🍁 Deel 5

69 14 0
                                    

Besoknya. Verzy bangun seperti biasa dan bersiap untuk kekampusnya. Namun pagi itu, moodnya mendadak buruk saat melihat Draven yang sudah bersandar dimobilnya.

Verzy menatap pria itu. Draven dengan senang melambaikan tangannya. Verzy mengabaikan itu, dia berjalan dengan cepat untuk menuju halte.

Namun Draven lebih cepat, dia berlari dan mencekal tangan Verzy.

"Lepasin!" Verzy menghempaskan tangan Draven.

"Baiklah, saya akan diam, tapi dengarkan saya," ucap Draven menatap Verzy.

Verzy menghela nafas pelan, dia sudah cukup lelah, dan apa lagi dipagi hari yang segar ini?

"10 menit, gue bakal dengerin lo." Verzyn berdiam diri.

Draven mengangguk. "Jadilah kekasih saya-"

Verzy menatap tajam. "Lo?!-"

Draven menyimpan telunjuknya didepan bibir Verzy, agar gadis itu diam mendengarkannya.

"Jadilah kekasih saya, kamu tidak usah bekerja, saya akan memberimu uang setiap hari berapapun yang kamu mau, termasuk biaya kuliah kamu, saya akan menanggungnya, asalkan kamu mau menjadi kekasih saya-"

"Saya juga akan menanggung semua kebutuhan kamu," lanjut Draven.

Verzy tertawa kemudian menatap datar Draven.

"Gue gak butuh duit lo, mulai sekarang jangan ganggu gue!" Sinis Verzy.

"Tapi saya tidak menerima penolakan apapun," ucap Draven pelan, matanya membalas tatapan tajam Verzy.

"Lo gak ada hak ngatur gue!" Ucap Verzy hendak pergi, namun Draven mencekal tangannya.

"Lepas! Atau gue tereak?!" Ancam Verzy. Jujur, jantungnya berdegup kencang karena sikap Draven, pria itu sangat menyeramkan dengan mata elangnya.

Draven lebih dulu menarik Verzy, sebelah tangannya menutup sebagian wajah Verzy. Sedetik kemudian, Verzy melemas dan tak sadarkan diri. Tidak ada saksi apapun atas tindakannya saat ini.

Draven menggendong Verzy brydal style dan berjalan kemobilnya.

"Jika saja kamu menurut dan lebih lembut, saya tidak akan melakukan hal kotor ini untuk membawamu," gumam Draven memasukkan Verzy kedalam mobilnya. Dia mengusap singkat kepala Verzy sebelum duduk dikursi pengemudi.

"Kamu hanya milik saya, jika tidak, maka tidak ada yang boleh memiliki kamu."

.

Draven sampai dirumah - tidak, ini mansion besar yang mewah.

Setelah memarkirkan mobilnya, Draven masuk dengan Verzy digendongannya. Mengundang tatapan bingung dari para pelayan. Pasalnya, tuannya bilang akan kekantor pagi pagi sekali, tapi sekarang kembali dengan wanita ditangannya.

"Kamar yang saya pinta sudah disiapkan?" Tanya Draven sembari berjalan.

"Sudah tuan, semuanya sudah siap," jawab pelayan wanita itu mengikuti langkah tuannya.

Sampai dikamar bernuansa hijau daun, ruangan itu sangat besar dengan barang barang mahal didalamnya.

Draven menidurkan Verzy dikasur besar itu. Tangannya mengusap kepala Verzy yang tertidur akibat obat bius yang dia berikan. Memang pemaksaan.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang