PENGAKUAN

893 10 0
                                    

“Surprise…..!!!”

Ucap Jenny berteriak pada orang-orang di halaman villa dekat pantai sambil merangkul pundak Feny dengan gaya seperti memperkenalkan Feny dengan penampilan barunya. Feny pun dengan bebas mengangkat kedua tangannya melambai ke arah teman-temannya seperti model catwalk.

Kontan semua terperangah. Sampai-sampai Tony yang kebetulan berjalan membawa beberapa gelas tidak sengaja menjatuhkannya saking kagetnya melihat Feny dan Rony muncul bersama Jenny dan Ibunya tanpa sehelai pun pakaian.

Hanya Liza yang tampak gembira diantara yang lainnya yang terperanjat. Dalam hati ia mengaku salut dengan keberanian Feny.

Feny pun berkata didepan teman-temannya seperti memberi sambutan,
“teman-teman, aku pikir kita udah berutang nyawa pada tuan Patrick sekeluarga. Bahkan sampai hari ini mereka begitu baik sama kita. Makanya sebagai rasa terima kasih pada mereka, aku mendukung mereka dengan jadi bagian dari mereka. Kita tahu kan, ketelanjangan atau mereka sebut naturisme seperti ini akan dianggap orang pada umumnya tidak normal, bahkan gila. Dan aku membuktikan bersama mereka kita tidak gila. Kita normal. Kuharap semuanya juga mulai melepaskan pakaian untuk momen kebersamaan kita, setidaknya hanya ditempat ini sampai kita berpisah dengan tuan Patrick sekeluarga.

“Terima kasih, Feny. Aku sangat senang mendengarnya dan aku terharu.. bolehkah aku memelukmu?” kata Patrick meminta ijin untuk memeluk Feny.

"Sangat boleh, tuan Patrick." Jawab Feny dengan menyambut erat pelukan Patrick yang kemudian Jenny dan Tuti juga bergantian memeluk Feny.

Liza, tanpa ijin ke pacarnya langsung melepas handuk kimononya. Kemudian berdiri dari duduknya dengan badan yang sudah polos tanpa pakaian berkata,
“aku sangat setuju. Aku juga tak tahu bagaimana harus berterima kasih atas pertolongan kalian. Hanya ini yang bisa kulakukan sebagai bentuk dukungan untuk naturisme."

Liza berkata sambil berjalan menghampiri Patrick dan Patrick juga menyambut Liza dengan pelukan erat. Pun demikian juga dengan Jenny dan Ibunya.

Didit bengong melihat Liza. Ia sependapat dengan pacarnya tapi ragu mau melepaskan kimononya.

“Cepat lepaskan, kawan-kawan!” suara itu keluar dari mulut Rony yang masih membawa piring untuk menutupi selangkangannya.

“Kamu juga sebaiknya segera menaruh piring itu dimeja, Ron. Gak perlu ada yang ditutupi lagi!” bentak Liza pada Rony.

“Biar pacarmu melepas dulu bajunya, baru ini kutaruh.” jawab Rony.

“Baiklah. Aku juga setuju kalo kita perlu berterima kasih pada mister Patrick dan demi kebersamaan kita harus telanjang semuanya seperti mister Patrick, istri dan anaknya.” Kata Didit dengan sekali gerakan, handuk kimono sudah lolos dari tubuhnya dan telanjang bulat.

“Aku gak bisa!”
kata Dian yang duduk bersama Tony padahal Tony juga mau melepas kimononya.

“Kenapa sayang? Ayolah demi kekompakan kita.” ujar Tony membujuk Dian.

“Aku juga sangat berterima kasih dan berutang budi pada tuan Patrick, nyonya Tuti dan Jenny. Aku gak akan melupakan kebaikan kalian. Tapi aku gak bisa kalo harus ikut telanjang bulat. Kalo pake bikini masih okey lah… maafkan aku...” ujar Dian.

Mendengar perkataan Dian, Patrick tersenyum sambil berkata,
“Nona jangan khawatir. Tidak seorang pun bisa memaksa mu untuk melakukan hal yang tak kamu sukai. Kamu tetap teman kami."

Feny, Liza dan yang lain cukup kecewa dengan sikap Dian tersebut, namun mereka tetap menghargainya. Tony pun membatalkan ikut telanjang demi pacarnya itu.

Singkat cerita usai sarapan bersama di pantai itu, para lelaki mulai memperbaiki mesin kapal dibantu Patrick. Bagi Didit dan Rony yang kini telanjang bulat bersama Patrick, itu adalah aktivitas yang tidak biasa. Bagaimana keduanya mencoba menikmati kontolnya yang gundal gandul bebas atau jembutnya yang terasa sejuk terkena hembusan angin.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang