Draven tiba disebuah tempat hiburan. Matanya menelisik kesegala penjuru mencari target yang akan menerima emosinya saat ini.
Dia berjalan menuju bartender.
"Selamat datang tuan."
Draven duduk disalah satu kursi disana. "Apa kamu melihat Zena?"
"Nona Zena? Tadi nona baru saja datang tuan, nona ada di ruang VVIP," jawab bartender itu. "Ingin minum tuan?"
Draven menggeleng dan kembali berdiri. Dia akan mencari sendiri keberadaan wanita itu.
Sedangkan bartender menatap bingung pelanggan emasnya itu. Kenapa mencari kekasihnya? Padahal biasanya mereka datang berbarengan.
Draven berhenti diruang VVIP bernomor 10. Dia yakin Zena ada didalam sana.
Dengan kekuatan kakinya, Draven menendang pintu yang terbuat dari baja itu. Pintu terbuka dengan satu titik yang penyok.
Hal pertama yang dilihatnya adalah, Zena, yang sedang terduduk manis dipangkuan pria hanya dengan menggunakan bra.
Semua terkejut dengan kedatangan Draven yang tiba tiba. Terlebih Zena yang panik.
Draven mendekat dengan tenang.
Plak
Satu tamparan Zena dapatkan tanpa peringatan. Wanita itu menoleh kesamping kanan dengan tangan memegang pipi kirinya.
Dia menoleh menatap Draven. Wajah pria itu sangat tenang dengan tatapan membunuhnya.
"Apa apaan lo!?" Teriak pria yang memangku Zena tadi.
Draven menyimpan tangannya dileher pria itu.
"Diam dan lihat saja." Hanya itu yang Draven katakan.
"Draven, A-aku-"
Plak
"Apa yang telah kamu lakukan pada gadis saya?" Tanya Draven, dia harus membuat Zena mengatakannya. Jika tidak, dia tidak akan puas dengan kegiatannya malam ini.
"Maksud kamu? Aku gadis kamu!" Tukas Zena marah.
Plak
"Omong kosong! Kamu tidak lebih dari sekedar pelacur yang melayani semua pria berhidung belang!" Geram Draven.
Para wanita yang ada disana langsung menjauh dari Draven, mereka sangat takut saat ini.
Sedangkan sang pemilik ruangan berdiri dihadapan Draven dengan gagahnya. Dia terlihat tak takut sama sekali dengan aura membunuh Draven.
"Sikapmu sangat pengecut, apa ini contoh dari sikap ayah pada ibumu?"
Draven menatap tajam pria yang memiliki tinggi dengannya itu. Sangat berani dia menyebut ayah dan bundanya.
Bugh
"Saya tidak memiliki urusan dengan kamu!"
Pria itu tersungkur setelah mendapat bogem mentah dari Draven.
Zena sudah menangis dengan seguk. "Apa maksud kamu!? Kamu pacar aku! Kenapa dia yang gadis kamu! Kita akan menikah, ingat! Perutku sedang mengandung anak dari kamu!" Ucap Zena dengan sedih, dia memegang perutnya yang belum membesar itu.
Draven memojokan Zena kedinding tangannya mencekik leher gadis itu.
"Menikah? Impianmu terlalu jauh untuk itu, dan apa? Mengandung? Saya tidak pernah menyentuhmu seujung kukupun, siapa ayahnya? Apa bajingan ini?" Draven menunjuk pemilik ruangan.
"Ini anak kamu! Darah daging kamu!" Sentak Zena.
Draven semakin mengeratkan cekikannya. Zena menggenggam tangan Draven.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Teen Fiction📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...