FENY

9.1K 25 0
                                    

Di sebuah kampus ternama.

“Okey, anak-anak sekalian, materi kuliah ini akan saya lanjutkan minggu depan. Sampai ketemu lagi, dan selamat siang!” Ucap seorang dosen laki-laki berusia 40-an didepan kelas.

“Selamat siang, Paaak..” serentak para mahasiswa menjawab salam dosen tersebut.

Diantara para mahasiswa itu adalah cewek bernama Feny, gadis berambut lurus hitam legam sepunggung yang duduk dibangku baris paling depan. Seperti temannya yang lain, ia bergegas mengemasi buku dan alat tulisnya kedalam tas ranselnya. Ia tak begitu tertarik mengikuti obrolan-obrolan temannya dikelas dan lebih memilih mendahului keluar kelas. Ia hanya tersenyum pada teman disebelahnya dan yang kebeteluan berpapasan dengannya.

Feny memang memiliki sifat pemalu dan tidak mudah bergaul dengan orang baru. Sejak kecil ia begitu, temannya bisa dihitung dengan jari. Namun saat ini sudah lebih baik, Feny cukup berhasil meningkatkan kepedeannya dimana sebelumnya ia tidak hanya pemalu tapi juga suka minder. Dan kini statusnya adalah seorang mahasiswi semester 3 disebuah perguruan tinggi ternama disebuah kota di Jawa Timur.

Karena sebenarnya Feny adalah gadis yang cerdas. Pengetahuannya cukup luas, bahasa inggrisnya juga bagus. Maklum ia suka membaca. Tontonan media sosialnya lebih banyak tentang pengetahuan, bukan hanya hiburan. Sebanding dengan wajahnya yang manis dan cantik. Tingginya 160 centi dengan berat 55 kg. Tidak kurus namun tidak terlalu gendut. Badannya berisi atau mengkel bahasa jawanya. Kulitnya bersih putih karena rajin perawatan.

Memang sejak kecil segala kebutuhannya terpenuhi. Orang tuanya adalah pedagang yang memiliki toko grosir. Memang mereka bukan termasuk keluarga kaya raya, namun lebih dari cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan, apalagi Feny adalah anak tunggal.

***

Sepulang dari kuliah siang itu, setelah memarkir motor maticnya digarasi, Feny langsung masuk ke rumah namun tidak masuk kamarnya, melainkan duduk dikursi ruang tamu, sejenak terdiam lalu mengecek HP-nya.

Kemudian melepaskan sepatunya, baju kemeja lalu celananya. Sepasang pakaian dalamnya pun tak luput ditanggalkan. Ditaruhnya semua pakaian itu dikursi ruang tamu begitu saja, ia kini tanpa busana, hanya ada sebuah jam tangan smart watch warna merah muda dan kaca mata minus yang menempel ditubuhnya, namun kaca mata kemudian dilepas juga karena ingin mandi. Dengan santai kemudian feny berjalan menuju kamar mandi yang ada dibelakang berjarak 15 meter dari ruang tamu dengan tubuh satu helaipun benang. Rumah Feny adalah rumah model lawas peninggalan kakeknya. Umumnya kamar mandi rumah model lama berada dibelakang rumah dengan bangunan terpisah.

Begitulah Feny. Sejak setahun lalu ia sudah mulai terbiasa melakukan hal tersebut, tentunya ketika kedua orang tuanya sedang tidak di rumah. Jika di rumah sendirian ia seolah tak betah menggunakan busana apa pun. Padahal ketika orang tuanya ada di rumah, ia pun berpakaian amat minimalis seperti hanya atasan singlet tipis yang seperti kekecilan dan tanpa bra hingga tak jarang dua pentilnya nyeplak. Bawahannya juga celana super pendek, bahkan sering juga bawahannya hanya celana dalam.

Papanya seperti tak keberatan karena ia mewajarkan bahwa Feny meniru mamanya dalam gaya berpakaian seperti itu. Namuh awalnya gaya hidup nudis yang sekarang dilakukannya itu terpengaruh oleh temannya yang bernama Liza, teman satu kelasnya di bangku kuliahnya sekarang.

Liza adalah teman Feny yang paling diakrabinya, walau agak janggal karena sebenarnya mereka memiliki kebiasaan dan karakter yang berbeda. Liza adalah anak orang kaya raya yang gaul, suka nongkrong, memiliki banyak teman, dan punya pacar. Sedangkan Feny anak rumahan yang lebih suka menghabiskan waktunya di rumah. Jangankan punya pacar, teman dekatnya ya cuma Liza itu.

Terkadang Feny bertanya-tanya didalam hati, kenapa cewek sekeren Liza mau berteman dekat dengannya. Anak orang kaya, bapaknya pengusaha percetakan sukses dan ibunya kepala dinas suatu instansi daerah, namun mereka sudah bercerai. Bapaknya sudah menikah lagi dan Liza tinggal bersama ibunya.

Liza berwajah cantik, tinggi 168 cm, langsing, kulit kuning langsat mirip cewek tionghoa, modis. Tentunya mudah bagi Liza untuk menjadi bintang yang dikagumi, terutama laki-laki.

Namun mereka merasa punya persamaan satu sama lain, yakni sama-sama anak tunggal dan fashionable. Ya, meskipun tidak gaul, penampilan dan gaya berbusana Feny tidak kalah dengan Liza. Feny punya banyak koleksi pakaian. Mereka juga sama-sama suka berpakaian terbuka, misalnya tank top tanpa lengan yang jika bergerak sangat mudah memperlihatkan perut dan udel. Juga bercelana pendek diatas lutut alias hot pants. Tapi tentunya saat tidak sedang kuliah. Ia tahu banyak soal fashion dari media sosial dan rajin membeli bareng mamanya yang memliki selera yang hampir sama, apalagi mama Feny usianya masih muda, yakni usia 38 tahun tapi sudah punya anak berusia 19 tahun.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang