🍁 Deel 18

53 10 0
                                    

Dihari itu juga, Draven memanggil Paul yang sedang sibuk sibuknya.

Verzy sudah berbaring dikamar lama Draven. Gadis itu terus saja mengumpat pada Draven karena terlalu berlebihan.

"Gue gapapa, tadi cuman mules doang," ucap Verzy untuk yang kesekian kalinya.

Draven masih setia menggenggam tangan Verzy yang terbaring seperti orang sakit.

"Tadi kamu memuntahkan semua makananmu, pasti ada yang salah dengan makanannya," ujar Draven.

"Maksud kamu ayah racunin gitu makanannya?" Tanya Anthony pada putra keduanya itu.

Draven hanya diam.

"Orang masuk angin doang, berlebihan banget si lo," kesal Verzy mencubit lengan Draven.

Paul pun datang dengan tergesa gesa, selain jarak yang begitu jauh, Draven mengancam dengan pekerjaannya membuat dia dengan gila mengendarakan mobil.

Brak

Pintu terbuka karena gebrakan Paul. Semua yang ada disana sontak menatap Paul.

"Hah hah hah, aku tidak telat kan," ucap Paul yang sedang mengatur pernafasannya.

Verzy menatap tak enak Paul.

"Maaf ya dok, padahal santai aja dok," ucap Verzy.

Paul berjalan mendekat dan mendorong Draven untuk menjauh. "Tidak apa apa, apa yang kamu rasakan? Oh, kalian boleh keluar terlebih dahulu, biar saya memeriksa nyonya Verzy."

"Saya juga?" Tanya Draven.

"Iya! Kamu juga!" Tegas Paul.

Draven dan Anthony pun berjalan keluar meninggalkan Paul dan Verzy.

Paul terduduk dikursi, dia mulai mengeluarkan semua alat alat medisnya.

"Biarkan saya memeriksa tekanan darah kamu." Verzy pun terduduk dikasur.

"Normal, apa yang kamu rasakan tadi?" Tanya Paul.

"Tadi sih mules doang dok, dikira mau pup, tapi malah muntah," ucap Verzy memelankan kata muntah.

Paul mulai menggunakan stetoskop untuk memeriksa detak jantung dan perut Verzy.

"Itu mules atau mual?" Tanya Paul.

"Mules dok, kayak mau pup."

Paul mengangguk pelan.

"Apa kamu sering mengalami mules itu?" Tanya Paul mulai serius, membuat Verzy deg deg an.

"Baru hari ini, dok."

"Kamu sering buang air kecil?" Tanya Paul lagi.

"Akhir akhir iya dok, mungkin karena aku yang kebanyakan minum, kayaknya," jawab Verzy lagi.

"Lalu? Period mu? Apa lancar?"

Verzy terdiam sebentar, dia sudah telat beberapa hari.

"Aku lupa, tapi sebulan kemarin dan bulan ini, aku belum period. Kayaknya aku setres gara gara dikurung Draven."

Paul mengangguk pelan, dia tau apa yang harus dilakukan.

"Bagaimana dengan gangguannya lainnya? Seperti pusing, lemas, malas, mungkin kamu merasakannya?"

Veryz menggeleng. "E-enggak dok."

Paul mengeluarkan sesuatu dari tasnya, barang yang kebetulan dia bawa hari ini.

Verzy terbelalak ketika Paul mengeluarkan beberapa tespek, dia menjadi semakin deg deg an karena Paul.

"Coba pakai semua," titah Paul memeberikan 5 tespek pada Verzy.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang