Zio melangkah cepat menuju UKS, suasana jam istirahat memberikan sedikit kekosongan pada lorong sekolah. Ia mendengar dari salah satu teman bahwa Kesya berada di UKS karena masalah kesehatan. Namun, sesampainya di sana, Zio hanya mendapati ruangan itu kosong dan sunyi. Keringat dingin mulai membasahi dahinya.
"Hilang kemana tuh anak?"
***
Dengan rasa panik, Zio segera menuju kelas Kesya, berharap untuk menemukan jejak keberadaannya. Saat memasuki ruangan, ia melihat kelas yang agak sepi, hanya ada beberapa siswa yang bersantai di sudut-sudut kelas. Pandangannya tertuju pada sosok Kesya yang duduk sendirian di bangku paling depan.
Kesya yang terfokus pada catatan di depannya. Kertas-kertas berserakan di atas meja, dan pena yang digenggam Kesya tampak bergerak dengan cepat.
Zio menghela napas lega dan menarik kursi terdekat. Dengan gerakan cepat namun hati-hati, ia duduk di samping Kesya, merasa tak nyaman melihat Kesya yang tidak merespons kehadirannya.
"Why are you suddenly sick?" (Kenapa tiba-tiba lo sakit?), tanya Zio, dengan nada khawatir.
Kesya tetap fokus pada buku catatannya, pena di tangannya bergerak tanpa henti. Dia hanya menoleh sedikit ke arah Zio, dan menjawab dengan nada datar, "I don't know, it just happened." (Gak tau, tiba-tiba aja.)
Tatapan matanya tetap fokus pada tulisan-tulisannya, seolah kata-kata di sana lebih penting dari segala hal di sekitarnya.
Zio menatap Kesya dengan penuh perhatian, lalu secara tiba-tiba meraih pena dari tangan Kesya dan meletakkannya di meja dengan gerakan agak kasar. Dia ingin agar Kesya lebih memperhatikannya.
"Katanya Lucas, lo kemarin ketemu ayah lo ya?" tanya Lucas, mencoba mengalihkan perhatian Kesya dari tulisannya.
Kesya melirik Zio sejenak, lalu tersenyum dengan senyum yang tampak sangat pahit. "Iya," jawabnya singkat, sambil kembali menatap meja, meresapi kerutan-kerutan di atas kertas yang kosong.
Zio menghela napas panjang, napasnya penuh dengan rasa frustrasi dan kekhawatiran. Dia memandang Kesya dengan tatapan yang seolah ingin mencari jawaban di dalam mata Kesya.
"I think you need to check your mental health," (Gue rasa, lo harus cek kesehatan mental lo), ucap Zio dengan nada serius.
Kalimat itu seperti sebuah keputusan yang telah dipikirkan matang-matang, ditujukan untuk mengatasi masalah yang tampaknya jauh lebih dalam dari sekadar sakit fisik.
"Gue rasa itu ide yang bagus," ucap Kesya pelan, nada suaranya penuh dengan kesadaran akan kebenaran yang dia hindari.
***
Setelah sepulang sekolah, Kesya segera menuju rumah sakit dengan langkah cepat dan sedikit tergesa-gesa. Pikirannya penuh dengan kecemasan mengenai hasil pemeriksaan yang akan dia jalani. Begitu tiba di rumah sakit, ia langsung menuju bagian radiologi untuk melakukan pemeriksaan EEG (Electroencephalography).
"Gue takut banget. Harus balik aja nggak ya? Mungkin nggak perlu deh periksa-periksa. I'm fine. Everything's okay," (Gue baik-baik aja. Semuanya oke), pikir Kesya sambil mencoba menenangkan diri.
Di ruang pemeriksaan, Kesya duduk di kursi yang telah disiapkan. Perawat dengan penuh perhatian memasangkan elektroda kecil pada kulit kepala Kesya, yang terhubung ke mesin EEG. Proses ini memerlukan beberapa menit, dan Kesya mencoba untuk tetap tenang meskipun rasa cemasnya semakin membesar.
Setelah pemasangan elektroda selesai, mesin mulai merekam aktivitas listrik di otak Kesya. Layar monitor menampilkan grafik-grafik bergelombang yang menggambarkan pola kelistrikan otak Kesya selama pemeriksaan berlangsung. Di bagian samping layar, terdapat gambar ilustrasi otak yang normal, berfungsi sebagai acuan untuk membandingkan hasil pemeriksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Dan Dunia Fantasi Yang Memikat
Mystery / ThrillerHeroin, bukan sekadar obat terlarang. Itu adalah pelarian dari rutinitas yang monoton, dari perasaan kosong yang menyesakkan, dan dari tekanan sosial yang menghimpit. Di dunia mereka, heroin adalah jalan pintas menuju kebahagiaan semu-sebuah ilusi...