🍁 Deel 13

46 10 0
                                    

Sesuai janjinya dengan Verzy kemarin, Draven akan ikut menemani gadis itu berbelanja, dengan alibi 'menjaga' padahal dia hanya ingin membuat gadisnya tertawa.

Draven sudah selesai dan menunggu dilantai bawah. Jangan ditanya apa style nya hari ini, karena sudah pasti setelan jas lengkap dengan kemeja, setelan itu sudah melekat sejak dia kecil, sedikit sulit untuk menghilangkannya.

"Lo pake baju itu?" Tanya Verzy menatap Draven dari ujung kaki hingga rambut.

"Iya, apa salah?" Tanya Draven balik, dia tidak mengerti kenapa Verzy menanyakan itu.

Verzy tersenyum paksa. "Gapapa, ayo keburu siang."

Draven mengangguk, dia mengikuti Verzy keluar rumah. Senyum tipis tidak luntur dari bibir gadisnya, membuatnya gemas dan ingin mencubit hidung Verzy saat ini juga.

Verzy naik kekursi belakang membuat Draven menoleh.

"Kenapa kamu duduk disitu? Pindah kedepan," ujar Draven.

"Emang kenapa di sini?" Tanya Verzy bingung.

"Kamu kira saya supir kamu? Cepat pindah," tegas Draven.

"Emang bukan?" Ledek Verzy dengan senyum jahilnya.

"Pindah."

Verzy terpaksa pindah mendengar suara muram itu.

"Cih! Harusnya gue gak usah nurut, males banget. Tapi - dia yang bayarin gue hihihi." Batin Verzy.

Setelah bercengkrama dengan supir dan perjaga lainnya tanpa sepengetahuan Verzy, merekapun melesat pergi dari pekarangan rumah Draven.

Verzy terus saja menatap kejalanan dengan mata entah memikirkan apa. Sesaat melewati RSJ, pandangan Verzy berubah sendu. Draven menyadari adanya perubahan itu, membuatnya terbingung dengan suasana hati si gadis.

"Apa yang kamu pikirkan, Verzy?" Tanya Draven mencoba menurunkan suaranya.

Verzy menggeleng pelan. "Gapapa. Cepet dong, gue mau cepet cepet belanja nih." Verzy kembali seperti sebelumnya, Verzy yang jutek dan ketua.

"Demi liat dunia luar, gue abisin duit lo pak," batin Verzy terkekeh.

Verzy cepat sampai karena supir lihainya yang meleor bagai ular. Verzy pun cepat kedalam diikuti Draven dibelakangnya.

Verzy memasuki toko skincare, Draven ikuti. Verzy memasuki toko baju, Draven ikuti. Lelaki itu tidak tertinggal 1 jengkalpun dari Verzy.

"Bisa gak sih? Jauh jauh jalannya, mepet banget deh," kesal Verzy mendorong tubuh Draven menjauh.

"Tidak." Draven kembali merapatkan tubuhnya.

Verzy merenggut kesal dan menjauhkan diri, namun Draven tetap mendekat lagi.

"Mau lo apa sih?!" Kesal Verzy.

"Diamlah, semua orang memperhatikan kita sekarang," ujar Draven berjalan melewati Verzy.

Verzy yang menyadari itu menunduk dan kembali berjalan mendahului Draven. Draven tertawa dalam hati melihat itu.

"Oh? Erzyyy!!"

Verzy yang mendengar namanya disebut segera menoleh kearah sumber suara. Dia melambaikan tangannya saat melihat teman kuliahnya itu.

"Wiya." Gadis bernama Wiya itu memeluk Verzy dengan erat.

"Astagaaa, lo kemana aja? Ngambil cuti gak ada kabar, tiba tiba diwakilin orang. Gimana kabar lo?" Tanya Wiya menatap Verzy dengan rindu.

Verzy menyernyit mendengar Wiya, namun dia beraksi seperti biasa. "Gue baik, lo gimana? Ama siapa kesini?"

|| Prisoner to be Loved || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang