🍁 Deel 25

38 7 0
                                    

Malamnya, Verzy memutuskan untuk menginap dirumah Anthony, sedangkan Draven akan sibuk sampai besok, lelaki itu akan lembur untuk mengebut pekerjaannya.

Setelah selesai makan malam, Verzy tidak langsung kekamar, dia menuju gazebo yang ada dibelakang rumah Anthony, dengan susu bumil hangat dan cemilan yang telah dia siapkan.

"Huuhh deg deg an banget sih, padahal kan masih lusa," gumam Verzy, merasakan jantungnya terus saja berdegup kencang saat memikirkan hari lusa yang akan meriah.

"Tenang ya dedek bayi, ibu gapapa kok, cuman seneng aja dikit hehe," cengir Verzy mengusap perutnya, seolah dia berbicara dengan anak yang ada didalam perutnya, walaupun tidak ada respon apapun.

"Gadis, apa yang kamu lakukan disini?"

Verzy menoleh, terlihat Kyril dan Sammy yang datang bersamaan berjalan mengarahnya.

"Gak ada kak, ngadem aja disini," ucap Verzy menggeser duduknya, membiarkan dua orang itu untuk duduk.

"Bang Aven gak pulang lagi?" Tanya Sammy menyesap kopi susunya.

Verzy menggeleng pelan. "Enggak, katanya mau lembur lagi."

"Anak itu memang bodoh! Masa calon istrinya dibiarin sendiri gini sih," gerutu Kyril mengumpat adik keduanya.

"Tau, kata gue juga apa, bang Aven tuh gila duit, lo nya jadi sering ditinggal gini kan," timpal Sammy seperti memprovokasi Verzy.

Verzy terkekeh pelan. "Kalo gak gitu, gue dapet duit darimana dong?"

Plak

"Iya, wajar saja Aven lembur, dasar bocah!" Cecar Kyril menabok Sammy yang ada didepannya.

"Dih, kan lo juga tadi bilang gitu, ngapa tiba tiba gue doang yang salah," ucap Sammy tak terima, abangnya ini memang kadang kadang.

"Terus aku yang salah gitu?!"

Sammy langsung ciut melihat Kyril yang melotot kearahnya, sudah seperti ini, pasti lah semua adalah salah dia.

"Kalian apa sih? Gak tau malu banget berantem deket ponakan yang belom lahir," celetuk Verzy tertawa pelan.

"Uyuyuyuyuuuu maafkan uncle ya bayiii, salahkan saja uncle kecil mu ituuu," ucap Kyril dengan nada dilucu lucukan seolah berbicara pada anak kecil.

Sammy mendengus. "Udah lah, mending gue keluar, daripada sama abang pendek!"

Sammy berlari sebelum ada suara nyaring yang membobol gendang telinga nya.

"SAMMYYY!!!! KEMBALI KAMU!!" Teriak Kyril ditempatnya, membuat Veryz spontan menutup telinga, sedangkan Sammy tertawa besar sampai terdengar kebelakang.

"Kak, suara lo," ucap Verzy menahan tawanya.

"Anak itu memang harus diberi pelajaran!" Kesal Kyril.

"Itu lah akibat tidak ada sosok ibu seumur hidupnya!" Lanjut Kyril dengan marah.

Verzy seketika terdiam. Dia memukul pelan bibir Kyril yang bicara seenaknya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Kyril mengusap bibirnya.

"Emang kehilangan mama kemauan Sam? Kalo Sam boleh milih, dia juga pasti bakal milih gak dilahirin didunia ini daripada harus ambil mama dari kalian-"

"Tapi mama berhati malaikat, dia lebih milih ngasih Sammy kehidupan dan dia yang pergi. Kalian gak tau sebesar apa harapan mama ngelahirin Sammy? Kalo aku jadi mama, aku juga bakal milih hal yang sama. Aku mau anak aku hidup didunia, bahagia bareng keluarga nya, dan aku yang bakal jaga dia dari atas sana," cerocos Verzy menatap Kyril.

Kyril cemberut menatap manaik kecoklatan Verzy.

"Lihat, kamu terlalu waras untuk keluarga Anthony yang gila," keluh Kyril.

"Seandainya nanti, aku dihadapin masalah yang sama kayak mama. Aku bakal lahirin anak aku, aku bakal titipin dia sama kalian, buat rawat dia, kasih dia perhatian yang gak bisa aku kasih selama hidupnya, bila perlu, aku bakal nyuruh Draven buat nikah lagi, ngasih anak aku ibu yang sayang sama anak anak aku nanti," ucap Verzy tersenyum menatap kolam ikan didepannya.

Kyril yang mendengar itu mendelik tidak suka.

"Kenapa?"

"Karena ibu berhati malaikat?" Kekeh Verzy.

Otak Kyril kembali berputar pada 18 tahun yang lalu, dimana mamanya berjuang diruang persalinan, menimang antara hidup dan mati untuk melahirkan Sammy.

Sebenarnya, bisa saja mamanya memilih diri nya sendiri untuk tetap hidup bersama mereka.

Tapi mama berkata lain. Dia memilih menyelamatkan bayi yang ada dikandungannya dan beberapa hari kemudian mamanya pergi untuk selamanya.

"Mama sangat menyayangi Sammy, tapi kenapa aku dan Draven tidak bisa menerima kenyataan itu?" Batin Kyril.

"Tante Devy sayang banget sama Sam, tapi kakak sama Draven seolah menolak kehadiran anak yang udah diselamatkan tante Devy sendiri, gimana perasaan tante Devy kalo liat kalian gak menyayangi Sam? Aku gak kebayang gimana hancurnya hati tante Devy," lanjut Verzy lagi. Dia harus membuka mata dua bersaudara itu untuk Sammy, bagaimanapun ini bukanlah salah Sammy yang terlahir kedunia.

Kyril hanya diam, merenungi setiap kata kata Verzy yang sedikit membuka matanya akan kenyataan.

"Kalian cuman anak kecil yang butuh perhatian," batin Verzy.

Tanpa mereka sadari, dua orang lainnya sedang berdiri tak jauh dari mereka. Mendengar obrolan yang sangat serius.

Anthony menatap putra kedua nya yang masih terdiam mendengar kata kata Verzy, dia tersenyum tipis, mungkin ini alasan Verzy masuk dilingkaran keluarganya.

Entah sejak kapan mereka disana, Draven pun tiba tiba pulang untuk bertemu Verzy. Namun, malah ini yang terjadi.

"Tapi aku tidak membenci Sammy," ucap Kyril.

"Aku bisa liat kedekatan kalian berdua, kakak emang gak benci Sammy, tapi kakak juga masih gak terima sama kehadiran Sammy yang dilahirin tante Devy, beda cerita kalo sama Draven-"

"Dia keliatan benci banget sama Sammy, tanpa tau alasan yang jelas kenapa Sammy bisa lahir. Aku maklum, kalian masih kecil waktu Sammy lahir, tapi sekarang apa kalian tetep anak kecil yang gak ngerti kenapa tante Devy melahirkan Sammy? Aku tau kalian gak sebodoh itu, kalian cuman tutup mata buat tau kebenaran."

Bungkam. Kyril benar benar tidak bisa berkata apa apa lagi, perkataan Verzy sungguh kena pada inti yang ada dihatinya.

"Jadi ini alasan gue dibenci sama kalian?"

Mereka terkejut mendengar itu dan mencari kearah sumber suara.

Begitu juga dengan Anthony dan Draven yang tampak mencari sosok Sammy.

Bruk

Tiba tiba Sammy turun entah darimana, dia berdiri tepat didepan Verzy dan Kyril.

"Bukankah tadi kamu bilang akan pergi? Kenapa masih disini?" Tanya Kyril.

"Ayah, bang Draven, kalian gak niat mau ngumpet terus kan?" Tanya Sammy menatap tihang besar yang menyembunyikan dua orang itu.

Mereka yang sudah ketauan pun berjalan santai mendekati gazebo.

Verzy dan Kyril pun terkejut melihat dua orang itu. Mereka tidak menyadari adanya pergerakan.

"Loh? Sejak kapan Aven pulang?" Tanya Verzy bingung.

"Sejak 'itulah akibat tidak ada sosok ibu seumur hidupnya'?" Jawab Draven sembari mengedikkan bahunya tak acuh.

"Tadinya gue mau ngagetin kalian dari atas sana, tapi malah gue yang dikagetin sama kenyataan," kekeh Sammy.

~ To be continued ~
~ Vote/komen nyaaa (^v^) ~

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang