Part 16

16 15 0
                                    

Kesya melangkah perlahan di koridor sekolah yang sudah sepi. Suasana koridor tampak tenang, kontras dengan hiruk-pikuk saat jam pelajaran. Hawa sore yang mulai dingin memasuki ruang kelas, menandai akhir hari sekolah. Langkah kaki Kesya menggema lembut di lorong, seiring dengan suara pintu yang terbuka dan tertutup di kejauhan.

Dia terlihat lelah, wajahnya sedikit kusam setelah seharian menghadapi ketegangan tes urine yang menguras energi. Saat dia mendekati area parkir, di mana kerumunan siswa sedang bergerak menuju kendaraan mereka, Zio muncul dari sudut koridor, menatap Kesya dengan ekspresi yang tidak bisa disembunyikan.

"Sya, did you go out with Lucas last night?" (Sya, lo pergi sama Lucas semalem?), tanya Zio, suaranya tegas namun penuh dengan nada serius. Matanya tajam, seolah-olah dia mencoba membaca setiap gerak-gerik Kesya.

Kesya berhenti sejenak, menoleh ke arah Zio dengan ekspresi malas. "Yeah," jawabnya, suara sedikit berat. Dia menghela napas panjang, merasakan beratnya tas di bahunya setelah hari yang melelahkan. "Come on, don't be jealous. (Udah deh, jangan cemburu.) Lagipula, gue juga nggak ada niatan ubah genre hidup gue jadi romantis," tambahnya dengan nada sinis, berusaha untuk terdengar santai meskipun dia sebenarnya merasa tertekan.

Zio tidak tampak puas dengan jawaban tersebut. "Seriously, you don't want to change things up? You wouldn't lose anything if you had a bit of romance with me. I've already proven my seriousness and loyalty," (Serius lo nggak mau ubah suasana? Nggak bakal rugi kok kalo ada sedikit romance sama gue. Gue kan udah buktiin keseriusan dan kesetiaan gue), ucap Zio dengan nada yang mengandung harapan, mencoba meyakinkan Kesya.

Belum sempat Kesya memberikan tanggapan, Lucas tiba-tiba muncul dari ujung koridor. Dia tampak tidak sabar dan sedikit kesal.

"Don't get into a romance with him," (Jangan mau romance-romancean sama dia), kata Lucas, suaranya penuh dengan penegasan.

"It's better to be with me." (Mendingan sama gue aja.)

Kesya menatap Lucas dengan tatapan tidak percaya, lalu berbalik untuk menghadapi kedua pria tersebut. "Gue gak mau romantis-romantisan sama kalian berdua," tegas Kesya.

Kesya baru saja menerima pesan darurat yang membuatnya merasa perlu segera pergi. Langkah Kesya semakin cepat, meninggalkan Zio dan Lucas yang tampak bingung dan sedikit terkejut dengan tanggapannya.

***

Di tengah kepulan asap rokok dan bayangan gelap yang menyelimuti ruangan, suasana semakin mencekam. Kesya berdiri terdiam, merasakan setiap detik berlalu dengan beban yang semakin berat.

Miller, dengan tatapan yang tidak dapat disembunyikan, mengamati anaknya dengan intens. Setiap gerakan Miller tampak penuh perhitungan, dan kata-katanya mengandung beratnya tanggung jawab serta kemarahan yang mendalam.

Miller memandang Kesya dengan tajam, matanya mengandung sebuah pesan yang dalam. "Kesya, dunia narkotika tidak seperti yang kamu bayangkan. Ini bukan permainan anak-anak. It's a world where everyone is trying to outdo each other, where power and money control everything. (Ini adalah dunia di mana setiap orang berusaha saling mengalahkan, di mana kekuatan dan uang memegang kendali penuh.)" Suaranya penuh dengan nada kekejaman dan pengalaman yang pahit.

Dia berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Persaingan dalam bisnis ini sama seperti dalam bisnis lainnya, hanya saja lebih brutal. Saling sikut, saling menghancurkan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dalam dunia ini, siapa yang punya modal besar bisa dengan mudah menjatuhkan yang kecil. Mereka tidak peduli tentang etika, tidak peduli tentang kemanusiaan. They only care about profit and power." (Mereka hanya peduli tentang keuntungan dan kekuasaan.)

Miller berjalan ke jendela besar yang memandang keluar ke halaman rumah. Cahaya redup matahari yang merembes melalui tirai jendela menyoroti garis-garis kerut di wajahnya, menambah kedalaman ekspresi yang tegas dan penuh makna. Dia berdiri di sana sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk melanjutkan penjelasannya.

"Bisnis narkotika adalah permainan yang kotor. Di luar sana, ada banyak orang yang hanya melihat mu sebagai barang dagangan, bukan sebagai manusia. Mereka akan menggunakan dan membuang mu tanpa berpikir dua kali. They will exploit your weaknesses and destroy you if it benefits them." (Mereka akan memanfaatkan kelemahan mu dan menghancurkan mu jika itu menguntungkan mereka), Miller menghadap Kesya kembali, suaranya semakin dalam dan penuh ancaman.

Dia mendekati Kesya lagi, langkahnya mantap dan penuh kekuasaan. "Kamu harus paham bahwa setiap langkah yang kamu ambil, setiap keputusan yang kamu buat, bisa menentukan hidup atau mati mu di dunia ini. Jika kamu membuat kesalahan, kamu bukan cuma merugikan diri mu sendiri, tapi juga bisa menyebabkan kematian orang-orang di sekitar mu."

Miller menyentuh pipi Kesya sekali lagi, namun kali ini sentuhannya terasa lebih dingin dan keras. "Ayah sudah ingatkan kamu untuk membuang jauh-jauh empatimu. Dalam dunia ini, kelemahan mu akan dimanfaatkan. Kamu harus kuat, tidak boleh menunjukkan rasa takut atau keraguan. Kalau kamu mau bertahan, kamu harus jadi lebih keras, lebih pintar, dan lebih kejam dari musuh mu."

Kesya, yang merasakan setiap kata Miller menghujam dalam hati, merasa seluruh tubuhnya bergetar. Dia mencoba untuk mengumpulkan keberanian dan ketenangan di tengah kepanikan yang menyelimuti dirinya. Setiap kalimat Miller seolah-olah menyiratkan sebuah ancaman yang tidak bisa diabaikan. Dia merasakan kepedihan dan ketegangan yang mencekam, dan rasa takut semakin mendalam seiring dengan penjelasan Miller tentang kekejaman dunia narkotika.

Miller menghela napas, lalu mengangguk dengan tatapan yang penuh makna. "Kamu harus ingat, Kesya. Dunia ini tidak memberi ampun. Jika kamu ingin bertahan, kamu harus siap untuk menghadapi segala sesuatu yang datang. There's no place for the weak here." (Tidak ada tempat untuk mereka yang lemah di sini.)

Dia berdiri di depan Kesya, matanya menilai dan mengukur setiap gerakan dan ekspresi anaknya. Kesya, yang berdiri kaku, hanya bisa diam saja. Dia merasakan tubuhnya bergetar di bawah tatapan tajam ayahnya, dan kepanikan perlahan merayap ke dalam dirinya. Setiap kata Miller terasa seperti tamparan yang menambah beban di pundaknya.

Miller melanjutkan, nada suaranya berubah menjadi sinis. "Rasa kasihanmu itu tidak berguna di dunia ini. Kamu meminta Lucas untuk berhenti menggunakan heroin sementara kamu sendiri yang memberikannya bahkan meraciknya. Sangat konyol," katanya sambil tertawa kecil, suara tawanya menggema di ruangan yang pengap. Tawa Miller terdengar menyanjung sekaligus merendahkan, menciptakan suasana yang semakin menekan.

Keringat dingin mulai mengalir di dahi Kesya, dan dia merasa napasnya semakin sesak. Setiap kata Miller menyakitkan, dan kesadaran bahwa dia telah membuat kesalahan semakin menghimpitnya.

"Gerakanmu sangat bodoh. Pertukaran barang tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Apa yang kamu lakukan dengan para anak buahmu sangat berisiko," ujar Miller, suaranya penuh dengan nada kritik yang tajam. Dia menggelengkan kepala, seolah kecewa dengan kecerobohan Kesya. "Kamu seharusnya tahu lebih baik daripada itu."

Dia menggelengkan kepala, menatap Kesya dengan campuran rasa kecewa dan frustrasi. "Kamu seharusnya tahu lebih baik. Jika kamu ingin beroperasi di dunia ini, kamu harus tahu kapan dan di mana harus bergerak."

Miller melanjutkan dengan nada lebih berat dan tegas. "Dan ayah yang harus membereskan semuanya. Kamu harus belajar dari kesalahanmu. Jangan kecewakan ayah." Suaranya mengandung harapan dan tekanan yang besar, seolah menginginkan Kesya untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah dibuatnya.

Dengan pernyataan terakhirnya, Miller berpaling, diikuti oleh para pengikutnya yang mengenakan kaos hitam. Mereka bergerak dengan langkah tegas dan penuh kekuasaan, meninggalkan ruangan yang terasa semakin kosong dan mencekam. Kesya berdiri sendirian, merasakan beban berat di hatinya dan kepanikan yang menyelimuti dirinya, seolah terjebak dalam kegelapan dunia narkotika yang kejam.

Heroin Dan Dunia Fantasi Yang MemikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang