Mereka yang mendengar itu terdiam satu sama lain, mereka tidak tau harus bicara apa tentang rahasia yang mereka jaga 18 tahun itu.
Sammy duduk dibatu kolam.
"Bener kata kak Verzy, kalo gue bisa milih, gue gak mau dilahirin kedunia ini, daripada harus ngambil mama dari kalian," ucap Sammy menatap semuanya.
Verzy yang mendengar itu tidak bisa tidak berkaca kaca, dia bisa merasakan bagaimana perasaan Sammy selama ini.
"Andai gue ga lahir, mungkin mama sampe sekarang masih ada sama kalian, kalian juga gak bakal tersesat tanpa arah kayak gini. Semua emang salah gue yang lahir jadi keluarga kalian. Harusnya kalian buang gue biar gue gak usah ngadepin kenyataan kayak gini-" Sammy menarik nafas pelan.
"Kalian gak tau gimana jadi gue, yang gak tau apa apa, dan gak tau alasan yang bikin kalian benci gue, gue hidup dilingkaran rasa gak enak. Bahkan gue nyangka kalo gue anak pungut yang beruntung kalian ambil-" Sammy terkekeh pelan.
"Tapi itu alasan bisa gue maklum, daripada kenyataan mama yang lebih milih nyelametin gue daripada nyelametin hidupnya sendiri," ucap Sammy panjang lebar, air matanya menitik bersamaan dengan jantungnya yang berdetak cepat.
"Sammy, ayah tidak pernah berpikir seperti itu," ucap Anthony menatap putra bungsunya, dadanya terasa linu mendengar itu dari anaknya sendiri. Dia telah gagal menjadi seorang ayah untuk ketiga anaknya.
"Emang enggak, tapi kadang, ayah juga berpikir kalo lebih baik aku gak ada kan?" Ujar Sammy.
Kyril dan Draven terdiam menatap Sammy, mereka baru bisa melihat Sammy sekarang. Kemana saja mereka selama 18 tahun ini?
"Gue gak bisa salahin kalian, gue juga gak bisa benci gue yang liat dunia ini. Karena gue juga gak bisa milih buat ada atau enggak didunia ini...?" Ucap Sammy dengan wajah yang sudah putus asa.
Tiba tiba Sammy menurunkan tubuhnya, menekuk kedua lututnya dan duduk bersimpuh dihadapan mereka.
Verzy yang melihat itu langsung menghampiri Sammy dan memeluk tubuh remaja itu.
"Sammy, saat itu, kami terlalu kecil untuk memehami kelahiran kamu, dan sampai sekarang pun kami masih berpikiran seperti anak kecil yang tidak tau apa apa..." Ucap Kyril yang perlahan mendekati Sammy.
"Gue gapapa," lirih Sammy menyandarkan keningnya dibahu Verzy, memejamkan matanya merasakan usapan lembut Verzy dipunggungnya.
"Maafkan ayah yang gagal mendidik kalian semua, ayah pun masih berpikiran sempit seperti anak kecil," celetuk Anthony menatap sendu.
Draven hanya membuang nafas panjangnya dan pergi darisana. Suasana mellow sangat tidak cocok untuk raut wajah santainya.
Verzy yang melihat itu membiarkan Draven, dia akan memberi ruang Draven untuk berpikir tentang perilakunya.
"Maafkan aku, semua yang dikatakan Verzy benar. Semua ibu berhati malaikat yang akan memberi anaknya kehidupan. Mama sangat menyayangi mu, maka dari itu mama berjuang untuk melahirkan kamu untuk keluarga kita. Maafkan aku yang selalu berpikir, kamu adalah alasan kenapa mama pergi," ucap Kyril yang ikut bersimpuh didepan Sammy.
Anthony tidak tau harus bicara seperti apa, dia hanya bisa diam menatap putra putranya yang silih meminta maaf. Orang tua seperti apa sebenarnya dia?
Verzy mengundurkan diri saat Kyril yang hendak memeluk Sammy. Hatinya begitu hangat melihat itu, ini adalah lembaran baru untuk mereka hidup lebih baik.
"Ayah gagal menjadi orang tua untuk mereka," gumam Anthony.
"Ayah gak gagal, ayah juga sama kayak mereka yang masih dilingkaran penyesalan kehilangan mama, tapi bukan berarti perasaan itu terus larut makin dalam. Belum terlambat buat memperbaiki semuanya, aku yakin ayah pasti bisa laluin ini lebih baik lagi, ayah itu ayah yang hebat, gak semua ayah yang tahan rawat 3 jagoan sekaligus," ucap Verzy menyemangati Anthony yang terlihat sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Teen Fiction📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...