"Seorang gadis berinisial CR ditemukan tewas dikawasan apartemen ternama GH. Diduga korban melakukan bunuh diri dengan melompat dari lantai 55."
"Menurut para saksi mata, sekitar pukul 8 sampai 10 pagi, korban sudah berdiri dibalkon dengan tangan terlentang..."
.Ditengah tengah makan siang ria nya. Gerakan Verzy terhenti melihat televisi berita kantinnya. Dia mengenal sang korban.
Baju yang dipakai korban adalah baju yang sama dengan yang dipakainya saat ini.
Dengan panik, Verzy membuka ponselnya, mencoba mencari tahu kabar tentang berita yang kini sedang disiarkan.
"Calia, angkat gue..." Lirih Verzy dengan nada bergetar.
Verzy dengan cepat beranjak dan berlari keluar kantin. Tujuannya saat ini adalah TKP kejadian.
"Liaa, gue harap lo baik baik aja." Verzy sudah berlimang air mata. Dadanya sangat sesak sampai dia sulit untuk bernafas.
Karena jarak yang tidak terlalu jauh, Verzy sampai dengan cepat di TKP. Dia dapat melihat banyak orang yang berkumpul mengerumuni sesuatu.
Verzy segera berlari dengan kaki yang lemas.
Dia menutup mulutnya melihat tubuh dengan kepala yang hancur itu.
"Lia, ini bukan lo," batin Verzy.
Verzy berjalan mendekat pada jasad itu. Semua orang hanya menatap Verzy, tanpa niat untuk menghentikan atau menahan.
Verzy berhenti dibatas gelimang darah yang melingkar itu. Tangannya bergemetar- tidak, seluruh tubuhnya bergemetar didekat jasad itu, hatinya hanya mengucap jika itu bukan sahabatnya - Calia.
Namun harapannya pupus saat melihat ponsel yang tengah jasad itu pegang. Ponsel dengan case yang sama dengan miliknya, dengan ukiran namanya dan nama Calia. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya.
"CALIAAAAAAA!!!" Teriak Verzy.
Tubuhnya luruh, tangannya melingkar dipunggung jasad seperti bersujud.
Orang orang yang melihat itu langsung menarik Verzy menjauh dari Calia.
"Calia! ITU CALIAA!" Teriak Verzy meronta ingin dilepaskan.
Tak lama, beberapa polisi datang. Mereka langsung bertindak menutupi jasad korban yang masih segar itu.
Verzy menangis sejadi jadinya, dia meronta untuk dilepaskan. Dia ingin memeluk sahabatnya.
"Lepasin! Lepasin gue!" Teriak Verzy.
Namun dua orang itu tidak melepas Verzy. Membuat Verzyn bertindak menyikut dua orang itu. Dua orang itu merintih memegangi perut mereka.
"Lia, Lia, ini gue Lia." Verzy menahan kantong itu untuk polisi tidak membawanya, dia ingin melihat Calia.
"Maaf nona, anda tidak boleh membuka bungkusan korban," ucap polisi itu menahan tangan Verzy.
Seakan tuli. Verzy tetap membuka bungkusan itu. Dia bergetar dengan tangan memeluk punggung sahabatnya.
Tidak- katakan ini mimpi buruk, dan dia akan terbangun mendapati Calia disamping ranjangnya sembari mengomel.
"Lia, ini gue Lia, ini Verzy Lia, Lia ini semua mimpi kan Li? Liaaaaaaa." Verzy tetap mengguncang tubuh Calia.
Polisi yang melihat menarik Verzy menjauhi bungkusan korban. Verzy bersimpuh diatas darah yang berceceran itu. Tangannya meremat ponsel di dadanya.
Semua orang menatap Verzy dengan mata yang berkaca. Dia merasa kasihan pada Verzy yang sepertinya tidak menerima kematian korban.
Setelah memasukkan jasad kedalam mobil. Beberpa polisi itu pergi meninggal TKP.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Dla nastolatków📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...