Diantara Tiga Pria

29 16 3
                                    

Cinta tak pernah salah
Mengapa Tuhan mengirimkan
Dia untuk menjadi seseorang
yang berarti untuk diriku
-GALLEN ANGKASA MANDALA-

Sudah empat jam berlalu.
Belum ada tanda-tanda
Atthalia sadar. Rasa gelisah
menerpa Gallen yang sejak
tadi memandangi gadis itu.

Gallen iba dan sangat panik
melihat keadaannya. Apalagi
saat tadi ia mendengarkan
percakapan dokter yang
memeriksa keadaan Atthalia.
Hatinya ikut merasakan terluka.

Flashback off

Atthala baru saja sampai di
ruangan dokter. Di rumah
sakit itu ada dokter pribadi
keluarga kakeknya Atthalia.
Dia dokter Wisnu, ia dokter
khusus menangani kasus
penyakit yang Atthalia derita.

Gallen yang baru dari toilet
lewat ke ruangan itu. Gallen
mendengar sedikit percakapan
antara dokter Wisnu dan Atthala.

"Gimana keadaan adik saya
dokter? Apakah keadaannya
baik-baik saja?" tanya Atthala
khawatirkan kondisi Atthalia
pasca operasi.

"Sangat memperihatinkan, Thala.
Setelah saya cek kembali sampel
darahnya. Benjolan di bagian
perut sebelah kanan adikmu
memburuk. Kemungkinan yang
awalnya tumor kini tumbuh
jadi kanker ganas," ungkap Wisnu
selaku dokter pribadi keluarga
Jayendra itu memberikan hasil
laporan pemeriksaan kesehatan
Atthalia.

"Dokter, gak mungkin ini pasti
laporannya salah. Adik saya
gak mungkin terkena kanker,"
lirih Atthala tak kuasa menahan
air matanya yang tiba-tiba
mengalihkan setelah melihat
hasil lab CT-SCAN Atthalia.

"Sudah saya cek tiga kali, Thala.
Hasilnya tetap sama tidak ada
yang tidak mungkin ini sudah
kehendak takdir. Atthalia bisa
melakukan pengobatan secara
kemoterapi jika adikmu ingin
bertahan itu walaupun hasilnya
nanti tipis," jelas Wisnu mengusap
pundak kakak laki-laki Atthalia itu
dengan tatapan prihatin.

"Atthalia kenapa kamu yang harus
sakit? Kenapa bukan kakak aja?"
Ini gak adil buat kamu, hiks."
Gumam batin Atthala merasa
gagal menjadi seorang kakak
untuk Atthala.

Deg

Gallen yang mendengarkan
percakapan dokter Wisnu dengan
Atthala tiba-tiba ikut merasakan
sakit. Mata Gallen berkaca-kaca,
ia tidak ingin menunjukkan rasa
sedihnya. Namun, batinnya tak
mampu menerima tetap saja
air mata itu menetes dengan
sendirinya.

"Atthalia, Lo gak boleh tinggalin
kita semua. Please bertahan
buat gue dan orang-orang yang
Lo sayangi," monolog Gallen.
Lalu setelah itu dia berlari ke
UGD.

Jemari Atthalia terlihat bergerak.
Tetapi kedua matanya masih
dalam keadaan terpejam. Gallen
menggenggam erat tangan gadis
itu sembari mencium keningnya.

Cup

"Ayo bangun, Queen! Lo gak
boleh tidur. Gue ada disini akan
selalu ada buat Lo," bisik Gallen
mencoba membangunkan
Atthalia, agar ia tersadar dari
pingsannya yang sudah cukup
lama hampa empat jam lamanya.

Atthalia Gallen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang