1 minggu berlalu, Verzy sudah berada dirumah ini selama 1 minggu, dirinya bahkan tidak tau bagaimana kabar pekerjaan dan kampusnya. Karena ponselnya yang tidak dia charger.
Verzy duduk ditepi ranjangnya. Dia tak tau bagaimana caranya keluar dari sini. Setiap hari dia mencoba mencari celah, tapi nihil, para penjaga itu sangat ketat bahkan semakin ketat.
Sudah sekitar 3 jam, Verzy berdiam diri tanpa melakukan apapun. Dia bosan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan dirumah sebesar ini.
"Pliss laahh, kenapa gue jadi kayak tahanan gini woyy," kesal Verzy menghentakkan kakinya.
Diapun terpaksa harus memakai baju yang ada dikamar ini. Karena tidak mungkin dia tidak berganti baju, bajunya hanya 1.
Verzy berjalan keluar, dia akan mencari kegiatan dipenjara mewah ini.
Dia turun kebawah, mendapati para pelayan yang sedang menyiapkan makan siang.
"Bibi, ada yang bisa aku bantu?" Tanya Verzy. Dia sudah terbiasa dengan kejadian para bibi bibi disini, mereka sangat ramah dan humble, membuat dia merasa nyaman, namun berbeda jika sedang ada Draven, mereka selalu diam seperti manusia bisu.
"Tidak nyonya, kami hampir selesai," jawab salah satu pelayan yang sedang menyiapkan meja makan.
"Bibi, tv didepan nyala gak?" Tanya Verzy menunjuk televisi yang ada diruang keluarga dekat tangga.
"Saya tidak tau nyonya, sejak pertama beli, televisi itu tidak pernah dinyalakan," jawab pelayan itu.
"Lah? Terus ngapain dibeli bi kalo gak ditonton? Aku tonton ya." Verzy berjalan keruang tengah.
Dia mendekati televisi yang sebesar 2× lentang tangannya itu. Dia pun menyalakannya.
Untuk pertama kalinya, televisi rumah itu menyala. Para pelayan pun tersenyum melihat itu.
"Gila, gede banget, pantesan korsinya sampe pojok pojok gitu," gumam Verzy. Dia memutuskan untuk melebarkan sofa bed itu, dan rebahan.
Sebenarnya hidup seperti enak. Tapi, pria bernama Draven itu tidak pernah memberinya kelonggaran atas hidupnya, dia lebih baik mengurung Verzy dibandingkan Verzy harus diliat pria lain.
Apa itu normal? Tentu saja tidak! Lelaki itu tidak menyukainya, tapi terobsesi dengannya.
"Lagian, apa juga yang harus disukain dari gue? Miskin, pinter kaga, gaji juga dikit. Apa yang jadi obsesi dia?" Batin Verzy.
Dia terlalu fokus menonton Disney sampai tidak menyadari ada seseorang yang datang.
"Lo siapa?" Verzy melirik sekilas. Seorang remaja berseragam abu duduk disana sambil menatap Verzy.
"Lo siapa?" Tanya Verzy balik.
"Gue Sammy, adek yang punya rumah," jawab remaja bernama Sammy itu.
Verzy hanya mengangguk dengan mulut berbentuk 'O'.
"Terus lo siapa? Kenapa disini? Pelacur bang Aven?" Tanya Sammy.
Verzy melayangkan tatapan tajam pada Sammy, mulut semua keluarga ini memang tidak pernah diajari sopan santun.
"Gue tahanan abang lo," ucap Verzy.
"Tahanan? Bukan pelacur?" Celetuk Sammy heran.
Buk
"Bukan! Mana ada pelacur sewaras gue!" Kesal Verzy melempar bantal sofa pada Sammy.
Sammy terkekeh. Iya juga, biasanya pelacur kakaknya akan menggoda jika ditanya tapi ini tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Teen Fiction📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...