah bertemu
Mandala di sebuah restoran
mahal di kota itu.

"Kamu memang bisa Om
andalkan, Mentari. Ini bayaran
yang fantastis untuk kamu,"
ucap Mandala memberikan
beberapa gepok uang merah
padanya.

"Thanks you, Om!" Mentari
senang dengan hasilnya dan
kini dia bisa foya-foya dengan
uang yang diberikan Mandala.

"Sama-Sama. Pokoknya Om
minta kamu jauhkan gadis itu
dari putraku dan buat hidup dia
semakin menderita. Dua kali
lipat uang bayaran yang akan
Om berikan padamu. Jika
kamu berhasil menyingkirkan
dia," kata Mandala tersenyum
smirk dengan rencana jahatnya
untuk menjauhkan Atthalia dari
Gallen.

"Om tenang saja. Aku pastikan
dia akan tersingkir dari hidupnya
Gallen. Deal, aku sekarang terima
uang ini dan aku yakin kalau
rencana kita pasti berhasil, Om."
Tentu saja Mentari menyetujui
rencana busuknya Mandala.

Dari ujung sudut restoran ada
dua mata-mata yang tengah
mengawasi percakapan antara
Mentari dan Mandala. Mereka
tidak tahu dengan kehadiran
dua lelaki yang tengah mengintai
mereka berdua.

"Sumpah ini gila, parah. Ternyata
setelah Gevandra masuk penjara.
Ada lagi dalang yang lain," ucap
Novan pelan tengah menjadi
mata-mata di restoran itu.

"Si Mentari, rese banget. Untung
saja dia cewek kalau dia laki pasti
udah gue hajar," tukas Abimanyu
pelan, ia juga diberikan tugas oleh
Gallen untuk memata-matai
Mentari.

Novan merekam percakapan
Mentari dan pria berjas kantoran
yang tak terlihat jelas olehnya.
Namun, dipastikan lelaki itu
memang bersekongkol dengan
Mentari.

Gallen menerima rekaman video
dari Novan. Gallen melihat jelas
siapa dalang dibalik kejadian
pingsannya Atthalia.

"Gue kira dia seorang ayah yang
baik. Kenyataannya, dia pria
busuk. Anying, gue benci dia."
Gallen tahu siapa pria di dalam
video itu. Terbongkar sudah
rahasia kebusukan Mandala
olehnya. Gallen murka dan
sangat benci lelaki itu meskipun
ia sadar bahwa lelaki itu adalah
ayahnya sendiri.

Suara amukan Gallen menyadarkan
Atthalia dari pingsannya. Sudah
hampir tiga jam lamanya gadis
berambut itu terpejam. Atthalia
mengelus lembut pundak
Gallen yang tengah menunduk
sehabis mengamuk.

Gallen terharu, karena istrinya
itu bangun dan rasanya berjuta
kebahagiaan menyelimutinya
saat ini.

"Ya Allah, terimakasih engkau
kabulkan doa hambamu. Maaf,
tadi aku sempat marah padamu.
Semoga engkau sembuhkan rasa
sakit yang di derita istriku," ucap
Gallen membatin langsung saja
dia naik ke atas brankar dan
memeluk Atthalia yang baru
sadar.

"Suamiku, ini sakit tahu. Ih, peluknya
jangan kenceng-kenceng," rengek
manja Atthalia yang kemudian
Gallen melonggarkan pelukannya.

Cup

"Maaf ya, istriku. Aku terlalu
excited melihat kamu bangun."
Gallen meminta maaf sambil
mengecup lembut keningnya
Atthalia.

"Aku dengar tadi kamu kayaknya
marah. Kenapa?" tanya Atthalia
yang bersandar di dada bidangnya
Gallen.

"Aku kesal sama orang yang udah
bikin kamu celaka, sayang. Kamu
dengar aku, sayang. Pokoknya,
kalau kamu mau pergi kemanapun
harus sama aku terus. Mulai besok
dan seterusnya kamu jangan pernah
jauh-jauh dari aku. Okey!" Gallen
jadi mirip Astrid, dia sangat
cerewet. Atthalia tertawa
mendengar ocehannya.

"Haha! Kamu lucu juga ya, kalau
lagi ngomel-ngomel kayak gini,"
ucap Atthalia tertawa meledeknya.

Gallen gemas mendengarkan
suara tawa istrinya. Inilah yang
Gallen harapkan, dia bisa
membuat Atthalia tersenyum
dan tertawa.

Gallen candu dengan malam itu.
Dia sepertinya, ingin mengulang
malam yang indah itu kalau tidak
ingat di rumah sakit.

Atthalia bahagia dan merasa
sangat beruntung, karena disayangi
Gallen yang selalu ada setiap saat
dia butuhkan. Cukup dengan
memberinya perhatian, baginya
semua itu kebahagiaan.

"Ekhm!" dehem Erik yang baru
datang dan masuk ke ruangan
itu menjenguk Atthalia.

"Astaghfirullah, Rik. Lo kalau
mau masuk ucap salam dulu
dong. Kaget gue," ucap Gallen,
lalu menghela nafas kasar saat
Erik masuk mengagetkannya.

"Assalamualaikum," kata Erik
mengucapkan salam yang
langsung duduk di atas sofa
di dalam ruangan itu.

Erik membawa buah-buahan
yang banyak. Mereka bercanda
dan saling bercerita tentang apa
saja demi menghibur Atthalia.
Atthalia merasa senang dengan
kekonyolan Gallen dan Erik.

Tak berasa waktu semakin malam.
Erik pun pamit pulang. Atthalia
berharap hidupnya bisa bertahan
lebih lama lagi.

"Hati-Hati di jalan, Rik!" ujar
Atthalia dan Gallen kompak.

"Oke, siap pak bos dan ibu bos!"
Erik memberi hormat pada mereka
berdua.

"Udah sana pulang Lo!" ucap
Gallen menggelengkan kepalanya
karena Erik yang kembali masuk
keruangan itu.

"Ada yang ketinggalan, Len. Tadi
gue lupa. Hehe!" Erik terkekeh.

"Bilang aja modus," cibir Gallen
melempar bantal kearah wajah
Erik.

"Terserah apa kata Lo aja deh!"
Erik pasrah dilempari bantal
lalu setelahnya dia pulang.

"Udah dong suamiku. Kasihan
Erik dong. Kok malah dikasih
bantal mukanya."

"Salah sendiri coba. Ngapain dia
masuk. Ganggu aja."

Gallen kesal saat Atthalia membela
Erik daripada dirinya. Mulai lagi
kelakuan Gallen yang hobinya
marah-marah kagak jelas. Sungguh
Atthalia merasa lucu melihat
mimik mukanya Gallen yang
cemberut gara-gara kesal padanya.

"Gak usah cemburu juga keles.
Kamu itu, dasar cowok aneh," ejek
Atthalia yang kemudian Gallen
memeluknya.

Gallen makin gemas dengan
tingkah istrinya sembari
berkata, "Kamu ngeledek
aku. Hm! Aku hukum kamu.
Ih, gemes banget sih!"

Atthalia Gallen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang