🍁 Deel 28

31 8 0
                                    

Setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Akhirnya Verzy membuka matanya, wangi melati yang menyengat langsung memasuki indra penciumannya. Wangi yang sangat Verzy benci.

Kepalanya sangat pusing, matanya hanya bisa menangkap ruangan remang yang hening. Dia mencoba mengingat, apa yang terjadi saat ini.

"Hari ini hari pernikahan gue... Draven??!"

Verzy seketika panik ketika mengingat Draven, lelaki itu terluka saat ada yang mengambilnya.

Verzy mencoba berdiri dengan gaun yang masih dipakainya, sangat sulit karena kakinya yang terikat.

"Sial! Ini apaan sih!?" Kesal Verzy merasakan tangan nya yang juga diikat.

Dia tidak bisa melakukan apapun, tidak ada benda yang bisa dia gunakan untuk membuka ikatan itu.

"TOLOOONGGGG!!!"

"TOLOOONGGGG!!!"

"SIAPAPUN TOLOOONGGGG!!!"

Seluru tenaganya dia keluarkan untuk berteriak, berharap gema suaranya terdengar sampai keluar.

"Tenang Verzy, semua bakal baik baik aja, Draven pasti dateng selametin lo," gumam Verzy menyemangati diri sendiri.

Ceklek

Pintu terbuka, Verzy seperti mendapatkan harapan saat ada yang membuka pintu itu.

Namun, harapannya dengan cepat hilang setelah melihat siapa yang datang.

"Zena?" Beo Verzy menyipitkan matanya guna memperjelas penglihatannya.

Benar! Itu adalah Zena!

"Hai, masih inget gue?"

Zena bersedekap dada menatap Verzy yang masih terduduk. Matanya terlihat sangat puas melihat Verzy yang bersimpuh dikakinya.

Verzy menatap tajam wanita itu. "Apa yang lo lakuin?!"

"Menurut lo? Ini akibat karena udah ganggu hubungan gue sama Draven!" Geram Zena menjepit kedua pipi Verzy dengan satu tangannya.

Verzy tetap menatap dengan tajam.

"Gak takut gue sama mata lo!" Kesal Zena menghempaskan wajah Verzy begitu saja.

"Lepasin gue!" Teriak Verzy merontak ingin keluar.

Zena tertawa. "Lepas? Setelah lo ambil Draven dari gue?! Cih! Jangan harap jalang!"

Plak

Verzy nenggigit bibir dalamnya merasakan tamparan keras itu.

Tak lama datang Tio menghampiri Zena, dia dengan rapi melingkarkan tangannya dipinggang Zena.

"Sstt... Bumil gak boleh marah marah, nanti stress," ujar Tio.

Verzy yang menatap itu terkejut, bukankah itu teman fakultasnya, Tio?

"Tio?" Panggil Verzy untuk memastikan.

"Apa?" Tio mengalihkan pandangannya pada Verzy.

Verzy menggeleng tak percaya, apa yang sebenarnya terjadi?

"Lo masih pacaran sama Wiya kan?" Tanya Verzy.

Tio mengangguk pelan. "Masih, emang kenapa?"

"Tolong lepasin gue..." pinta Verzy dengan tatapan memohon.

Tio terkekeh pelan dan berjongkok dihadapan Verzy. "Lepasin? Apa untungnya buat gue?"

Verzy menatap tak mengerti pria yang dihadapannya ini.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang