7 hari berlalu, Verzy sudah beraktifitas seperti biasa. Aktifitas? Maksudnya dia sudah menjadi tahanan seperti biasa.
Semakin lama, dia juga sudah terbiasa dengan penjara mewah ini, dia lebih liar dan mengenal setiap sudut rumah 3 lantai itu. Makan malam pun, Verzy selalu duduk bersama dengan Draven, dalam keheningan.
Saat ini, Verzy sedang terduduk digazebo, melihat hamparan air kolam renang dan taman mini.
Bagaimana keadaan diluar sana?
Bagaimana keadaan kampus dan pekerjaannya?Untuk pekerjaan, dia yakin jika dia sudah dipecat, mengingat sudah berapa minggu dia tertahan disini.
"Huuh, hp gak ada, skincare gak ada, baju ogah pake punya si monster. Gini banget hidup gue."
Sedang berkeluh kesah dengan nasibnya, tiba tiba sekelebat lampu terang melintas di otak nya. Kenapa tidak kepikiran? Uang pemilik castle ini pasti sangat banyak kan?
Verzy terkekeh dengan pikirannya.
"Apa gue abisin aja duitnya? Kan lumayan," kekeh Verzy.
Pelayan yang didalam memperhatikannya mengerutkan kening, apa yang membuat nyonya nya sesenang itu? Padahal hanya duduk menatap kolam dan taman.
"Apa yang kalian lihat?"
Para pelayan itu seketika berbalik. Draven berjalan mendekati para pelayan itu. Dia bisa melihat Verzy yang tengah tertawa.
"Kembali bekerja," ucap Draven. Lelaki itu masih setia berdiri disana, apa yang sedang gadisnya pikirkan? Apa menyukai taman yang dibuatnya? Atau sedang memikirkannya?
Draven dengan santai berjalan hingga berjarak beberapa langkah dari Verzy. Seketika senyum Verzy luntur melihat Draven.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Draven duduk disamping Verzy.
"Wah, pucuk dicinta, ulam pun tiba."
"Ngapain lo disini?" Tanya Verzy dengan nada datar.
"Saya melihatmu tertawa, jadi saya penasaran dengan apa yang kamu pikirkan," jawab Draven menatap Verzy.
Verzy memutar matanya malas. "Kepo lo."
Draven terkekeh pelan. "Saya terlalu malas bekerja, jadi saya disini bersama kamu."
"Gue gak nanya."
"Gimana bilangnya? Masa kek minta duit?"
Mereka diam untuk beberapa waktu, sampai Verzy memberanikan diri untuk mengeluarkan suara silvernya.
"Gue mau keluar."
3 kata yang mampu membuat seorang Draven langsung menoleh.
"Tidak." Verzy sudah menduga, itu jawaban monster disampingnya.
"Gue gak bakal kabur, gue mau belanja," ucap Verzy berusaha sabar.
"Tidak." Verzy geram dan hampir mengacak wajah tampan itu.
"Gue juga punya kebutuhan-"
"Saya akan memberikan semua yang kamu butuhkan, cukup katakan apa yang kamu inginkan, saya akan memberikannya." Draven sangat cepat memotong ucapan Verzy, membuat gadis itu benar benar memukulnya.
Draven menatap Verzy, apa salahnya kini? Dia hanya melarangnya.
"Semua barang yang lo kasih, gue gak suka. Skincare, sabun, sampo yang lo kasih juga gak cocok sama gue! Baju juga! Bukan style gue banget, makanya gue mau keluar, mau belanja, mau refresing, mau hiburaaaaaan!!!!!" Kesal Verzy mengeluarkan unek-unek nya. Tapi Draven hanya terkekeh, Verzy menatap jengah lelaki monster itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Prisoner to be Loved || End ✔
Teen Fiction📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒. ***** Jika dikehidupan ada kurva. Mungkin kurva terendah Verzy adalah saat dia bertemu Draven Kyester Anthony. . Satu hari yang membuat kehidupannya seolah direng...