PESONA ARIEL

3.7K 17 0
                                    

Dihari yang sama, jam menunjukkan pukul 7 malam.

“Pa, Ma, Aku masuk kamar dulu ya, mau ngerjain tugas.” Feny pamit meninggalkan orang tuanya yang sedang nonton TV diruang keluarga.

“Lho, besok kan libur, kok ada tugas?” tanya mamanya yang mengingatkan bahwa besok tanggal merah.

“Iya, ma. Tugasnya banyak, jadi dicicil.” jawab Feny lalu melanjutkan langkahnya.

Sebenarnya Feny sudah selesai mengerjakan tugas kuliahnya.. Matanya juga masih belum ada tanda-tanda mengantuk. Pikirannya masih diganggu perihal perbincangannya dengan liza tadi sore, juga isi dari flasdisknya yang berisi film-film dewasa hasil copy-an dari laptop Liza.

Kemudian dinyalakannya laptop beserta flaskdisk tersebut. Laptop dengan spek terbaru, sekejap sudah masuk menu file film. File berjumlah 30-an itu membuat Feny bimbang memilih yang mau ditonton.

Akhirnya diurut saja dari atas sesuai abjad. Dimulai dari huruf A, dikliknya satu file film berjudul "Act Naturally".

Film itu bercerita tentang 2 orang perempuan bersaudara yang baru saja ditinggal mati ayahnya. Mereka mendapat kabar bahwa ayah mereka memiliki warisan sebuah resort.

Setelah datang kesana, mereka nampak kaget karena ternyata resort itu adalah resort khusus kaum nudist, yaitu orang-orang yang lebih nyaman tanpa pakaian alias telanjang bulat. Dan mereka tidak menyangka ayah mereka adalah bagian dari kaum nudist.

Tidak ada adegan hubungan seks atau bercinta difilm itu. Namun menontonnya diawal, Feny mengernyitkan dahi, “ilmu apalagi yang kudapat ini??”

Dalam sehari ia mendapat 2 kosakata baru, masturbasi dan nudist. Feny melanjutkan menonton diiringi perbincangan dalam pikirannya.

“Masak iya sih beneran ada orang yang suka telanjang bulat gitu ditempat terbuka dan gak malu dijaman modern ini. Kalau jaman batu dulu sih aku percaya. Itupun mereka tetep pake penutup berupa daun. Lha ini kok gak ditutupi sama sekali. Wkwkwk.. aneh.”

Tapi ia tetap menonton sampai habis. Karena dalam film itu juga tercipta konflik yang seru dan sudah kadung membuat ia penasaran. Ending ceritanya si 2 cewek bersaudara itu tidak jadi menjual resort seperti rencananya dan ikut menjadi nudist meskipun hanya saat ditempat itu. Mereka ikut telanjang bulat saat berkumpul dan beraktivitas apa saja, jalan kaki, berenang di danau atau makan direstoran, semua dilakukan dengan tanpa pakaian sehelaipun.

Pukul setengah sembilan. Feny mencoba merebahkan diri. Matanya memandang atap kamar tanpa makna. Mencoba memejam tapi tidak ngantuk. Tiba-tiba HP-nya berbunyi tanda suara pesan WA.

Dilihatnya layar HP ternyata dari Liza. “Fen udah tidur belum? Aku boleh ganggu lagi gak? mo nginep dirumahmu. Kalo boleh sih.”

begitu bunyi pesan WA Liza.

“Tentu aja boleh. Aku belum tidur dan belum ngantuk juga, liz. Sini aja.” balas Feny cepat.

“Ok. Thx” balas Liza singkat ditambah emoticon love.

Feny kemudian keluar kamar dan menemui papa mamanya yang masih didepan televisi.

“Pa, Ma, Liza mau kesini, nginep. Boleh ya? Kesepian katanya.”

“Liza yang anaknya Pak Widodo itu?” tanya papanya menyebut nama yang cukup dikenal didaerah itu.

“Yang nama ibunya Bu Dewi?” sahut mama.

“Iya. boleh ya?” Feny mengulangi ijinnya.

“Boleh dong. Kamu memang harus perbanyak teman, nak. Biar gampang sukses nantinya. Kamu kan udah dewasa.” Papa mengijinkan sekaligus memberi nasehat.

Sahabat Tanpa Sehelai BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang