MENJADI NUDIS

930 7 0
                                    

Setelah menuntaskan nafsu birahi, Feny dan Rony keluar bareng dari kamar berniat ke dapur untuk memasak. Ternyata di dapur sudah ada Dian dan Tony yang sepertinya juga kelaparan.

“Hai, lagi masak apa?” sapa Feny pada dua orang temannya itu.

“Bikin nasi sama telor aja biar cepet. Udah lapar banget soalnya.” Jawab Dian.

Namun Dian dan Tony agak keheranan melihat Feny dan Rony kembali telanjang tanpa baju sama sekali. Melenggang santai dari kamar ke dapur.

“Loh, kok kalian bugil lagi? Habis ngewe yah?” tanya Dian yang saat itu mengenakan kaos tanpa lengan dengan bawahan celana pendek ditemani Tony yang memakai kaos singlet bercelana boxer.

“Iya. Hihihi.." jawab Feny agak malu-malu.

"Trus, kok masih bugil? Mau lanjut ewe di dapur?" Sahut Tony.

"Enggak. Udah lemes, mau makan dulu." Ujar Rony.

"Kita kan udah jadi nudis. Iya kan sayang?" Kata Feny.

“I-iya. Hehe..” jawab Rony agak terbata. Karena sebenarnya tadinya ia mau keluar kamar mengenakan celana pendek namun dilarang oleh Feny. Jadilah Rony juga keluar kamar dengan telanjang bulat seperti Feny.

“Nudis kayak Patrick dan keluarganya dong?” Ujar Tony.

“Iya.” Jawab Feny.

“Serius mau ngikut gaya hidup mereka? Mereka kan kemana-mana bugil. Masak kalian gitu juga?" giliran Dian bertanya.

“Enggaklaah.. aku yakin mereka ditempat umum juga pake baju kok. Ya cuma ditempat-tempat privat aja atau ditempat yang membolehkan nudis." kata Feny.

"Oh, gitu.. ku pikir setelah kita balik kesini, kita juga balik normal kayak sebelumnya lagi.." kata Dian.

"Bebas aja sih.. senyamannya kita aja. Yang pasti diantara kita udah saling mengetahui dan harusnya ini jadi rahasia antara kita aja." tutur Feny.

Ditengah asyiknya pembicaraan tiba-tiba Liza muncul dan langsung nyeletuk, “lagi bahas apa sih seru banget kayaknya?”

“Naaah.. ini liat penampilan bu bos kita.. so sexy!” kata Feny merujuk pada Liza yang juga keluar dari kamar tanpa sehelai pun kain ditubuhnya dan juga dengan santainya.

“Wow..” ucap Tony agak pelan namun Dian mendengarnya.

“Wah, wah…” kata Dian singkat sambil memandang tubuh Liza.

"Kenapa sih? Ada yang aneh?" Ujar Liza.

"Ini, Dian ama Tony, masih heran aja liat orang bugil.. hihihi.." jawab Feny.

“Oh.. Soal kenapa aku bugil, kupikir kita udah sangat akrab dan saling tahu bentuk tubuh kita masing-masing. Jadi pas aku pengen gak pake baju sama sekali ya kupikir kita semua gak ada yang heran. Mungkin Feny ada alasan lain?” kata Liza.

“Sama. Pake baju atau bugil sama aja. Normal. Diantara kita aja ya.. lumayan menghemat cucian baju. Hihihi..” jawab Feny.

“Yap. Suka-suka diri sendirilah.. Yang mau pake baju terserah, yang mau bugil-gil juga terserah..” kata Liza.

Dian dan Tony cuma manggut-manggut dan mereka lalu melanjutkan memasak bersama.

“Didit belum bangun, liz?”

“Belum. Pules banget tidurnya gak tega bangunin..” kata Liza menjawab pertanyaan Feny.

Tak berselang lama masakan pun jadi. Bersamaan dengan itu Didit keluar kamar.

“Nah, tuh dia orangnya.” kata Liza.

“Bisa pas banget sih makanan siap langsung bangun.” kata Feny.

“Meleknya sih udah lama tapi malas bangun. Begitu bau masakan perut langsung lapar. Hehe..” kata Didit sambil menepuk perutnya. Didit juga keluar kamar dengan kondisi telanjang bulat. Senjatanya yang panjang menjuntai bagai ekor namun berada didepan gondal gandul bebas.

Semua makanan dan peralatan sudah dibawa ke meja makan dan semuanya bersiap makan bersama. Tony dan Dian lalu saling berpandangan seolah membicarakan sesuatu. Keduanya yang sudah duduk lalu bersama berdiri beranjak pergi.

“Hey, mau kemana?”

“Tunggu sebentar..” jawab Dian dan Tony kompak.

Keduanya lalu masuk kamar tanpa menutup pintu dan tak lama keluar lagi. Kali ini dengan penampilan berbeda.

“Yeeeeyy…”

Sorakan senang teman-temannya melihat Dian dan Tony kini ikut telanjang bulat tanpa merasa perlu menutupi organ-organ intimnya yang terpampang bebas dipandang. Kontol yang menggantung bebas, payudara yang kedua puting coklatnya merekah indah dan bulu-bulu jembut tipis diatas memek Dian itu dapat dilihat siapapun tanpa perlu ditutupi oleh telapak tangan atau apapun.

“Ingat ya kita gak pernah memaksa kalian. Jika suka lakukan, jika tidak jangan lakukan.” kata Liza.

“Yang pasti aku sama pacarku tertarik ikutan bugil bareng kalian. Kalo kalian selalu bugil, kita juga akan menikmatinya.” ujar Dian diiyakan Tony.

“Kalo aku sih pasti, selama disini, sehelai benang pun gak boleh ada ditubuhku. Hehe..” kata Feny.

“Setuju.” Jawab Liza dengan mantap.

Didit dan Rony tersenyum tanda juga setuju.

“Yang pasti, dengan bugil gil gini melatih kita untuk gak gampang insecure sama anggota tubuh kita sendiri.” Kata Liza.

“Okeyy.. siapa takut..!!” kata Dian diikuti dengan anggukan Tony.

Enam anak muda itu pun tidak pernah lagi memakai pakaian sama sekali selama lima hari di villa itu hingga sampai hari mereka harus meninggalkan tempat itu karena waktu sewa habis dan kembali beraktivitas seperti sedia kala. Cuaca pada waktu-waktu itu juga sangat mendukung untuk menikmati alam dengan tubuh tanpa pakaian.

***

Hari terakhir akhirnya tiba. Setelah beberapa hari mereka beraktivitas apapun di pulau itu tanpa pakaian sama sekali, kini menjelang keberangkatan pulang mereka sudah berpakaian seperti saat datang disini.

Mereka sudah naik kapal penyeberangan diantar dua orang staf. Para staf lapangan itu tentunya tahu tentang ketelanjangan para tamu-nya ini karena Feny dan teman semuanya tidak hanya telanjang bulat didalam villa, namun mereka juga suka berjalan-jalan menyusuri hampir ke setiap sudut pulau juga dengan telanjang bulat, toh itu bukan sesuatu yang terlarang ditempat itu.

Para staf yang mayoritas laki-laki seperti ketiban rejeki dapat melihat tubuh-tubuh seksi cewek-cewek cantik yang masih sangat muda itu tanpa berbalut pakaian sedikitpun. Walaupun mereka juga sudah sering melihat bule wanita telanjang, tapi ini orang indonesia tentu sangat berbeda. Para staf yang perempuan pun demikian. Tidak perlu merasa risih karena sudah biasa. Dan para staf tentu wajib menjaga rahasia itu juga tidak akan menyinggung hal itu sama sekali saat bersama tamunya.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang