🍁 Deel 9

58 13 0
                                    

Bruk

Draven membanting Verzy kekasurnya. Dia menatap tajam Verzy yang masih terisak dalam diam.

Dia berjalan mendekat, mengukung Verzy yang berada dibawahnya. Membuat Verzy semakin tidak ingin menatap pria itu.

"Jika kamu menurut, saya tidak akan bertindak seperti ini," ucap Draven pelan, dengan tangan yang menyibak rambut Verzy. Memperlihatkan wajah sembab gadis itu.

Perlahan, tangannya terulur mengusap pipi yang sedikit berisi itu.

"Saya tidak suka. Saya sangat tidak suka milik saya disentuh orang lain. Jangan kan menyentuh, dilihatpun saya sangat tidak rela," lanjut Draven dengan tatapan tenang namun menusuknya.

"Gue bukan punya lo!" Teriak Verzy mencoba mendorong Draven.

Draven memegang kedua tangan Verzy dengan satu tangannya.

"Kamu milik saya, karena saya menyukai kamu," desis Draven penuh penekanan.

Verzy menatap tajam dengan mata sembabnya. "Lo gak suka gue! Lo gak pernah suka gue! Gue cuman bahan mainan buat lo! Gue cuman tahanan yang setara sama pelacur yang sering lo bawa! Gue gak pernah jadi punya lo!" Verzy berucap dengan berani, dia sudah lelah mendengar bualan lelaki itu.

Draven mengeratkan genggamannya, wajahnya semakin mendekat hingga... Bibir itu menyentuh kening Verzy dengan pelan.

Verzy menggeleng dengan keras, namun yang dilawannya adalah Draven, lelaki yang harus mendapatkan apapun yang dia inginkan.

"Saya sangat cemburu, sampai saya ingin membunuh Sammy saat itu juga. Saya sangat cemburu, sampai saya ingin memilikimu seutuhnya."

Setiap perkataan yang Draven lontarkan, adalah kata kata penuh penekanan yang membuat Verzy ketakutan dengan apa yang akan lelaki itu perbuat selanjutnya.

"Biarkan saya menghapus jejak para bajingan yang sudah menyentuh kamu. Jika kamu diam, saya tidak akan berbuat lebih."

Verzy terisak, dia dapat merasakan rasa dingin yang mengisap lehernya dengan kuat.

"Ber-henti," lirih Verzy, dia sudah tidak memiliki tenaga untuk memukul tubuh keras Draven.

Draven menghiraukan Verzyn. Dia tetap melakukan kegiatannya, dengan tambahan dibeberapa tempat yang sekiranya akan terekspos. Ya, dia akan menandai Verzy sebagai miliknya.

Verzy hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan Draven, air matanya terus mengalir bagai air terjun yang tidak ada habisnya.

Draven menjauhkan wajahnya menatap Verzy. Genggamannya dia lepas, tanggannya terulur mengusap jejak air mata Verzy.

Dia memeluk gadisnya.

"Maafkan saya yang membiarkan emosi melukai kamu, apa leher kamu terasa sakit?" Tanya Draven mengusap leher Verzy yang tadi dicekiknya.

Verzy hanya diam.

"Berhentilah menangis, jantung saya terasa sakit hingga seperti akan berhenti," ucap Draven lembut.

Draven memeluk Verzy, dirinya dia baringkan disisi Verzy dengan menghadap samping. Memeluk gadisnya dengan lembut.

"Ssstt... Kamu akan lelah, sayang," bisik Draven mengusap kepala Verzy.

Verzy sudah lelah, sebentar lagi kesadarannya akan hilang. Dia mengantuk.

Verzy mengusap, membuat Draven terkekeh.

"Kamu mengantuk? Tidurlah, saya akan memindahkanmu kekamar setelah kamu tidur."

Verzy sudah tidak peduli dengan apa yang diucapkan Draven, dia tidak mendengar apapun.

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang