Verzy memandang satu foto yang berada dilantai 3. Foto seorang anak kecil lelaki dengan wanita yang tengah menggendong dengan kandungan besar.
"Pasti Draven kan ini," gumam Verzy melihat anak kecil itu. Namun tatapannya terpaku oleh wajah sang wanita yang tampak tak asing.
Foto wajah wanita itu tampak blur karena beberapa lekukan. Verzy mengedikkan bahunya, mungkin itu hanya perasannya, lagi pula kenapa dia harus mengingat yang tidak dia tau?
Verzy sangat bosan sampai dia memutuskan untuk mengelilingi rumah besar ini.
.
Hari sudah malam, namun tidak ada tanda tanda Draven akan pulang setelah mengerjakan setumpuk pekerjaan.
"Tuan-"
"Biarkan saya sendiri," potong Draven.
Grey langsung terdiam, dia sudah sangat mengerti tuannya, pasti ini ada hubungannya dengan hari yang akan datang.
"Kalau begitu, saya akan kembali," ucap Grey langsung keluar setelah memberi hormat singkat.
Draven beranjak dari duduknya, dia akan pergi ketempat yang tenang. Tempat yang tidak akan ada penganggunya.
Mobil sudah menyala, Draven segera menginjak pedal nya meninggalkan kantor yang sudah sepi.
Perasaan ini selalu datang setiap tahun, perasaan tidak senang dan membenci keluarganya.
Draven melonggarkan setiap bajunya, merasa sesak walaupun jendela mobil terbuka lebar.
"Ada yang mengikuti?" Batin Draven
Draven melihat beberapa mobil yang berada di belakangnya. Meskipun ini jalanan ramai yang padat, tapi Draven merasa 3 mobil itu mengikutinya.
Draven mencoba berbelok, dan mereka ikut berbelok.
Draven menyinggung sudut bibirnya. "Mari kita lihat, apa mereka akan melihat mentari besok pagi."
Draven mempercepat laju mobilnya, tujuan awalnya dikesampingkan, dan berbelok kearah jalanan yang sangat jarang dilewati pengendara.
Tepat dipertengahan jalan panjang itu. Mobil Draven berhenti, dan benar saja, ketiga mobil itu juga berhenti, yang berarti mereka memang mengikuti Draven sejak di jalanan kota tadi.
Draven turun setelah sedikit meregangkan tangannya. Dia berdiri tepat didepan ketiga mobil itu yang menyorot lampu kearahnya.
"Turunlah, dan katakan masalah kalian," ujar Draven dengan tenang.
Salah satu dari mereka turun dengan pakaian serba hitam, bahkan wajah mereka tertutup masker.
Draven terkekeh. "Apa ini semacam lelucon ninja?"
Draven akui jika tubuh orang itu lebih besar darinya dengan tinggi yang sama.
"Kayaknya lo dah tau kenapa kita ngikutin lo," ujar orang itu menatap remeh Draven.
Draven menggeleng pelan. "Tidak, saya tidak mengetahui apa apa."
"HAJAR!" Sekitar 8 orang turun secara bersamaan dengan gaya ninja nya.
Draven sudah menyiapkan dirinya, 9 lawan 1? Itu semudah memenggal leher pelacur.
Bugh
Bugh
Draven menyerang dan bertahan secara bersamaan, menghindari beberapa senjata yang siap membobol tubuhnya.
"Kalian ninja wanita? Kenapa harus memakai senjata saat lawanmu menggunakan tangan kosong?" Tanya Draven terheran sembari terus melayangkan tinjunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Novela Juvenil📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...