Alaska merasa tegang saat menyadari bahwa ia harus berbagi mobil dengan Malik untuk menjemput Kanaya. Masih terbayang bagaimana awal pertemuan mereka, sikap Alaska begitu angkuh dan sekali laki-laki itu malah membutuhkan bantuannya.
"Terpaksa aku ikut dengan kamu karena nggak tahu alamat Kanaya sekarang!" gumam Alaska dengan sedikit kekesalan. Ia tidak senang dengan situasi ini dan merasa bahwa ia terpaksa bergantung pada Malik.
Malik mendecih. "Bukan waktunya untuk berdebat, Alaska. Kanaya butuh kita sekarang."
"Baiklah." Alaska mengalah. Dia memilih untuk diam dan menerima situasi ini, meskipun hatinya masih terasa tegang
Perjalanan dimulai dan mobil melaju melintasi jalan-jalan kota yang ramai. Alaska hanya fokus memikirkan bagaimana dia bisa sampai ke tempat tujuan dan menjemput Kanaya tanpa ada niat untuk membuka percakapan, meskipun hanya obrolan kecil.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, mobil akhirnya berhenti di sebuah rumah sederhana dengan pagar bambu. Tempat itu adalah rumah Mbok Dayu, tempat Kanaya tinggal sekarang. Alaska memandang rumah itu sebentar.
"Ini rumahnya?" tanya Alaska, melepaskan sabuk pengaman dan memperhatikan rumah itu dengan saksama.
Malik mengangguk, mematikan mesin mobil dan membuka pintu. "Ya, ini rumah Mbok Dayu. Kanaya tinggal di sini sejak kemarin."
Alaska segera turun. Dia melangkah cepat. Mbok Dayu ada di depan rumah, tahu kalau Malik sudah datang. Namun, dia cukup terkejut karena ada satu sosok laki-laki lagi yang ikut bersamanya.
"Kanaya ada di sini?" tanya Alaska.
"Ada, Den." Mbok Dayu menjawab.
"Saya boleh masuk?" tanya Alaska.
Mbok Dayu, meski kikuk tetap mengizinkan Alaska untuk masuk. Pria itu dengan panik memanggil-manggil nama Kanaya sambil berjalan di dalam rumah Mbok Dayu.
Tidak berselang lama, Malik masuk ke dalam rumah Mbok Dayu dan sadar kalau Alaska sudah kurang sopan santun.
"Itu suaminya Kanaya, Mbok." Malik menjelaskan sebelum ditanya.
Mbok Dayu hanya mengangguk. Perempuan itu sudah menduga sudah pasti itu suaminya Kanaya. Bisa dilihat dari rautnya yang cemas. Pasti pria itu khawatir karena mendengar kabar Kanaya sakit .
"Kanaya!" Alaska memanggil. Entahlah istrinya dengar atau tidak. Yang jelas, saat pria itu melihatnya ke kamar, dia tetap nyaman berbaring bergulung selimut.
"Kanaya?" Alaska sekarang sudah berada di dekat Kanaya, kemudian secara lembut pria itu menyentuh bahu istrinya, membuat perlahan mata wanita tersebut terbuka.
Mata Kanaya menunjukkan pertanyaan besar, kenapa Alaska ada di sini sekarang. Namun, yang membuat Kanaya semakin terkejut adalah wajah pria itu terlihat pucat. Jauh lebih pucat daripada Kanaya sendiri yang sedang dalam kondisi yang lemah.
Alaska, dengan napas yang terengah-engah, mencoba mengajak bicara. "Mana yang sakit?"
Kali ini bukan cuma bertanya, dia bahkan menyentuh kening Kanaya untuk memastikan suhu.
Istrinya demam, membuat Alaska semakin cemas.
Kanaya tetap diam menatap Alaska. Tangannya bergerak akan menjawab pertanyaan Alaska, tetapi suaminya segera menggenggam tangan Kanaya.
"Nggak usah banyak gerak, kamu lagi sakit. Nanti saja kalau sudah sehat, baru kita ngobrol." Alaska berujar sembari tetap menggengam tangan Kanaya.
Kanaya merasa jantungnya berdebar hebat karena sentuhan itu. Namun, rasa penasaran perempuan itu tidak bisa dibendung.
![](https://img.wattpad.com/cover/373915093-288-k60371.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
RomanceSetelah Kanaya pergi, Alaska baru sadar kalau dia jatuh cinta pada istrinya yang tidak sempurna itu. Bahkan, sebenarnya setelah malam pertama mereka benih-benih cinta sudah tumbuh di hati Alaska