INTIM

3.9K 13 0
                                    

Setelah hari itu, Feny seolah sudah melupakan perintah Papa-nya untuk berpakaian sopan jika didepan Andre. Meskipun tidak telanjang bulat seperti kebiasaannya saat sendiri, tapi ia kerap berpakaian minim didepan Andre. Gerah menjadi alasannya. Namun itu tak berlaku saat orang tuanya berada di rumah. Andre paham. Ia pun juga sering bertelanjang dada di rumah karena kegerahan.

Dan jika ada kesempatan, Feny dan Andre melakukannya lagi. Bermain layaknya suami istri, telanjang bulat berdua, onani atau masturbasi. Namun mereka berdua berhasil menahan diri untuk tidak melakukan penetrasi alat kelamin.

"Nanti kita masing-masing punya pasangan yang kita cintai. Kamu punya istri, aku punya suami. Kita jaga benda berharga kita hanya untuk pasangan kita, okey?"
Begitu kata-kata Feny pada Andre suatu saat ketika Andre mengutarakan keinginan memasukkan kontolnya pada vagina Feny.

"Okey, okey , mbak. Maaf ya mbak atas kelancangan ku.."
Untungnya Andre dasarnya adalah anak baik dengan cepat menyadari kekeliruannya.

Obrolan itu terjadi saat mereka berdua tengah tidur-tiduran dengan telanjang bulat di lantai beralaskan karpet ruang keluarga. Mereka sepakat menyebut yang mereka lakukan hanya sebagai permainan, seperti permainan yang pernah mereka lakukan saat masa kecil, seperti dokter-dokteran atau kuda-kudaan.

"Ga papa, woles aja bro.." ucap Feny santai.

Mengobrol dengan kondisi badan sama-sama tanpa busana sehelai pun itu, mereka akhiri dengan masturbasi dengan imajinasi seolah- olah sedang melakukan hubungan seks dengan penetrasi. Kalimat-kalimat vulgar yang dianggap jorok dan mesum mereka lontarkan tanpa beban secara bergantian untuk menyempurnakan kenikmatan hingga ke titik puncak.

Posisinya kini Feny duduk di karpet, punggung bersandar tembok, kedua kaki dibuka lebar sehingga model dan bentuk kelamin wanitanya sangat jelas terlihat. Jari-jari Feny mengusap-usap bibir kelaminnya dibukanya lebar, juga klitorisnya dan dalam sekejap daging itu terlihat membasah.

"Ayo, ndre.. encuk aku ndree...! Tusuk tempik ku sama kontol ngaceng mu itu.. Uuhhh...!" ujar Feny meracau memulai imajinasinya. Ya hanya perkataan imajinasi, bukan sebenarnya.

Posisi Andre berdiri seakan menggagahi tepat didepan Feny yang duduk. Ia mulai mengocok batang kelaminnya yang sudah mengeras sedari tadi.

"Wow, mbak feny... tempik mu bagus banget..! Merah merona..! Buka paha mu lebar-lebar mbak.. kontol ku siap masuk ke tempik mu..!"

"Udah. Ayo ndre.. aku udah sange berat..! Gak sabaar pengen dimasukin..!" Ujar Feny dengan mendesah manja.

"Aku pengen menjilati itil mu dulu, mbak..!" Kata Andre.

"Ouwhh..."

"Okey, ku masukin ya mbak kontol ku... ughh.. udah mbak masuk semuanya..!"

"Aacchhhh... enak banget, ndree.. kontol mu nikmat banget.. uuchhh.." ujar Feny makin cepat menggosok-gosok vaginanya yang makin basah.

"Aku gerakin maju mundur, mbak..!"

"Pelan-pelan, ndre...! Sakit..! Accchhhh..."

Seperti itu kalimat-kalimat yang mereka lontarkan dengan saling memandang masing-masing melakukan solo seks. Andre terus mengocok batang kontolnya dengan berdiri gagah dan Feny mencolak colek vagina terutama dibagian klitorisnya dengan duduk persis didepan bawah Andre.
Keduanya kini mempercepat gerakan tangannya, pertanda akan sampai di puncak.

"Mbaakk...! Aku mau.. mau crot...!"

"Tunggu, ndree..! Tahan sebentar..! Bareeengg...!"

"Aaahhhh..."

"Udah mbak..?! Aku udah ga bisa nahan..! Sorry...!!"

"Ya udah lepaskan aja.. aku jugaa udah sampee..!"

Akhirnya Andre menembakkan spermanya ke dada Feny cukup banyak tapi agak encer mungkin karena akhir-akhir ini cukup sering dikeluarkan.

Feny juga sudah mengeluarkan cairan yang cukup banyak dari dalam liang rahimnya namun belum bisa squirt seperti yang ia inginkan.

Keduanya pun melemas setelah sama-sama mencapai klimaks. Andre kemudian duduk disamping Feny.

"Ndre, lihat kelakuan kamu.."

"Kenapa, mbak?"

"Dada ku penuh peju mu nih. Amis banget baunya."

Andre pun menengok dada Feny yang belepotan spermanya. Tak cuma di dada, sebab sperma itu sudah jatuh mengalir ke bawah ke perut hingga masuk lubang udel Feny.

"Ku ambilin tisu ya mbak.." ujar Andre tersenyum lalu mengambil sekotak tisu.

"Ku bersihin apa dibersihin mbak sendiri?" Tanya Andre menyodorkan kotak tisu.

"Bersihin dong, kamu yang berbuat!"

"Siaapp mbak ku..."

Andre segera mengelap spermanya yang membasahi badan kakak sepupunya tersebut. Sengaja ia pelankan gerakan tangannya karena menikmati momen itu. Meskipun menyentuh dengan tisu, tapi rasanya kulit halus nan empuk Feny langsung tersentuh ke jari-jarinya. Sengaja ia putar-putar tisu tersebut disekitar puting susu Feny agak lama sebelum turun membersihkan yang di perut.

Feny hanya tersenyum geli melihat kelakuan Andre tersebut.

"Udah, mbak. Bersih.." kata Andre melihat badan Feny yang kini tampak mengkilap karena sisa-sisa keringat.

"Belum tuh, ada yang masih ketinggalan di jembut.." ujar Feny soal sperma Andre yang mengalir terus ke bawah hingga tersangkut di rambut kemaluan Feny yang lebat.

"Boleh, mbak aku sentuh jembutnya?"

"Boleh asal jangan kebawah lagi. Apalagi sampe masuk, jangan.."

Kemudian Feny mengambil HP nya yang berada tidak jauh dari jangkauannya lalu ia nyalakan kamera untuk memotret Andre.

"Ndree, lihat sini..!"

Feny kini menyalakan kamera depan untuk berswa foto bareng Andre. Tak puas berfoto dengan posisi duduk, ia lalu mengajak Andre foto bareng dengan posisi berdiri. HP pasang di tripod, mereka pun bikin foto bersama dengan berbagai pose dan gaya, tentunya dengan kondisi badan masih sama-sama telanjang bulat.

"Buat kenang-kenangan." Ujar Feny.

"Kirim ke HP ku ya, mbak.." kata Andre.

"Iya. Tapi buat pribadi aja, ndre. Jangan sampe kamu tunjukin teman mu atau siapa pun!"

"Siap mbak. Pasti itu.."

***

"Cakep juga saudara kamu.." ujar Liza ketika Feny menunjukkan foto wajah Andre di HP nya, suatu hari ketika Feny main ke rumah Liza.

"Iya dong, kakaknya aja cakep, masak adiknya enggak.. haha.." kata Feny.

Dalam kesempatan ngobrol sehabis olah raga itu, Feny tak melewatkan untuk memamerkan kedekatannya dengan Andre. Ia bahkan menunjukkan sebuah fotonya bersama Andre yang tanpa memakai pakaian sehelai pun pada Liza.

"Wow, kamu ajak dia nudis? Eh, atau jangan-jangan kamu udah di encuk sama dia?"

Begitu komentar dan pertanyaan Liza saat melihat foto Feny bersama Andre yang memperlihatkan badan telanjang sepenuh badan itu.

"Enggak kok, gak sampai masuk. Cuma main-main aja, terus crott.. gitu doank.. hehe.." jawab Feny.

"Yaah..sayang sekali, fen.. kontolnya termasuk gede loh.. kalau kamu gak mau, buat aku aja.. rahim ku langsung cenut-cenut lihat kontolnya, pengen diangetin.. hahaha.." ujar Liza spontan kemudian menggosok vaginanya yang tidak tertutup apapun, karena Liza dan Feny memang sedari tadi sejak berolah raga tidak berpakaian sehelai pun alias telanjang bulat hingga kini bersantai di rooftop.

"Hmm dasar ! Jangan ngarep ya, dia masih anak SMA..!" Kata Feny dengan nada ketus.

"Hahaha.. bercanda.. bercanda..!" Ucap Liza dengan nada yang pernah viral.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang