Hari ini, Kanaya akan bertemu dengan seorang perempuan muda yang sudah direkrut dari agensi penyalur pekerja rumah tangga. Kanaya yang memilih sendiri, dia memilih orang yang bisa berkomunikasi dengannya walaupun belum paham bahasa isyarat. Setidaknya, tahu bagaimana harus menghadapi orang yang memiliki kekurangan dalam urusan berbicara seperti dirinya ini.
Lalu, di rumahnya, dia sudah menentukan satu orang yang cocok, dan sekarang Kanaya harus berkenalan dengannya.
Mereka berbincang di ruang tamu, kebetulan hari sudah sore dan Alaska belum pulang dari kantor.
"Kamu tahu kan kalau saya punya kekurangan untuk berkomunikasi tanpa suara?" Kanaya menyampaikan tentang dirinya dia menggunakan bahasa isyarat. Sepertinya Ismi—nama pembantu tersebut—langsung bisa paham dengan apa yang Kanaya katakan.
"Nggak masalah, Nyonya. Justru saya malah suka begini,"
Kanaya mendelik. "Maksudnya kamu nggak perlu dengar omelan saya?"
Ismi menggeleng. "Maaf ya, Nyonya."
Kanaya mengekeh. Ismi gadis yang masih muda. Umurnya sekitar 19 tahun, sudah putus sekolah sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Dan sekarang harus jadi tulang punggung keluarga. Adik-adiknya di kampung yang masih sekolah, dia yang menanggung biayanya.
"Kamu bisa bahasa isyarat?" Kanaya sadar kalau dari tadi dia tidak perlu repot mengetik di ponselnya untuk bicara dengan Ismi.
"Bisa, Nyonya."
"Kenapa kamu bisa bahasa isyarat?" tanya Kanaya.
"Dulu tuh, saya iseng saja, Nya." Ismi menjelaskan. "Waktu itu di kampung, saya lagi nggak punya kerjaan dan iseng-iseng nonton di YouTube. Eh, nggak tahunya malah keterusan."
Kanaya mengacungkan dua jempol. Iseng-iseng Ismi berguna juga. Jadi tidak salah perempuan itu memilihnya.
Kanaya kemudian menjelaskan tentang rumahnya. "Rumah ini cukup luas, ada dua satpam yang menjaga dan satu tukang kebun. Tapi biasanya untuk tukang kebun cuma datang seminggu dua kali. Untukmu, memang cuma ada satu pembantu di sini. Karena saya kurang suka dengan ada orang asing ramai-ramai di rumah."
Ismi mengangguk perlahan, kemudian memperhatikan tempat tinggal Kanaya yang bisa dibilang sangat luas.
"Kamu jangan khawatir, saya sudah pakai alat kebersihan otomatis di sini."
Kanaya kemudian menyebutkan apa saja alat-alat pembersih elektrik di rumah. Mulai dari penyedot debu, penyaring udara, pengepel otomatis dan juga mesin cuci piring. Jadi, Ismi benar-benar hanya tinggal membantu, karena yang untuk mengontrol alat-alat tersebut sudah berfungsi dengan baik.
Kalau begini, Ismi tidak akan terlalu berat menerima bekerja di sini. Apalagi gajian juga lumayan besar.
Baru selesai mereka berbincang, Alaska pulang, Kanaya memasang lampu otomatis. Jadi setiap kali ada orang yang masuk melewati gerbang, maka akan ada lampu yang berkedip di rumahnya dan untuk sore ini, siapa lagi yang datang kalau bukan suaminya.
Kanaya berkata pada Ismi, "Tunggu di sini sebentar, aku akan memperkenalkan suamiku padamu."
Dengan hati yang gembira, Kanaya ke depan, menyambut Alaska. Dia benar-benar istri yang baik sekaligus salihah. Tidak pernah menyadari kalau suaminya itu setengah hati mencintainya.
Setelah mencium tangan suaminya, Kanaya mengambil tas yang Alaska bawa. Mereka jalan berdampingan masuk rumah.
Begitu mereka sampai di ruang tamu. Keduanya berhenti sebentar. Alaska memperhatikan ada sosok asing di sana.
Kanaya berdiri di depan suaminya. Dia menjelaskan soal siapa tamu mereka kali ini.
"Da namanya Ismi, pembantu rumah tangga baru yang akan bekerja di sini untuk membantuku."
Alaska menatapnya sekilas. Ismi bangun, dia mau membungkukkan badan sedikit, lalu memperkenalkan dirinya secara langsung, "Selamat sore, Tuan. Saya Ismi yang akan bekerja di sini."
Alaska langsung bertanya padanya, "Kamu bisa bahasa isyarat atau minimal paham dengan apa yang istri saya katakan?"
"Alhamdulillah Tuan, saya mengerti."
Setelah mendengarnya, Alaska menipiskan bibir, "Bagus kalau begitu, kerjamu di sini akan lebih banyak menemani istri saya ngobrol."
"I-ya, Tuan." Ismi sampai terbata-bata menjawabnya.
Selesai mengatakan, Alaska langsung melangkah menuju lantai atas.
Ismi di sini bingung dengan sikap tuan rumah tersebut, dia itu sebenarnya baik atau tidak senang dengan keberadaannya di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
RomanceSetelah Kanaya pergi, Alaska baru sadar kalau dia jatuh cinta pada istrinya yang tidak sempurna itu. Bahkan, sebenarnya setelah malam pertama mereka benih-benih cinta sudah tumbuh di hati Alaska