🍁 Deel 30

37 9 0
                                    

Dilantai yang lain, Sammy sedang berhadapan dengan Tio, rival sirkuitnya.

"Jadi ini ulah lo juga? Sadar gak bisa lawan gue sendiri ya? Makanya cari babi liar buat dimanfaatin," remeh Sammy menatap Tio dengan tatapan menjijikan.

Tio menggeram. "Gak usah omong kosong."

Tio langsung menghantam Sammy, namun Sammy dengan lihai menangkis tangan dengan keling/kneckel itu.

"Cowo kok keroyokan, mau ganti rok dulu ngab?" Ledek Sammy.

Tio diam, dia menatap anak SMA itu, sungguh memalukan jika dia lagi lagi kalah dalam pertarungan ini.

.

Draven spontan memeluk Verzy saat suara pistol itu terdengar nyaring.

Pria lainnya yang sedang berdiri jauh dengan dua pistol ditangannya.

"Draven Anthony, lo inget gue?" Tanya orang itu.

Draven hanya menatap datar, otaknya hanya mengingat kolega dan istrinya saja, tidak berniat mengingat babi liar seperti itu.

Tawa pria itu menggelegar, sedangkan Verzy semakin menggenggam erat tangan Draven, dia tidak takut!

"Sayang banget, kayaknya enggak ya? Gue... Herion, ketua mafia yang baru lo ratain tahun lalu!" Teriak Herion.

"Saya tidak peduli," ucap Draven tak acuh.

Herion melangkah maju sampai berdiri didekat suami istri itu. Tiba-tiba dia menodongkan pistolnya tepat ditengah kening Verzy.

"Apa yang kamu lakukan!?" Sentak Draven menatap tajam dengan mata melotot.

"Gak susah buat narik pelatuk ini, ka-"

Draven pun melepaskan tautannya dengan Verzy, Verzy menggeleng keras dengan wajah takut, walaupun tidak menangis.

"Masalahmu dengan saya, dia tidak tau apapun," ujar Draven.

Herion terkekeh geli, kalau bukan karena Verzy, dia tidak bisa membuat Draven dan keluarga datang kesini.

"Belutut!"

Draven menurut, dia berlutut. Draven tau betul segila apa pria didepannya. Herion tidak berbeda dengannya. Pria itu akan dengan mudah menarik pelatuknya kapan saja.

"Penjaga! Jaga cewe ini, jangan sampe lecet! Kayaknya gue yang bakal jadi suami dia gantiin Draven."

Verzy melotot. "Gue gak sudi punya suami kayak lo!"

"Gue sama Draven gak ada bedanya manis, sama aja," kekeh Herion.

"Lepaskan Verzy," ucap Draven, hatinya sakit melihat istrinya yang tidak tau apa apa harus terlibat karena kesalahannya.

Sedetik kemudian, Draven tersungkur karena tendangan Herion dibahunya.

"Aven!!"

Herion tertawa keras, merasa senang membuat Draven berada sejajar dengan kakinya. Tidak, harusnya Draven ada dibawah kakinya?.

"Semuanya gak bakal rumit kalo lo diem, Draven," ucap Herion menginjak perut Draven.

"Kamu berkata seperti itu karena menyadari jika kamu tidak bisa mengalahkan saya," remeh Draven dengan wajah tenangnya.

"Kalo enggak, apa gunanya cewe cantik ini?" Kekeh Herion.

"Sini lo berdua, pegangin dia," perintah Herion menatap penjaga yang lainnya.

Draven sudah berdiri, dengan kedua tangan yang ditahan.

Herion sedikit melirik Verzy. "Manis, liat ini baik baik oke?"

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang