Kembali Pada Pemiliknya

24 6 0
                                    

Aku mencintainya melebihi
nyawaku sendiri, Tuhan
aku mohon jangan ambil
nyawanya, duniaku tanpa
dirinya terasa hambar
-Gallen Angkasa Mandala-

Atthalia menekuk kedua
lututnya. Wajahnya yang
cantik terlihat pucat karena
kedinginan. Atthalia juga
menahan penyakitnya yang
semakin memperburuk
keadaan. Kadar darah dan
oksigen dalam paru-parunya
melemah.

Hanya air mata dan doa yang
ia ucapkan dalam hati. Gallen
tengah mencoba melepaskan
ikatan tali yang mengikat pada
kedua tangannya.

Gallen tidak akan memaafkan
dirinya sendiri, jika terjadi
sesuatu yang tidak ia inginkan
pada istrinya. Gallen dijaga
ketat oleh kedua bodyguard
Mandala di ruangan itu.

"Gue harus cari cara keluar
dari tempat ini," pikirnya.

Naufal, Novan, Erik dan
Abimanyu mencoba masuk
ke perusahaan industri milik
Mandala diam-diam. Mereka
menolong Gallen dan Atthalia.

Akses masuk ke perusahaan itu
sangat sulit. Mereka berempat
harus cari akal agar tidak ketahuan.
Salah satu pintu rahasia hanya
ada diujung sudut lorong yang
menghubungkan ke tempat
dimana Gallen dan Atthalia
terperangkap dalam jebakannya
Mandala.

"Ngab, kumaha ieu. Aduh, susah
banget masuk ke dalam," ucap
Abimanyu seperti biasa bicara
dengan logat bahasa sundanya.

"Kagak ngerti gue, Bim. Lo tadi
ngomong apaan sih?" tanya
Novan.

"Masa Lo gak paham sama
bahasanya bang Bimo. Itu,
katanya harus gimana, Van?"
Erik membalas ucapan Novan.
Sedikit paham apa arti dari
bahasa yang Abimanyu ucapkan.

"Oh!" Novan ber'oh ria.

"Syutt! Lo semua diem. Gue tahu
caranya. Kita masuk lewat pintu
rahasia diujung sana," tunjuk
Naufal kearah pintu diujung sana.

Novan, Erik dan Abimanyu
mengikuti langkahnya Naufal
melewati pintu rahasia itu.
Gallen berhasil membuka
tali itu. Cuma dia harus bisa
mengelabui kedua bodyguard
yang berjaga di depan pintu.

"Aaarhh! Sial." Batin Gallen
mengumpat, saat ia tahu ini
sangat susah untuknya pergi
dari ruangan kerjanya Mandala.

Abyan tidak bisa tinggal diam.
Perasaannya sangat mencemaskan
Atthalia. Astrid coba untuk tenangkan
pikirannya. Mandala tidak pernah
tahu alasan Abyan menjauhkan
Astrid darinya. Masa lalu yang pernah
terjadi hanya tidak ada hubungannya
dengan putrinya.

Seharusnya Mandala dendamnya
pada dirinya bukan putrinya. Tiga
tahun sudah dendam itu masih
membekas di hati Mandala.

Panggilan video call terhubung.
Abyan menerimanya. Disana
Mandala memperlihatkan
wajah putrinya yang terlihat
pucat dalam ruang pendingin.
Rahang Abyan mengeras.

"Mau kamu apakan putriku?
Mandala bajingan! Jangan
sakiti putriku. Cukup Mandala!
Putriku tidak bersalah dalam
hal ini," tekan Abyan yang
sudah kehilangan rasa sabarnya.

"Haha! Kamu lihat putrimu
sangat tersiksa, Abyan. Kalau
kamu ingin dia selamat. Jauhkan
putraku darinya," ancam Mandala
tertawa sinis.

"Ayah macam apa kamu? Harusnya
kamu sadar Mandala. Kebahagiaan
putramu itu hanya ada pada
putriku. Keluarkan putriku dari
ruangan itu," hardik Abyan.

"Mengeluarkan putrimu dari
ruangan pendingin. Okey! Itu
tidak akan pernah terjadi dan
lihatlah baik-baik, Abyan. Dia
sebentar lagi bakal aku-"

Suara panggilan video call
itu terputus tiba-tiba. Entah
apa yang terjadi di sana?
Abyan tidak tahu pasti. Abyan
segera menghubungi polisi
untuk menangkap kejahatan
Mandala.

Naufal berhasil mendobrak
pintu ruangan kerja Mandala.
Naufal membantu Gallen
terlepas dari ikatannya.
Beruntung ada Melvin, Dikta
dan Atthala segera datang
menolong mereka.

Penyerangan besar-besaran
terjadi di perusahaan milik
Mandala. Semua karyawan
di perusahaan itu berlari
keluar dari tempat mereka
bekerja, setelah banyaknya
anak geng motor masuk
menyerang Mandala secara
brutal.

"Mandala Wiraditya, keluar
kamu. Hadapi aku sekarang.
Dasar pengecut!" teriak seorang
pria tua dengan kacamata hitamnya.

Pria tua itu adalah Arkana
Jayendra kakek dari Atthalia.
Sudah sejak lama Arkana
ingin memberi pelajaran
padanya. Mandala sontak
kaget saat melihat sosok
Arkana yang terkenal garang
dan beringas. Pria itu donatur
terbesar di perusahaannya.

"Pak Arkan, ke-kenapa anda
berada disini?" tanya Mandala
terbata-bata.

Bugh

Arkana mendaratkan satu
bogeman mentah di wajah
Mandala sembari berkata,"
"Kamu pria yang tidak tahu
terimakasih. Sudahi dendam
kamu, Mandala. Kamu tahu
siapa gadis yang kau kurung di
ruangan pendingin itu, hah?!"

Deg!"

"Anda tahu darimana kalau
saya-"

"Dengar aku Mandala. Gadis
yang kau kurung itu cucuku.
Kamu berniat melukainya,
jangan harap kamu selamat
di tanganku." Arkana kembali
memotong kata-kata Mandala.

Meski usia Arkana tidak lagi muda.
Sifat sangarnya masih terlihat
menakutkan. Arkana, ia dulunya
seorang ketua geng motor sama
seperti Gallen.

Mandala tercengang mendengar
perkataan Arkana. Mandala
berani mengusik ketenangan
Arkana. Mandala melakukan
sebuah kesalahan besar yang
tidak bisa Arkana maafkan.

"Hajar dia. Siksa dia," titah
Arkana pada para pengawalnya.

"Tuan Arkan, tolong saya minta
maaf, karena telah mengurung
cucumu. Saya mohon jangan
hukum saya."

Permohonan maaf Mandala
tidak digubris Arkana. Mandala
pantas mendapatkan hukuman
itu darinya karena telah mengusik
kebahagiaan Atthalia cucunya.

Gallen segera masuk ke ruang
pendingin. Tubuh Atthalia terbujur
kaku, karena terlalu lama di dalam
sana. Mandala, ayahnya begitu tega
membuat Atthalia mati kedinginan,
hanya karena istrinya dijadikan
sebagai pelampiasan dendamnya
pada Abyan.

Atthalia masih bisa membuka
matanya. Darah segar menetes
dari mulut dan hidungnya. Gallen
terluka melihatnya. Luka ini
terlalu menyakitkan bagi Gallen,
ketika ia harus melihat wanita yang
dicintainya menderita.

"Suamiku, aku mencintaimu.
Aku minta maaf karena belum
bisa buat kamu bahagia. Berjanjilah,
kamu akan selalu bahagia tanpa
aku ada di sisimu," kata Atthalia
dengan suara pelan.

"Sayang, Please! Tolong jangan
bicara seperti ini. Aku juga
mencintaimu. Kamu gak boleh
tinggalkan aku sendirian. Aku
bahagia kalau kamu ada disisi
aku, sayang," tukas Gallen
memberi dekapan hangat pada
tubuh istrinya.

"Tapi, waktuku sudah tiba. Aku
akan bahagia disana. Aku udah
gak kuat, ini sangat sakit. Bimbing
aku untuk ucapin kata syahadat
sekarang, suamiku." Atthalia
memberi isyarat agar Gallen
membantunya mengucapkan
syahadat di detik nafas terakhirnya.

Air mata Gallen mulai luruh dari
ujung kedua sudut matanya. Setetes
cairan bening yang ia coba tahan
kini keluar dengan sendirinya.
"Ya Allah, aku mohon jangan
ambil nyawa istriku, hiks!"

"Bimbing aku suamiku. Ucapkan
syahadatnya biar aku mengikuti,"
ucap Atthalia yang keadaannya
mulai semakin lemah.

"Baiklah, istriku. Ikuti aku pelan-
pelan. Bismillahirrahmanirrahim,
Asyhadu alla illaha illallah
waasyhadu anna muhammad
darrasulullah." Sepatah kata
syahadat terucap dari mulut
Gallen yang kemudian diikuti
pelan Atthalia dengan lancar.

"Asyhadu alla illaha illallah
waasyhadu anna muhammad
darrasulullah." Perlahan mata
Atthalia terpejam dengan wajah
cantiknya yang bercahaya.

Gallen menangis histeris mendekap
erat tubuh kaku Atthalia yang kini
telah kembali pada pemiliknya
"Atthalia ... kenapa kamu harus
pergi meninggalkan aku secepat
ini sayang? Atthalia istriku, aku
sangat mencintaimu sayang.





Atthalia Gallen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang