TEROMBANG AMBING 2

1.2K 7 0
                                    

“Gimana ini, kita gak bisa pulang.. mungkin kita semua akan mati disini..” ucap Dian menangis sesenggukan dengan raut muka ketakutan.

“Kita tunggu petugas lewat. Biasanya mereka sering berpatroli, kok.” Ujar Didit berupaya menenangkan.

Setelah satu jam berlalu, yang ditunggu akhirnya tiba, sebuah kapal petugas patroli terlihat oleh mereka. Semuanya pun berdiri bersuka cita kemudian melambaikan tangan dan berteriak memanggil. Bahkan Didit sampai naik ke atap kapal.

“Hoooeeiiii…., toloooong….!” teriak mereka.

Namun sayangnya posisi masih terlalu jauh. Petugas tidak melihat keberadaan mereka. Setelah dipastikan kapal petugas itu menjauh pergi, mereka semua pun duduk kembali dengan perasaan kecewa dan takut.

“Dit, apa disini ada kain yang bisa dijadikan bendera? nanti kita lambaikan kalau petugas patroli lewat lagi.” tanya Rony.

Hal itu baru terpikir oleh semuanya. Setelah dicari, yang ada hanya kain lap yang terlalu kecil jika dijadikan bendera.

Feny yang disamping Dian pun menoleh kearah Dian.

“Kenapa, fen liat aku kayak ada yang aneh?” tanya Dian.

“Dian, bisakah kamu korbankan kaos kamu untuk dijadiin bendera? Untuk kita semua, Dian..?" kata Feny.

Semuanya pun menoleh ke Dian. Sebab Dian adalah satu-satunya orang yang memakai kaos. Sedangkan yang lainnya hanya berbikini dan bercelana pendek telanjang dada.

“Bagaimana, Dian? Mungkin itu satu-satunya harapan agar mereka bisa melihat keberadaan kita.” kata Liza.

“Bolehkan, Ton, kalau Dian lepas kaosnya?” tanya Rony ke Tony seolah minta ijin karena Dian adalah pacarnya.

“Aku sih boleh saja, terserah Dian. Kalo perlu pake celanaku saja, tapi aku lagi gak pake daleman. Aku bugil gak apa demi kita semua.” Kata Tony yang celananya berwarna merah sama persis dengan warna kaos Dian. Memang dasar pasangan serasi.

“Jangan dong, sayang masak bugil.. ya udah pake kaosku gak papa kok, kalo kurang lebar sobek aja.” kata Dian kemudian menarik kaosnya keatas hingga terlepas dan akhirnya Dian tampak hanya pakai bikini seperti teman perempuannya yang lain.

Lalu diberikannya kaos itu ke Rony yang posisinya paling dekat. Segera Rony memasang kaos itu digagang pancing untuk dijadikan bendera. Setelah itu mereka menunggu kapal petugas lewat lagi.

Tak lama setelah itu, terlihat melintas sebuah kapal namun setelah diamati dari kejauhan ternyata bukan kapal petugas patroli, melainkan kapal boat yang sejenis dengan kapal mereka.

“Kayaknya mereka wisatawan juga.” Kata Rony yang ragu mau mengibarkan kainnya.

“Gak papa siapa tahu mereka bisa membantu kita. Sini berikan aku!” ucap Didit kemudian naik keatap kapal dan melambaikan bendera kain kaos warna merah dengan gagang pancing sebagai tongkatnya.

“Toloooonngg…. Heeeeiiiii….tolooooongg…!!!” Teriak Didit dari atas kapal.

Semuanya pun mengikuti teriakan Didit dan melambaikan tangan kearah kapal boat yang melaju tidak terlalu cepat itu.

Rony juga memelorotkan celana pendeknya dan tinggal memakai celana dalam lalu dikibar-kibarkannya celana warna oranye itu.

“S O S…!”

Teriak Rony dengan suara sekeras-kerasnya.

“Haaaaaiiiii….! Help.....! Tolooong...!!" begitu yang terdengar dari teriakan cewek-cewek.

Tapi sepertinya kapal itu juga akan lewat begitu saja, nahkodanya tak juga melihat keberadaan mereka. Suara sudah habis terkuras, mereka mulai menyerah menganggap orang di kapal itu tak ada yang mendengar teriakan mereka.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang