🍁 Deel 2

113 23 16
                                    

Setelah kemarin pihak polisi melakukan autopsi pada jasad Calia. Hasil autopsi langsung keluar malamnya dan esoknya korban akan disemayamkan atas perintah keluarga korban.

Verzy menguatkan hatinya untuk ikut menyemayamkan sahabatnya, Calia. Dia dengan cantik menggunakan gaun hitamnya, yang merupakan hadiah dari Calia saat ulang tahunnya.

Verzy memutuskan pergi menggunakan taksi, dia tidak yakin akan bisa mengendarai mobilnya dalam keadaan seperti ini.

Tak lama, dia sampai di pemakaman. Wajahnya dia tutup dengan syal, guna menutupi wajah sembabnya.

Disana sangat ramai, ada paman dan bibi Calia, dan juga teman teman kampusnya.

Dia mencoba kuat, menahan dadanya yang sesak. Peti itu sudah siap diturunkan dan ditutupi dengan gundukan tanah.

"Sabar Zy, lo kuat," bisik Dewi merangkul bahu Verzy yang bergetar.

Verzy menggeleng. "Lia ninggalin gue."

Sofia yang melihat itu ikut memeluk Verzy yang sangat terpukul.

"Kita disini buat lo Zy, kita semua temen lo, Calia pasti udah tenang disana, dia udah bahagia," ujar Sofia mengusap punggung Verzy.

Setelah rangkaian pemakaman selesai, tersisa Verzy yang ada disana seorang diri. Hatinya tidak rela meninggalkan Calia terkubur seperti ini.

"Gimana gue tanpa lo Li? Siapa yang bakal bangunin gue pagi pagi nanti? Siapa yang bakal ngomelin kalo tugas belom gue selesain? Siapa yang bakal denger cerita gue lagi? Gue cuman punya lo yang ngertiin gue Li, bunda gak bisa jadi lo atau ayah, gue - gue - gue cuman punya lo disini..."

Verzy terisak dengan bersimpuh digundukan tanah itu. Tanganya mengusap bingkai foto Calia yang tersenyum dengan payung pinknya.

"Gue harus cari tau masalah ini. Calia gak mungkin ngambil keputusan buntu ini kalo gak ada apa apa," gumam Verzy.

Dia mengingat hasil autopsi semalam. Tidak ada tanda tanda kekerasan pada tubuh Calia, tubuhnya bersih hanya ada beberapa bekas luka yang sudah hampir sembuh terbalut handsalpas.

Dia merasa janggal dengan kasus ini, dia akan menguak semuanya, dan itu pasti dia lakukan.

Hendak akan pergi, tiba tiba datang beberapa orang menggunakan jas. Pria terdepan itu berjalan membawa bunga dengan wajah datar dan dinginnya. Matanya tertutup kacamata hitam, membuat Verzy tidak mengenali siapa orang itu.

Verzy menatap orang itu yang menyimpan bunganya didepan foto Calia. Dua orang lainnya sibuk memegang payung dan koper, yang Verzy yakini pria pembawa bunga berpangkat lebih tinggi.

Sedetik dia menunduk, lalu kembali berbalik dan pergi diikuti dua orang dibelakangnya.

Verzy terheran, siapa orang itu? Calia mengenalnya? Tapi kenapa dia tak mengenalnya sama sekali?

"Sialan! Saya memberikan seluruh harta dan kebutuhannya, saya hanya minta dia tetap tinggal, kenapa dia malah mati?! Aarghh saya tidak habis pikir dengan jalan otaknya! Supir! Bawa aku ketempat hiburan," kata kata tegas bercampur amarah membuat orang yang disekitarnya tak berani, bahkan untuk bernafas saja mereka sulit.

Verzy mengusap foto sahabatnya. "Lia, tenang disana ya? Gue bakal cari siapa pelaku yang udah buat lo depresi sampe kayak gini, gue janji bakal bawa dia sujud dibawa kaki lo. Lo boleh pegang janji gue," ucap Verzy, dia pun melenggang pergi setelah mengecup singkat nisan Calia.

Tujuannya sekarang adalah, apartemen GH.

Setelah berganti pakaian dengan pakaian santai, Verzy memutuskan untuk mencari tau detail dari kejadian ini.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang