KEMBALI

858 8 0
                                    

Saat perpisahan pun tiba. Patrick dan keluarga kecilnya harus kembali ke Prancis, negara tempat tinggalnya saat ini.

Setelah semuanya makan pagi yang agak kesiangan dengan tanpa sehelai pun benang ditubuh untuk terakhir pertemuan mereka. Kini mereka semua telah berpakaian. Didit dan kawan-kawan akhirnya dapat melihat penampilan lain dari Patrick serta Istri dan anaknya karena semenjak ketemu Patrick dan dua perempuannya tersebut tidak pernah berpakaian alias selalu telanjang bulat.

Dua orang staf resort sudah menjemput dan siap mengantar mereka ke dermaga.

Didit dan kawan-kawan juga tengah menyiapkan kapalnya untuk kembali ke villa mereka sendiri yang disewa karena masa sewanya masih beberapa hari lagi. Mereka juga sudah memakai lagi pakaiannya yang seadanya. Didit cuma memakai celana dalam segitiganya dan yang lain bercelana pendek saja. Dan para cewek kembali mengenakan bikininya. Karena hanya itu pakaian yang dibawa mereka dari berangkat berwisata memancing hingga terombang-ambing di lautan sampai akhirnya ditolong dan tinggal di resort yang disewa Patrick.

Lambaian tangan yang mengakhiri momen penuh kenangan itu mengantar kepergian Patrick, Tuti dan Jenny. Didit dan kawan-kawan juga telah berada diatas kapalnya sendiri yang kemarin sempat mogok, kini melaju kencang.

Feny termenung diatas kapal yang melaju, ditengah riuh tawa teman-teman sebayanya yang asyik bercanda. Sebab terlintas dipikirannya tentang sebuah janji pada dirinya sendiri dan juga pada kedua orang tuanya, janji untuk menjaga mahkota kesucian hingga menikah nanti yang tidak ia tunaikan. Ia kini sudah tak perawan. Ia hanya berharap hubungannya dengan Rony akan sampai di pelaminan dan harmonis selamanya.

Meskipun ada sedikit kesedihan, tak dapat dipungkiri Feny kini sangat bahagia. Ia mendapatkan cinta lelaki yang cukup lama didambakan. Bukan itu saja, keinginannya untuk merasakan pengalaman sensasi telanjang bebas di alam terbuka dan berhari-hari tanpa pakaian sehelai pun telah terlaksana.

Bahkan tidak cuma sendirian atau dengan Liza, senior sekaligus partner nudist-nya selama ini. Ia mengalaminya bersama teman yang lain, bertemu orang luar yang asli nudist dari negara nudist dan yang teristimewa tentu saja kekasihnya. Meskipun ia belum tahu apakah Rony mau hidup nudist bersama nantinya.

“Mikirin apa sih sayang, kok diem aja dari tadi?”
Tanya Rony lalu memeluk tubuh gemoy Feny yang berbalut bikini two piece warna putih dari belakang. Kedua tangannya merangkul perut Feny yang agak bulat menggemaskan itu.

“Gak mikirin apa-apa kok sayang, aku cuma ngantuk aja.”
Jawab Feny beralasan walaupun sebenarnya memang cukup ngantuk karena semalam hanya tidur sebentar. Wajar karena sebenarnya Feny adalah anak rumahan yang biasanya jam 8 atau 9 malam sudan tidur.

“Ooh.. aku juga tadinya agak ngantuk sih tapi gara-gara rokok ini jadi melek sekarang. Mau?”
Kata Rony yang merangkul Feny dengan rokok berada disela jari tangannya dan menawari kekasih barunya tersebut untuk merokok juga.

“Aku mau rokok yang ini aja.”
Ujar Feny tiba-tiba tangannya nakal meremas kontol Rony yang tertutup celana pendek tipis dan dari tadi terasa mengganjal dipantatnya.

“Eh eh, kalo yang itu nanti aja, malu diliat orang..” Ujar Rony.

Liza yang mendengar itu tiba-tiba nyeletuk, “Kasih lah, Ron sekarang juga gak apa-apa kok. Gak perlu malu lagi. Nih kayak gini kan Fen yang kamu mau?”

Tiba-tiba Liza memelorotkan celana dalam yang dikenakan Didit hingga turun dibawah dengkulnya. Langsung muncul lah senjata kejantanan Didit.

Dengan cepat Liza meraih batang kekasihnya itu dengan tangannya yang tak butuh waktu lama untuk mengeras lalu memasukkan ke mulutnya dan mengulum dengan gerakan maju mundur. Didit yang tangannya sedang memegang kemudi kapal pun keenakan namun berusaha tetap fokus.

“Buseett.. sumpah aku insecure lihat kontol Didit, kalo ngaceng panjang banget...!” kata Rony.

Feny dengan secepat kilat balik badan dan langsung memelorotkan celana pendek Rony, mudah saja turun karena berbahan kolor dan langsung nampaklah senjata rony yang sudah tegang.

“Kenapa mesti insecure? Punyamu gak kalah bagus dan nikmat sayang..” ujar Feny langsung mengulum batang kejantanan Rony seolah tidak mau kalah dengan Liza.

“Aaahhh…. Oughhhh….” desah Rony cukup keras saat kontolnya diemut Feny yang kini menjelma jadi cewek binal.

Sementara Dian dan Tony hanya senyum sambil geleng kepala menyaksikan kelakuan teman-temannya itu dan yang mereka lakukan kemudian hanya berciuman.

Aksi oral Liza dan Feny tak berlangsung lama karena laju kapal sudah sampai ditepian pulau yang mereka sewa.

“Horeee… akhirnya kita bisa kembali ke tempat ini lagi..” ujar salah satu dari mereka.

“Lega rasanya ya..” timpal yang lain.

Hari yang melelahkan bagi mereka semua, sehingga mereka langsung memilih untuk beristirahat di kamar masing-masing. Feny dan Rony yang tadinya kamar terpisah kini memilih disatu kamar yang sama. Begitu juga dengan Dian dan Tony.

Didalam kamar tentu saja mereka tidak benar-benar langsung beristirahat. Gairah nafsu seksual yang sedang tinggi-tingginya pada mereka semua membawa pada aktivitas yang sama. Mereka seperti lupa kalau belum menikah dan ada resiko hamil walau sperma cowok-cowok itu selalu ditumpahkan diluar vagina ceweknya.

***

Setelah permainan panas berakhir dan langsung tertidur, Feny terbangun disore menjelanpg malam itu karena perutnya merasa lapar. Namun sebelum ke dapur ia memutuskan untuk mandi lebih dulu. Ia sengaja tidak membangunkan pacarnya yang masih tidur disampingnya.

Ditengah asyik menyabuni badan, tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka seseorang yang ternyata Rony, kekasihnya.

“Eh, sayang udah bangun, mau ngapain?” tanya Feny dari bilik shower yang terbuat dari kaca transparan itu.

“Pingin pipis yang.” jawab Rony dengan muka masih mengantuk lalu duduk di closet tanpa mencopot celana lagi karena sudah telanjang bulat sejak berhubungan badan sebelum tidur tadi dan segera mengeluarkan urine-nya dengan semburan yang kencang.

Selesai menuntaskan kencingnya, Rony bukan keluar tapi malah ikut masuk ke bilik dan memeluk Feny dari belakang.

“Mau ikut mandi.” katanya tanpa ditanya.

Feny pun tersenyum. Sepasang anak muda itu sudah seperti pasangan suami istri yang sedang bulan madu. Feny kemudian menyabuni badan Rony dimulai dari dada, perut hingga selangkangan. Tak terlewat kontol yang mulai menegang serta dua kantung zakar yang kini penuh busa sabun.

“Semangat amat sih ini ngaceng mulu. Haha..” ujar Feny sambil mengelus-elus lembut kontol pacarnya itu yang makin tegang.

Rony cuma meringis dan Feny kemudian menyabuni tubuh belakang Rony dari punggung, bokong dan belahannya hingga kaki sampai merata.

“Udah gantian sini, mana sabunnya..” ujar Rony.

“Lho aku kan udah sabunan..”

“Tapi kan bukan aku yang nyabuni..”

“Hmm.. iya deh..” Feny kemudian pasrah melihat Rony menyabuni seluruh tubuhnya. Dalihnya menyabuni, nyatanya Rony asyik bermain. Mulanya dua susu Feny yang jadi sasaran. Payudara bulat besar menawan itu diremas dan dipilin-pilin putingnya hingga mancung mengeras.

Hingga Rony jongkok dan menyabuni pangkal paha. Jarinya telah sampai dilipatan vagina tembem Feny. Beragam gerakan jari dipraktekkan dari area jembut atas hingga bagian bawah batas vagina dan anus.

Feny tersenyum geli melihat kelakuan pacarnya itu lalu ngomong sesuatu, “jembutku perlu kupotong gak yang? Barangkali kamu gak suka yang terlalu gondrong gini, sekalian bantuin nyukur kalo kamu gak suka.”

“Jangan dong, sayang, aku suka jembut kamu gondrong gini. Lihat, sama kan jembutku juga gondrong. Hehe..” kata Rony.

“Iya. Kita ternyata banyak samanya ya..”

“Itulah jodoh.. hehe.. tapi gini ini bukan disabun, tapi dikeramasin pake shampo. Mana samponya biar ku keramasin jembutmu.."

Tak lama setelah itu terjadi lagi peneterasi kontol Rony ke vagina Feny dalam kamar mandi itu. Dengan posisi nungging, lubang vagina Feny disodok berkali-kali oleh kontol Rony dari belakang.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang