Part 2

88 27 0
                                    


Di bawah sinar lampu jalan yang berkedip-kedip dan deru motor yang memekakkan telinga, suasana di area balapan liar malam itu dipenuhi dengan semangat dan kegilaan.

Suara knalpot yang meraung, gemuruh mesin yang menggelegar, dan teriakan sorakan dari para penonton menciptakan suasana yang sangat kontras dengan lingkungan sekolah yang tenang dan teratur.

Area tersebut dipenuhi dengan cahaya neon yang menyala dari papan iklan dan lampu-lampu jalanan yang berpendar, seolah memancarkan energi yang tidak terpuaskan.

"Ngapain kita di sini?" tanya Kesya, suaranya terdengar bingung dan sedikit khawatir, "I didn't expect you guys to bring me here," (Enggak nyangka kalian bawa gue ke sini.)

Kesya melihat ke arah para pelajar yang berkumpul di pinggir jalan, bersiap-siap untuk balapan liar yang akan segera dimulai. Motornya yang dimodifikasi dengan warna-warna mencolok dan berkilau menambah kesan liar dari acara tersebut.

Clarissa, yang tampaknya sangat nyaman dengan suasana tersebut, melirik ke arah para pelajar yang bersiap-siap untuk balapan.

"Sekali-kali lo harus lihat gelapnya dunia gimana. Kalau lo hidup penuh cahaya terus-menerus dan cahaya itu mulai redup bahkan menghilang, lo udah gak kaget lagi," ujar Clarissa dengan senyuman penuh arti.

"Sometimes you need to see the dark side of life to appreciate the light," (Terkadang kita perlu melihat sisi gelap kehidupan untuk menghargai cahaya), lanjutnya.

Alexa, yang berdiri di samping Clarissa, mengangguk setuju, "yeah, it's important to know that not everything is as perfect as it seems," (Ya, penting untuk tahu bahwa tidak semuanya sempurna seperti yang terlihat), katanya dengan nada serius, menambahkan bahwa penting untuk mengetahui bahwa tidak semua hal semulus yang terlihat.

"Kita cuma mau lo ngerti bahwa hidup ini gak selamanya penuh warna-warni," sambung Alexa.

Kesya menatap sekeliling dengan rasa miris yang mendalam, "dunia gue lebih gelap dari yang kalian kira. Bahkan lebih gelap dari lubang cacing," batin Kesya, merasa bahwa kehidupannya yang penuh dengan rahasia dan risiko jauh lebih dalam dan gelap dibandingkan dengan balapan liar yang ada di hadapannya.

Dia tahu bahwa dia berada di tempat yang penuh dengan energi dan kegilaan, tetapi dia juga menyadari betapa dalamnya dia telah terjerumus ke dalam dunia gelapnya sendiri.

Clarissa mengarahkan pandangannya ke arah beberapa remaja yang kini sedang berbaris di garis start, bersiap untuk memulai balapan, "you see, this is where they come to prove themselves. It's not just about the race; it's about showing who's the king of the street," ucapnya dengan semangat, menjelaskan bahwa balapan ini lebih dari sekadar perlombaan, melainkan tentang menunjukkan siapa yang berkuasa di jalanan.

Suasana malam itu semakin memanas. Kesya melihat para peserta balapan yang mengenakan helm dan sarung tangan, sementara penonton di sekelilingnya bersorak-sorai dan berteriak mendukung.

Beberapa remaja berdiri dengan motor mereka yang dimodifikasi, siap melaju dengan kecepatan yang memacu adrenalin. Suara musik yang diputar keras dari mobil-mobil di sekitar menambah kemeriahan malam itu.

Ketika balapan dimulai, deru mesin yang menderu semakin keras dan sorakan penonton semakin meriah. Kesya berdiri di tepi jalan, menyaksikan para pelajar berlomba dengan kecepatan tinggi, merasakan setiap detik ketegangan yang meliputi area tersebut. Clarissa dan Alexa berdiri di sampingnya, tampak menikmati setiap momen dari balapan tersebut.

***

Di tengah keramaian area balapan liar malam itu, di mana lampu neon yang berkedip-kedip berfungsi sebagai panggung yang menggambarkan semangat muda dan kegilaan, Zio dan Mark berdiri di pinggir jalan dengan motor mereka masing-masing. Suara deru mesin, sorakan penonton, dan aroma bensin mengisi udara malam, menciptakan suasana yang penuh dengan energi dan kegembiraan.

Zio, dengan jaket kulit hitamnya yang mengkilap dan helm yang terpasang di samping motornya, tampak tenang dan berwibawa. Ia duduk dengan santai di atas motornya, tatapannya fokus pada Mark yang berdiri di depannya.

Mark, seorang remaja dari sekolah yang berbeda dengan penampilan yang penuh percaya diri, menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Zio. Amplop tersebut tampak berat, menandakan bahwa isinya cukup signifikan.

"Nih, uangnya. Hutang gue semuanya lunas," ucap Mark dengan nada penuh kepastian.

Suaranya terdengar parau, mungkin akibat dari kebiasaan merokok atau hanya efek dari suasana malam yang bising. Ia memberikan amplop coklat tersebut dengan tangan yang sedikit bergetar, seolah menghindari pandangan orang-orang di sekelilingnya.

Zio menerima amplop tersebut dan membukanya dengan cepat. Ia mulai menghitung uang di dalamnya, gerakan tangannya lihai dan terbiasa dengan aktivitas ini.

Setelah memastikan jumlahnya sesuai dengan yang dijanjikan, Zio memasukkan kembali uang tersebut ke dalam amplop dan menyimpannya di saku jaketnya dengan gerakan yang santai.

"Kalau gitu gue boleh hutang lagi kan?" tanya Mark, tatapannya mengungkapkan kekhawatiran meski suaranya terdengar meyakinkan.

Ia berdiri dengan sikap tidak sabar, seolah menunggu jawaban Zio yang bisa menentukan kelanjutan rencananya.

"It's an easy deal. Just make sure you pay on time," (Ini gampang kok. Yang penting lo bayar tepat waktu), jawab Zio dengan nada tegas namun ramah.

Mark mengangguk, wajahnya menunjukkan rasa lega, dan mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa jadwalnya.

"Gue butuh paket yang lebih banyak. Karena gue bakalan ke luar kota karena ada acara keluarga," ucap Mark, tatapannya menunjukkan keseriusan.

"Luar kota? Kalau bawa barang beginian, lo harus hati-hati," kata Zio dengan nada peringatan. Ia menggertakkan giginya seolah memikirkan segala risiko yang mungkin terjadi.

Mark tampak tidak sabar dengan nasihat Zio. "Gak perlu ngajarin gue. Gue tau resikonya," jawabnya ketus, seolah menolak saran atau peringatan yang dianggapnya tidak perlu.

Zio tidak membalas kata-kata Mark, sebaliknya ia mengeluarkan sebuah paper bag dari dalam jaketnya. Paper bag tersebut terlihat sederhana, namun Zio membukanya dengan hati-hati.

Di dalamnya terdapat kotak handphone yang tampak biasa, namun ketika Mark membuka kotak tersebut, ia menemukan beberapa paket heroin yang tersembunyi di dalamnya dengan rapi.

Mark langsung meraih kotak handphone tersebut dan memeriksanya dengan tatapan penuh perhatian.

"Oke, gue lihat. Ini sesuai sama yang gue butuhkan," ucap Mark, tatapannya menunjukkan kepuasan saat melihat paket-paket kecil yang berisi heroin di dalam kotak.

"Dan sekilas info untuk lo dan bandar di belakang lo. Hati-hati, karena ada salah satu korban lo udah ketauan sama keluarganya gara-gara OD di kamar mandi rumahnya," ucap Mark sambil memandang Zio dengan intensitas yang tidak biasa.

Zio mengerutkan dahi sejenak, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda panik atau kegelisahan. Ia hanya mengangguk dengan tenang, seolah menganggap informasi tersebut sebagai hal yang sudah diperkirakan sebelumnya.

"Got it," jawab Zio singkat, suaranya datar dan penuh kontrol.

Mark menyimpulkan percakapan dengan menambahkan, "Be careful out there," sebelum meninggalkan Zio dan bergabung kembali dengan kerumunan.

Zio tetap berdiri di sana, memandang ke arah pembalap yang baru saja menyelesaikan putaran terakhir mereka. Sorakan penonton dan suara mesin motor yang menderu membuat suasana semakin hidup. Meskipun banyak hal yang terjadi di balik layar, Zio tampaknya tidak terganggu oleh kekacauan tersebut.

Ia menyelipkan tangannya ke dalam saku jaketnya, merasakan amplop coklat dan paper bag yang baru saja selesai bertransaksi. Mata Zio tertuju pada arena balapan, sementara pikirannya terfokus pada peringatan Mark.

"This is getting messy," (Ini mulai berantakan),pikirnya dalam hati, menyadari bahwa situasi ini bisa berdampak lebih jauh dari yang ia bayangkan.

Heroin Dan Dunia Fantasi Yang MemikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang