Part 24

10 8 0
                                    

Ezra melangkah memasuki ruang kerja ayahnya, sebuah ruangan yang dikelilingi oleh rak-rak buku dan berkas-berkas yang tersusun rapi. Fadli, yang sedang sibuk dengan pekerjaan administratif, terlihat terhenti sejenak saat melihat Ezra memasuki ruangan.

Fadli melepas kacamatanya dan meletakkannya di meja, menatap Ezra dengan ekspresi penuh perhatian dan keprihatinan.

"Ada apa?" tanya Fadli dengan nada tenang, mencoba menenangkan suasana. Suaranya lembut dan penuh pengertian, berusaha menciptakan ruang yang nyaman untuk percakapan.

Ezra duduk di kursi di depan meja ayahnya, menatap berkas-berkas yang tergeletak di atas meja dengan rasa frustrasi.

"Ayah, banyak berita miring tentang sekolah setelah kematian Abel. Katanya pihak sekolah memanipulasi hasil tes urin, meskipun nilai tes masuk kecil, tetap bisa masuk karena ada uang. Seburuk itukah sekolah kita?" Suaranya penuh dengan kemarahan dan kekecewaan, menunjukkan betapa kecewa dan marahnya dia dengan situasi ini.

Fadli menatap putranya dengan ekspresi yang campur aduk, berusaha untuk mencari kata-kata yang tepat. "Ezra, ayah berusaha agar sekolah kita ini adil dalam segala hal—pendaftaran, administrasi, nilai, dan banyak hal lainnya," ucapnya dengan nada penuh perhatian. Ia merasa berat untuk mengungkapkan kenyataan yang mungkin menyakitkan bagi putranya.

Ezra yang mendengar penjelasan ayahnya merasa tidak puas, matanya menatap Fadli dengan penuh keraguan. "Tetapi, sebagus apapun sistem, sebaik apapun struktur, serapi apapun pengerjaannya, dibaliknya uang dan kekuasaan pemenangnya. Meskipun tidak semuanya tentang uang dan kekuasaan, tetapi di dunia kita itu nyata adanya," jelas Fadli dengan nada berat, mengakui bahwa bahkan sistem yang terbaik pun memiliki kekurangan yang disebabkan oleh kekuatan eksternal.

Ezra mengerutkan dahi, memikirkan kata-kata ayahnya dengan seksama. "Jadi, bener kalau tes masuk bisa dimanipulasi? Semua orang bisa masuk bukan hanya menggunakan otak tetapi uanglah yang terpenting?" tanya Ezra dengan nada sinis.

Suaranya menunjukkan rasa frustrasi yang mendalam, seolah-olah segala kepercayaan yang dia miliki tentang integritas sekolahnya mulai runtuh.

Fadli menghela napas panjang, merasakan beban berat yang datang dari tanggung jawab dan kenyataan yang harus dia hadapi. " "Kadang-kadang, itulah kenyataannya. Selalu ada kemungkinan bahwa uang dan kekuasaan dapat mempengaruhi keputusan. Ini adalah bagian dari realitas yang tidak bisa kita hindari. Meskipun kita berusaha keras untuk menjaga integritas, kita tidak bisa sepenuhnya menghilangkan pengaruh eksternal ini."

Ezra merasa campur aduk. Sejak kecil, dia tumbuh dalam lingkungan yang menunjukkan sisi terbaik dari dunia—di mana nilai dan usaha dihargai. Tapi sekarang, dengan semakin dewasa, dia mulai melihat sisi gelap yang seringkali tersembunyi di balik permukaan. Rasanya seperti ilusi yang dia percaya selama ini mulai retak.

Fadli menghela napas panjang, menatap Ezra dengan tatapan serius. "Ezra, selama ini ayah hanya menunjukkanmu hal-hal baik tentang dunia ini. Ayah selalu berusaha menampilkan sisi terbaik dari segala sesuatu, berharap agar kamu bisa melihat dunia ini dengan pandangan yang penuh harapan dan optimisme."

Dia berhenti sejenak, memberikan waktu bagi kata-katanya untuk meresap. "Namun, ayah sadar, meskipun kamu baik dan berusaha melakukan yang terbaik, dunia ini tidak selalu adil. Dunia ini sangat kejam dan bisa saja mengulungmu jika kamu tidak berhati-hati. Kadang-kadang, kenyataan yang harus dihadapi jauh lebih sulit dan kompleks daripada yang terlihat di permukaan."

"Ayah akan buka-bukaan padamu," ucap Fadli dengan nada yang tegas dan penuh rasa tanggung jawab. "Ada beberapa hal yang mungkin belum kamu ketahui tentang sekolah dan bagaimana segala sesuatunya bekerja di balik layar."

Heroin Dan Dunia Fantasi Yang MemikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang