🍁 Deel 24

35 8 0
                                    

Zena melangkahkan kakinya memasuki gedung kosong dan besar yang akan menjadi tempatnya berkuasa.

"Zena!"

Zena mendengus saat mendengar suara besar dan menggema itu.

"Berisik! Ini gedung kosong, bodoh! Suara lo jelek banget!" Serkas Zena menatap tajam pelaku yang berteriak.

Tio, pria itu tertawa dengan suara beratnya.

"Kenapa muka lo? Lebih jelek dari biasanya," ledek Tio berjalan mendekati Zena.

Zena menabok bahu Tio sekuat tenaganya. "Diem aja deh bacot lo."

Tio terkekeh pelan. "Jadi, kenapa? Ini masih pagi loh bumil," ucap Tio dengan nada menggoda. Tangannya merengkuh pinggang Zena dengan posessif.

Zena cemberut dengan tangan yang melingkar di leher Tio.

"Gue masih belom tau siapa ayah dari anak gue," keluh Zena.

Tio mengusap pipi Zena dengan pelan. "Pusing pusing banget sih? Dibilang gugurin aja."

Zena merengut kesal mendengar itu. "Enak aja! Gue emang bukan cewe bener, tapi gue gak sejahat itu buang anak yang gak salah apa apa!"

Tio terkekeh pelan mendengar ucapan jalang yang didekapnya. Seorang jalang masih peduli dengan itu? Sungguh langka.

"Terus lo mau gimana? Lahirin dia tanpa ayah?" Tanya Tio yang semakin lama mendekatkan wajahnya.

"Yaa... mau gak mau iya, gue gak mau anak gue sengsara kayak gue, yang asal usulnya aja gak jelas," kekeh Zena, dia mulai menatap Tio dengan tatapan menggodanya.

Tio tersenyum melihat itu, sedetik kemudia, dia mulai meraup rakus bibir ranum milik Zena.

Tidak menolak, Zena dengan senang hati menyambut belaian lidah pria belang itu tak kalah agresif. Mengingat, hanya ada mereka berdua yang ada disana.

Sedang asik melakukan hal dewasa, tiba tiba...

"Yang? Kemana kamu? Kok aku ditinggal siihhh."

Tio sontak menoleh kearah teleponnya.

"Ah sial! Gue lupa lagi teleponan." Tio langsung berlari mengambil ponselnya.

"Dasar kadal! Wooii cowo lo abis nyium gue!" Teriak Zena membuat Tio melotot.

Pria itu menggerakkan tangan seperti pistol dan belaga mengarahkannya pada Zena, namun Zena hanya tertawa dan pergi untuk melihat lihat gedung ini.

"Rencana gue gak boleh gagal! Ini harus sesuai harapan dan ekspetasi gue. Gue bakal bikin, Draven balik sama gue!" Desis Zena menatap ruangan gelap gulita dengan tajam.

Tak lama, segerombol orang berbadan besar pun datang dan memulai aktifitas menjaga gedung itu.

Persiapan ini sangat matang, sampai para kepala yang terlibat tidak sabar dengan penghuni baru menempati salah satu ruangan itu.

.

Menuju pernikahan yang akan diadakan lusa, Draven menerobos semua pekerjaannya dalam sehari, dengan alasan, dia ingin mengambil libur untuk beberapa hari setelah pernikahannya.

"Grey, apa lagi yang harus saya kerjaan? Cepatlah," desak Draven setelah menandatangi seluruh laporan parfumnya.

Grey yang melihat itu menjadi linglung, kenapa juga bos nya ini harus buru buru? Kerjaan kan bisa ditunda lagi.

Grey kemudian kembali masuk dengan membawa laporan lagi.

"Hari ini akan ada rapat untuk mengembangkan kantor pengembangan, tuan." Grey menyerahkan materi yang akan dinahas hari ini.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang