🍁 Deel 23

40 10 0
                                    

Disinilah mereka berada, didalam mobil yang akan meluncur kepemakaman.

"Selamat siang tuan, nyonya," sapa Grey saat memasuki kursi pendamping sebelah supir.

Grey cukup terkejut karena ucapan Draven kemarin. Dia diperintahkan untuk menyiapkan barang atau uang dalam jumlah besar, untuk dibagikan pada gadis yang telah menjadi tahanan Draven.

Atas dasar apa tuan nya akan melakukan itu semua? Bahkan sampai bilang akan bersujud dipemakaman pada mantan tahanannya.

Semuanya menjadi pertanyaan, sampai Grey sampai dirumah sang tuan dan menatap Verzy yang duduk disebelah tuannya. Dia menjadi mengerti, apa alasan tuan nya melakukan itu semua.

"Bagaimana dengan persiapan yang saya perintah kemarin?" Tanya Draven menatap Pad nya.

"Semua sudah disiapkan, tuan. 2 mobil dibelakang akan mengikuti dengan barangnya," jawab Grey.

Verzy yang mendengar itu menatap Draven bingung.

"Barang apa?" Tanya Verzy.

"Sebagai permintaan maaf saya pada keluarga yang lain," jawab Draven tersenyum.

Verzy hanya mengangguk, sebenarnya, permintaan maaf tulus saja cukup jika Draven bersungguh sungguh.

"Lo beneran minta maaf kan? Bukan mau nyogok keluarga yang gak terima?" Tanya Verzy dengan mats menyipit penuh selidik.

Draven tertawa pelan. "Saya tidak pernah bercanda dengan ucapan saya, sayang. Kamu boleh bertanya pada Grey," kekeh Draven.

"Iya nyonya, tuan sangat serius memenuhi setiap ucapan, tuan tidak pernah main main," sahut Grey melengkapi ucapan Draven.

Mendengar itu, Draven memasang wajah bangganya.

"Kalian tuh kemana mana bareng, siapa yang percaya kalian gak sekongkol?" Celetuk Verzy tak acuh.

Kedua lelaki itu menatap Verzy tak percaya. Baru kali ini, ucapan mereka diragukan.

Supir yang mendengar itu, sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara apapun, baginya, ini adalah hal lucu yang akan ditertawakan seluruh anggota.

"Saya akan merobek mulutmu jika kamu mengeluarkan suara," peringat Draven, supir itu langsung terdiam.

"Kebetulan saya membawa peralatan lengkap, tuan," timpal Grey, membuat supir itu meneguk ludah kasar.

Verzy mendengus melihat itu, memang candaan lelaki sesuram dan segaring ini? Dia pun menggeser duduknya ditengah tengah, dengan kepala dia timbulkan sedikit kedepan.

"Pak supir, ada cemilan gak?" Tanya Verzy.

"Saya cuman ada cemilan warung, nyonya," jawab supir itu dengan nada ragu.

"Gapapa pak, saya minta dong," ujar Verzy.

"Nyonya, kita bisa mampir ke supermarket kalau nyonya ingin membeli snack," ucap Grey, dia juga tak yakin Draven akan membiarkannya.

"Kenapa pak? Takut sama Draven? Gapapa pak, dia gak bakal bisa apa apa kalo saya yang minta," lanjut Verzy yang mengerti terdiamnya pak supir.

Draven mendengus mendengar itu. Verzy sangat tau betul jika dia tidak akan menolak apapun yang gadis itu inginkan.

Sedangkan Grey menunduk menahan tawa, Verzy benar benar telah membuat tuannya menjadi singa jinak dan penurut.

Supir itupun memberi cemilan murahnya pada Verzy. Melihat Verzy yang menerima dengan senang dan memakannya membuat supir itu tersenyum.

Ini adalah kali pertama ada anggota keluarga yang ingin menerima pemberian dari seorang pelayan.

"Eemmm, enak pak," ucap Verzy menghuapkan satu persatu cemilan bulat itu.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang