Slow motion

98 14 0
                                    

Lawson Bar & Cafe, Seoul City

Seorang pria berusia 32 tahun terlihat memasuki sebuah bar. Tubuh tinggi, tegap dengan garis wajah bak Dewa Yunani menarik atensi kaum hawa dan para submissive yang ada di sana. Ah, bahkan para jalang-jalang itu kini berlomba-lomba untuk mendekatinya. Mengajaknya tidur lalu membuatnya membayar jasa yang telah mereka berikan. Tapi, sepertinya para jalang-jalang itu harus menelan kekecewaan karena malam ini sang pria hanya ingin datang untuk sekedar minum. Memuaskan amarah yang hanya bisa ia pendam akibat rasa lelah dari setumpuk pekerjaan yang tiada akhir. Singkatnya, sang pria hanya ingin membuat dirinya mabuk dan melupakan semua beban itu.

"Tolong berikan aku Rum."pintanya pada seorang bartender yang wajahnya tentu sudah sangat dikenal. Dan mendengar kata Rum, sang bartender yang bisa melihat bahwa kondisi sang pria tengah tak baik-baik saja tentulah ingin sekedar memberi saran.

"Rum punya kadar alkohol sekitar 40 persen, terlalu tinggi untuk seseorang yang terlihat kelelahan setelah bekerja. Kau bisa pesan wine, itu akan menenangkanmu, Haruto-ssi."ucapnya yang sarat akan kepedulian. Ya, setidaknya itu yang bisa di dengar dan dipahami Haruto yang kini terlihat terkekeh.

"Yak ! Kim Junkyu, kau hanya seorang bartender, bukan dokter. Berikan saja apa yang telah aku pesan."balas Haruto ketus. Hanya dari mendengar nada bicaranya saja, Junkyu tahu bahwa Haruto tengah memiliki masalah yang sepertinya sangat membuatnya frustasi. Di tambah gurat kelelahan yang terpampang nyata di wajah tampannya, ah, rasa suka itu masih ada dan kini membuatnya merasa iba pada sang pria Watanabe.

"Aku bukan dokter, tapi aku seorang Bartender yang telah tersertifikasi. Aku paham mana yang tengah kau butuhkan Hatuto-ssi. Aku akan sediakan Wine untukmu."ucap Junkyu memutuskan. Seakan-akan ia lah penentu keputusan dalam hidup Haruto.

"Kim Junkyu, berani kau hidangkan itu di depan ku, aku akan laporkan dirimu pada managermu. Aku pastikan karirmu berkahir bahkan sebelum jam menyentuh angka 12 malam."ancam Haruto pada Junkyu.

Ah, benar. Di sini Junkyu harusnya melayani apa yang pelanggannya mau. Bukannya bertindak sesuka hati hanya karena perasaan pribadi yang tengah kembali melingkupinya. Sebesar apa pun rasa khawatir yang ia punya, Haruto tetaplah raja yang harus ia turuti apa maunya.

"Baiklah, satu gelas Rum akan ada di hadapanmu."ucap Junkyu pada akhirnya. Memilih menyerah karena tak ingin terlibat sebuah masalah yang akan berakhir merugikan dirinya dan pekerjaannya.

"Satu botol Junkyu, bukan satu gelas."sahut Haruto dengan penuh penekanan. Junkyu yang mendengarnya bahkan sampai harus menghela nafas. Satu gelas saja sudah sangat memabukkan, apalagi satu botol. Dan pria itu datang sendiri, apa dia akan baik-baik saja.

Shit ! Persetan dengan itu, pekerjaanmu sekarang juga penting, Kim Junkyu. Jangan hanya berusaha memperdulikannya dan berakhir membuatmu di pecat.

"Baiklah, ini satu botol Rum untukmu."ucap Junkyu sembari meletakkan satu botol Rum dan satu gelas kaca kecil tepat di depan Haruto. Tanpa basa-basi, pria berdarah Jepang itu pun lekas membawa apa yang telah ia pesan ke sebuah meja di sudut dan menikmatinya seorang diri.

Junkyu terus memperhatikan setiap gerak-gerik Haruto. Bagaimana bibirnya yang penuh kini terlihat memerah karena efek Rum, bagaimana jakun miliknya terlihat naik turun saat meneguk gelas demi gelas Rum di tangannya. Dan lihat, bagaimana wajah tampan Haruto yang lambat lain mulai kehilangan kesadaran. Junkyu menggigit bibir bawahnya, ia tergoda. Namun, yang ia lakukan hanyalah meneguk kasar ludahnya sendiri. Tak bisa di Pungkiri, meski peristiwa di sekolah menengah atas itu menyisakan trauma dalam dan menjadi salah satu penyebab nasib jeleknya hingga berakhir bekerja di tempat laknat semacam ini, tapi perasaan untuk Haruto masih ada dan terkubur jauh di dalam hati seorang Kim Junkyu.

LITTLE SECRET || JEONGJAE GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang