🍁 Deel 4

72 15 0
                                    

Pagi sekali, Verzy sudah siap dengan stylenya. Hari ini dia memiliki kelas pagi, mengingat sudah tidak ada lagi Calia, membuat Verzy harus membunyikan alarm untuk membantunya bangun.

"Lia, gue kangen lo," lirih Verzy menatap foto didinding apartemennya.

Tak mau berlama, Verzy segera turun. Apartemennya hanyalah apartemen sederhana dengan harga yang murah. Karena dia harus menabung untuk biaya rumah sakit, membuat dia membatasi semua kebutuhannya.

Ditengah kesegaran udara pagi, Verzy merasa ada yang menatapnya. Dia mengedarkan pandangannya mencoba mencari, siapa yang memperhatikannya.

Tepat dibalik pohon, Verzy menyipitkan matanya, dia melihat ada sesuatu disana.

Dengan berani, kakinya melangkah mendekati pohon itu. Dia terkejut saat mendapati ada seseorang berpakaian hitam berlari menjauhinya.

"Apa dia yang selama ini ngikutin gue?" Gumam Verzy.

Dia tidak mengejar, mengejarpun percuma, lari orang itu sangat cepat dibanding Verzy.

Karena penglihatannya tadi, Verzy menjadi waspada pada langkahnya. Dia tidak tau siapa yang mengikutinya selama ini, terlebih orang itu berpakaian serba hitam seperti maling yang siap keluar kapan saja untuk menangkap Verzy.

Sampainya dikampus, Verzy terduduk disalah satu kursi taman. Tak lama, datang seorang 2 mahasiswi yang menghampirinya.

"Kak Verzy?" Verzy mendongak menatap siapa yang memanggilnya. Ternyata adik tingkatnya.

"Iya? Ada yang bisa kakak bantu?" Tanya Verzy mencoba ramah. Biasanya, jika ada adik tingkat yang menegur, jika tidak meminta bantuan pasti ingin bertanya sesuatu.

Tangan gadis itu terulur memberikan paper bag pada Verzy. Verzy menatapnya bingug.

"Ini, ada titipan buat kakak," ucao adik tingkatnya itu.

"Titipan? Dari siapa?" Tanya Verzy menerima paper bag itu.

"Tadi ada cowo yang nitipin ini, katanya ini buat kak Verzy f.math."

Verzy mengangguk pelan. "Oke, thanks ya"

Verzy mengedarkan pandangannya, merasa ada yang terus menatapnya, membuatnya bergerak risih.

Alih alih penguntit, dia justru melihat mobil hitam yang baru saja melewat diikuti 1 mobil dibelakang. Dia curiga, mereka yang selama ini menguntitnya.

"Draven?"

Verzy menatap isi paper bag itu, ada 1 pak yogurt disana.

Jika itu Draven, untuk apa dia melakukan ini semua? Kenapa Draven menganggu hidupnya?

Pikirannya kacau, siapa yang mencoba mencampuri kehidupannya? Apa tujuan orang itu menganggunya?

Verzy merasa pusing, dia tetap menjalankan harinya walaupun dengan perasaan waspada.

Sampai dia ditempat kerjapun, perasaan itu masih ada.

"Zy."

Verzy terkejut saat Prima yang datang dengan menyentuh bahunya. Verzy menghela nafas panjang.

"Ish, gue kaget tau!" Kesal Verzy memegang dadanya.

"Lah? Gue cuman gitu doang, lagian lo kenapa? Kayak orang ketakutan gitu," ucap Prima mengikat celemek pinggangnya pada Verzy.

Verzy menggeleng pelan. "Gapapa, perasaan gue doang, thanks ya, gue kedepan duluan."

Semakin hari, Prima merasa Verzy semakin aneh. Dia melihat, Verzy yang terus menatap sana sini, seperti orang ketakutan.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang