TEROMBANG AMBING 3

1.2K 9 0
                                    

“Kami adalah naturist dan disini kami tidak bawa pakaian sehelai pun. Jadi maafkan kami jika mata kalian harus melihat sesuatu yang tidak pantas bagi kalian tapi biasa bagi kami dan kami tidak akan menutupinya dari kalian.” kata Tuti, istri Patrick menjelaskan soal ketelanjangannya untuk yang kedua kali.

Diatas kapal yang berjalan mereka berbincang ringan. Sementara Patrick fokus mengemudikan kapal yang saat itu ombak mulai bergelombang tinggi.

“Di villa nanti kalian juga akan telanjang seperti ini?” tanya Rony.

“Ya tentu saja.” Jenny menyela menjawab pertanyaan Rony.

“Kami baru akan berpakaian saat perjalanan pulang dari tempat ini ke negara kami. Dan setibanya disana kami akan melepasnya lagi seperti ini.” kata Tuti, ibunya Jenny menambahkan.

“Tentu kami tidak ada masalah dengan itu. Yang perlu kami lakukan hanyalah berterima kasih atas bantuan kalian. Jika tidak ada kalian, entah apa jadinya kami. Betulkan teman-teman?” kata Didit.

“Betuuull” jawab teman-teman Didit serempak.

Namun Dian satu-satunya yang merasa kurang nyaman dengan keadaan itu. Melihat puting susu hingga kelamin di selangkangan berkeliaran bebas tanpa tertutup, dia merasa sangat aneh. Tapi Tony terus mendampingi dan merangkulnya mencoba membuatnya santai dan selayaknya senang seperti teman yang lain karena mereka semua telah selamat dari malapetaka.

Patrick sekeluarga pun tersenyum. Dalam perjalanan itu Didit dan kawan-kawan pun tahu, Tuti, istri Patrick adalah asli orang Semarang, Jawa tengah. Sedangkan Patrick berasal dari Kanada, mereka bertemu disuatu tempat wisata sewaktu Tuti bekerja sebagai tour guide. Sekarang mereka tinggal di Prancis. Dan Jenny adalah anak satu-satunya mereka yang saat ini berusia 20 tahun. Usia Patrick 47 tahun sedangkan usia Tuti 41 tahun.

Disela-sela perjalanan, Feny sempat bertanya dengan berbisik pada Liza,
"Hey, apa ini rencana yang kamu maksud mengenalkan nudis pada teman-teman kita?"

"Bukan. Mana mungkin aku membuat rencana dengan cara membahayakan kita semua! Tapi sepertinya kehadiran para naturist ini akan sangat membantu memuluskan rencana kita." Jawab Liza.

“Siipp.. eh, nudist sama naturist apa bedanya sih?” Feny bertanya lagi.

Liza pun menjawab,
“Setahuku sama aja sebenarnya. Tapi naturist mengklaim mereka gak hanya sekedar telanjang, tapi benar-benar kembali ke alam.”

Akhirnya mereka sudah sampai di pulau yang disewa oleh Patrick yang hanya ditinggali dia serta istri dan anaknya. Persis dengan pulau yang disewa oleh Didit. Pulau itu juga privat area dan terdapat sebuah villa mewah.
Dan ternyata letak pulau itu tidak terlalu jauh dari pulau yang disewa Didit dkk karena terlihat dari sana meskipun kelihatan hanya seperti sebuah gundukan tanah.

“Kalian kesini cuma bertiga?” tanya Didit pada Patrick.

“Ya. Kami sudah tinggal disini sekitar tiga minggu dan tiga hari lagi kami harus kembali ke Prancis. Kalau kalian, liburan kalian masih lama?” kata Patrick balik bertanya.

“Mungkin masih seminggu.” jawab Didit.

“Okey, besok kita mulai perbaiki kapal kalian karena sekarang hampir malam. Jika kalian tidak keberatan, tinggalah disini sampai kami check out. Biar disini ramai.” kata Patrick.

“Nanti akan kubicarakan dengan teman-teman, mister. Kalau aku sih oke saja.” kata Didit.

Petang telah datang. Bersama-sama mereka membakar ikan hasil tangkapan tadi siang lalu memakannya.

Ada yang janggal dibenak Feny malam itu, Jenny terlihat cepat dekat dengan teman-teman lelaki, khususnya Rony. Mereka seperti sudah akrab. Dan sepertinya Jenny tahu, diantara para cowok itu hanya Rony yang sedang jomblo.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang