"Saya nggak mau kamu menemui Arini!" tegas Alaska saat Kanaya meminta izin padanya. Pria itu bahkan sampai bangun dari tempat duduk, menyugar rambut sebelum akhirnya bicara lagi di depan Kanaya.
"Kamu mau saya meniduri kamu setiap malam, saya lakukan itu. Kamu mau saya temani ke mana saja, sampai melakukan hal konyol juga, saya mau. Apa masih kamu harus menyeret Arini dalam urusan kita?"
Kanaya bisa menangkap jelas kalau Alaska tengah marah padanya kali ini.
"Mau nggak mau ...." Kanaya berhenti sejenak menggerakkan tangannya saat berbahasa isyarat untuk mengambil napas sejenak dan dia menatap Alaska, "Arini memang akan terseret dalam hubungan ini. Saya mau bertemu dia dan biarkan kami bicara."
"Apa yang mau kamu bicarakan?"
Kanaya tidak bisa menjawab. "Hanya pembicaraan dua wanita. Saya janji nggak akan menyakiti atau mengintervensi Arini. Kamu nggak perlu takut dan juga nggak perlu tahu apa yang saya akan bicarakan dengan dia."
Alaska diam.
"Sebagai istri yang tahu suaminya dekat dengan wanita lain, saya punya hak untuk berontak. Tapi, saya beri tahu kamu, supaya kamu nggak kaget dan kamu masih bisa percaya dengan saya."
Sungguh, Kanaya itu bisa membuat Alaska tidak bisa mendebatnya lagi
☘️☘️☘️
"Arini, ada yang mencari kamu?" Sinta teman kerja Arini memberitahukan pada gadis itu kalau ada seorang wanita yang mencarinya.
Arini bertanya, "Siapa yang mencariku?"
"Kurang tahu juga. Dia cuma menitipkan memo, supaya aku bilang padamu untuk menemuinya setelah selesai kerja."
Arini membaca memo tersebut. Ternyata pesannya adalah meminta supaya dia mau menemuinya. Berhubung pekerjaan sudah selesai, Arini segera membereskan toko kemudian keluar.
Betapa terkejutnya Arini ketika tahu kalau wanita yang menemuinya itu adalah Kanaya. Untuk beberapa saat dia hanya bisa tercengang.
Menyadari kalau Kanaya tidak bisa bicara, Arini menggunakan ponselnya untuk bisa berkomunikasi.
"Kamu mencariku?"
Kanaya tersenyum. "Naiklah ke mobil, saya akan mentraktirmu makan malam sekalian."
Arini bergeming.
Kanaya lantas meraih tangannya, menggandeng Arini untuk segera masuk mobilnya. Sopir yang mengantar Kanaya sigap membukakan pintu.
Kanaya menggerakkan kepalanya pertanda agar Arini mau masuk dengannya. Namun, perempuan itu masih diam.
Kanaya mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Masuklah, saya janji nggak akan menyakitimu."
Arini coba untuk percaya kalau Kanaya tidak berbohong. Perempuan itu masuk ke mobil dan pergi ke sebuah restoran yang cukup mewah dan memilih ruangan privat.
Arini gugup. Tidak bisa dimungkiri kalau dia sendiri takut. Jangan-jangan Kanaya mau mengajak bicara karena perempuan itu tahu selama ini Alaska selalu datang ke rumahnya.
Sebelum Kanaya bicara, Arini meminta maaf.
"Maafin saya." Arini menunduk. "Sumpah saya nggak pernah bermaksud untuk mendekati suami Mbak Kanaya. Berapa kali saya bilang ke Alaska supaya kembali ke Mbak Kanaya, tapi dia selalu datang ke rumah."
"Sumpah saya dengan dia nggak melakukan apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah membiarkan dia sarapan dan juga duduk sebentar di rumah. Tolong, jangan salah paham."
Kanaya meraih jemari Arini, kemudian menggenggamnya. Tangannya terasa sangat dingin tanda kalau dia sedang gugup.
Saat pramusaji datang menanyakan pesanan apa yang mau mereka pesan, Kanaya meminta supaya mereka menyiapkan saja dua porsi menu terbaik sekalian juga minuman terenak di restoran itu.
"Arini, saya ajak kamu makan di sini bukan karena mau menanyakan hubungan kamu dengan Alaska. Saya sudah tahu kok, kalau kalian itu masih saling cinta."
Arini membulat matanya dia menunjukkan ekspresi bingung.
Kanaya hanya menipiskan bibir, kemudian dia menulis lagi. "Saya akan meminta cerai dari Alaska, sebagai gantinya boleh nggak saya minta tolong sama kamu untuk jaga dia sebaik mungkin saat saya nggak ada di sampingnya?"
Arini menggeleng. "Apa maksudnya?"
"Selama 1 bulan ini Alaska sudah memenuhi syarat yang saya ajukan sebelum kami berpisah dan sekarang sebagai bentuk terima kasih saya untuk kebahagiaan yang singkat itu, saya mau kamu menjaga Alaska sebaik-baiknya."
Arini tetap diam.
"Dia agak susah soal makan, asam lambungnya sering kambuh. Kalau sudah bekerja, dia sering lupa waktu. Sikapnya memang kadang-kadang sering dingin kalau dia merasa nggak suka, tapi aku sering memperhatikan dia kelihatan bersedih dan murung."
Kanaya berarti sejenak bicara kemudian dia menatap Arini cukup dalam. Tanpa bisa ditahan air mata wanita itu akhirnya luruh.
"Saya mencintai Alaska, tetapi sudah beberapa kali memperhatikan dia selalu murung dan bersedih. Hati saya benar-benar hancur karena saya bukanlah perempuan yang bisa mengobati rasa sedihnya. Hatinya bukan untuk saya," ujar Kanaya lalu meneruskan, "Kalau kamu mau bertanya gimana perasaan saya pada Alaska, itu nggak bisa dilukiskan. Sejak pertama bertemu dengannya, saya sudah jatuh cinta pada laki-laki itu. Bahkan, saya yang memohon pada papa supaya kami dijodohkan."
"Alaska akan jadi cinta pertama dan terakhir saya. Jadi, saya mau supaya kamu mau menjaganya lebih baik setelah ini. Jangan biarkan dia bersedih lagi. Jangan biarkan dia merasa tertekan lagi. Saya ikhlaskan suami saya untuk kamu."
Arini tidak tahan lagi dan bergeser dari meja cepat-cepat berpindah ke samping Kanaya, membuat wanita yang masih sah menjadi istri Alaska tersebut juga terkejut.
Arini bersimpuh di kaki Kanaya.
"Gimana bisa kamu malah merelakan laki-laki yang kamu cintai dengan perempuan lain?" Arini tersedu sedan. "Aku nggak akan pernah pantas untuk menerima itu. Aku nggak pernah sederajat dengan kalian."
Kananya mengusap air mata Arini.
"Saya lebih rela meninggalkan Alaska karena tahu kamu yang dicintai dia daripada menikah tapi diabaikan."
Arini menyesal sudah masuk dalam hidup Alaska. Arini juga menyesal kenapa dia harus terlahir sebagai yatim piatu dan miskin sehingga harus merelakan dia saat mereka masih saling mencintai. Namun, tidak terbesit sedikit pun di hatinya untuk menghancurkan rumah tangga Alaska dan Kanaya.
Kanaya meminta Arini untuk berdiri, getap Arini masih menolak. Dia akan bersujud di kaki Kanaya agar perempuan itu jangan pernah berpikir akan berpisah dengan Alaska hanya karena si Gadis Miskin seperti Arini.
Kanaya meminta Arini untuk bangun. Dia coba pelan-pelan menggunakan isyarat agar Arini paham.
"Saya sudah cari tahu semua tentang kamu, dan ... saya tahu hatimu jiga tulus. Alaska nggak berbahagia dengan saya, jadi kami saja yang bahagiakan dia."
Arini hanya bisa terisak. Sejenak dia berpikir hatinya akan lebih lega jika Kanaya menampar dan mencacinya. Sekarang, dengan sikapnya yang anggun seperti ini, Arini malah semakin sadar kalau dia memang tidak ada apa-apanya.
"Minggu depan, saya akan mengajukan gugatan cerai dengan Alaska. Arini, mungkin akan jadi hari terakhir saya menemui kamu."
Arini yang terisak hanya bisa membeku mendengarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/373915093-288-k60371.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
RomanceSetelah Kanaya pergi, Alaska baru sadar kalau dia jatuh cinta pada istrinya yang tidak sempurna itu. Bahkan, sebenarnya setelah malam pertama mereka benih-benih cinta sudah tumbuh di hati Alaska