Pesta Kemenangan

13 5 0
                                    

Dunia ini hanya tentang dia,
karena dia teman hidup
yang akan selamanya
menemaniku hingga nanti
menua bersama
-Gallen Angkasa Mandala-

Selesai acara pertandingan
di sekolah, Gallen berkumpul
bersama dengan satu tim
komunitasnya merayakan
pesta kemenangan atas
keberhasilan acara tersebut.
Karena sekolah mereka
unggul mendapatkan juara
satu pada salah satu lomba
tersebut.

Markas mereka dihiasi
pernak-pernik yang indah
namun sederhana. Ditambah
para anggota komunitas yang
kompak. Mereka antusias
dengan pesta yang diadakan.

Gallen sebagai ketua mereka
sangat bangga dengan para
anggotanya yang selalu jujur
aktif dalam kegiatan sosial,
serta tetap cinta damai sebagai
misi utamanya.

"Kita bersulang untuk hasil
kemenangan kita," ucap Gallen
mengangkat gelas minuman
sebagai tanda acara pesta
dimulai.

"Bersulang!"

"Oke, bersulang!"

"Mari kita bersulang!"

"Bersulang sebagai wujud
rasa syukur!"

"Alhamdulillah kita bersulang
dengan penuh semangat!"

Terdengar ucapan baik dari
semua para anggota komunitas
yang Gallen pimpin. Terlebih
lagi usia komunitasnya sudah
hampir empat tahun berjalan
dari usia Gallen berusia 15 tahun.

Satu hal yang paling Gallen
bahagia cuma satu yaitu
memiliki istri yang cantik,
ramah, lembut dan baik
terhadap siapa saja terkecuali
kepada orang yang membencinya
alias haters.

"Langitnya indah banget, ya!"
gumam Atthalia yang tengah
berada di pelukan Gallen di
atas rooftof markasnya.

Cup

Gallen sangat gemas dengan
pipi lembut istrinya. Rasanya
bikin candu tak ingin berhenti
memberinya ciuman. "Indah!
Sangat indah kayak kamu,"
goda Gallen menciuminya.

"Kebiasaan ya suka cium aku
sembarangan tanpa izin,"
omel Atthalia tapi hatinya
sangat bahagia.

"Ya gapapa dong! Kan udah
halal juga. Aku gemes tahu," ucap
Gallen kembali mengecup
pipinya berulang kali.

"Malam ini aku bahagia banget.
Karena bisa lihat banyak bintang
diatas sana. Mungkin, suatu saat
nanti aku udah gak akan bisa lihat
bintang itu lagi. Karena, sejatinya
tempat aku kembali nanti itu
diatas sana," ucap Atthalia sontak
membuat Gallen tidak rela
mendengar penjelasan yang
istrinya ucapkan, seolah-olah
wanita di pelukannya ini akan
pergi.

"Hey! Kok ngomongnya kayak
gitu. Syutt! Jangan bicara lagi
soal itu. Aku belum siap untuk
kehilangan kamu," tutur Gallen
merasa ketakutan jika Atthalia
istri yang ia sayangi pergi untuk
selamanya dari hidupnya.

"Tapi seandainya aku udah gak
ada di dunia ini kamu jangan
sedih karena kehilangan aku.
Kamu bisa kok cari penggantinya
yang lebih segala-galanya dariku,"
pungkas Atthalia berbalik arah
menghadap wajah Gallen.

"Enggak! Enggak sayang. Stop!
Aku tak mau kamu bicara lagi.
Gak ada yang akan menggantikan
posisi kamu di hati aku, meskipun
kamu nantinya pergi dari aku."
Gallen merasa sesak, ia tidak
sanggup menerima kenyataan,
jika semua yang istrinya katakan
itu terjadi.

Tiba-Tiba air matanya Gallen
menetes dan ia memeluk erat
istrinya, lalu mengecup puncak
kepalanya tak membiarkan
melepaskannya. Hatinya
risau, jiwanya rapuh tak berdaya.

Andaikan dirinya bisa meminta.
Lebih baik ia yang kesakitan
daripada melihat wanita yang
ia sayangi menderita.

"Ya Allah, tolong izinkan istriku
hidup lebih lama lagi. Aku mohon
padamu, biarkan dia bahagia
selamanya denganku hingga
menua usia kami berdua." Doa
Gallen untuk Atthalia.

Hawa cuaca mulai terasa
dingin. Gallen segera membawa
istrinya ke markasnya. Sejak
dari atas rooftof pikiran Gallen
gelisah memikirkan cara agar
Atthalia bisa sembuh dari
penyakitnya.

Untuk sementara Atthalia tidur
di salah satu kamar yang ada
di ruangan markas itu. Gallen
menyelimuti tubuh istrinya
dan memberi kecupan hangat
pada keningnya.

Setelah itu, ia keluar dari kamar
dan menyandarkan tubuhnya di
atas sofa ditemani Naufal sahabat
dekatnya.

"Lo ngerokok lagi, Len?" tanya
Naufal.

"Otak gue lagi stress, Fal. Gue
gak bisa berpikir jernih. Pikiran
gue gak fokus," jawab Gallen
sembari menghisap rokok di
tangannya.

"Mikirin apa sih? Siapa tahu gue
bisa cari jalan keluarnya?" tanya
Naufal lagi.

"Lo gak akan ngerti apa yang lagi
gue rasain? Nyesek, Fal sampai ke
jantung," sahut Gallen sambil
membuang puntung rokok yang
udah hampir habis satu bungkus.

"Lo gak usah sembunyikan apa
yang lagi Lo rasain? Gue siap kok
nampung masalah yang lagi Lo
hadapi. Lo lupa kalau kita kan
sahabat," kata Naufal memberi
semangat padanya.

Pada akhirnya, Gallen menceritakan
keluh kesahnya tentang kondisi
penyakit Atthalia yang semakin
memburuk. Dua minggu yang lalu
Atthalia sempat pingsan dan
kembali masuk rumah sakit.

Dokter Wildan mengatakan
kanker yang Atthalia derita sudah
tahap stadium lanjut atau akhir.
Dunia Gallen seakan runtuh saat
itu. Kenapa saat ia mulai bahagia?
Tuhan seakan tidak adil.

Wanita yang dulu ia benci, lalu kini
hadir menjadi bagian hidupnya
harus sakit. Itulah, yang Gallen
rasakan saat ini, sungguh hatinya
ketakutan jika Atthalia pergi
meninggalkannya.

"Astaghfirullah, Len yang bener.
Atthalia sakit kanker. Kenapa Lo
gak bilang sama kita semua kalau
istri Lo sakit parah? Lo harus sabar.
Kita cari jalan keluarnya biar istri
Lo bisa sembuh, walaupun rasanya
mustahil Atthalia bisa bertahan
hidup lebih lama. Gue jadi ikutan
sedih ngelihat Lo kayak gini," jelas
Naufal bicara panjang lebar.

"Sakit, Fal. Gue bisa ngerasain
gimana rasanya dia harus cek
up darah tiap hari. Lo tahu gak
dia dulu tolongin gue, Fal. Dia
yang donorin ginjalnya sebelah
buat gue. Berkat dia gue masih
hidup bertahan. Tapi dia-"
Ucapan Gallen dipotong Naufal.
Naufal merasakan rasa sakit
yang Gallen rasakan.

"Gue kira Lo gak bakalan mewek.
Baru kali ini gue lihat Lo nangis.
Please, Gallen Lo jangan cengeng.
Gue ikutan mewek juga kayak Lo."
Melihat Gallen menangis hati
Naufal terenyuh ikutan nangis
juga.

"Sedih gue. Tuhan gak adil tahu
sama gue. Gue bahagia bisa cinta
sama Atthalia. Tapi gue sakit melihat
dia kesakitan," imbuh Gallen, lalu
mengusap kedua sudut air matanya
karena menangisi kesedihannya.

Naufal sebagai sahabatnya ikut
khawatir melihat kondisi Atthalia.
Gadis sebaik dirinya harus selalu
dipenuhi dengan penderitaan.

"Lo tidur sana. Temani istri Lo.
Kasihan dia, kalau gak Lo temani
biar gue gantiin tidur sama istri
Lo yang cantik nya kayak bidadari.
Boleh kagak," canda Naufal.

"Sialan, Lo Fal. Itu mah Lo-nya
aja yang cari kesempatan dalam
kesempitan. Gak ada yang boleh
sentuh dia kecuali gue," pekik
Gallen menatap sengit Naufal.

"Serem amat sih ngambeknya.
Cuma bercandhya doang. Ampe
segitunya marah Lo sama gue."
Naufal terkekeh gara-gara
candaannya, Gallen ketuanya
itu tengah marah padanya.

Karena tak ingin bertengkar
dengan Naufal. Gallen kembali
ke kamarnya. Kali ini ia naik
ke atas ranjang dan tidur
sambil memeluk erat tubuh
Atthalia istrinya.

Sebelum tidur, Gallen
membisikkan sesuatu ke
surai telinganya Atthalia.
"I love you, sayang. Gue
gak mau Lo pergi. Yang
gue mau Lo harus bertahan."


Atthalia Gallen (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang