Yang Tersembunyi

86 7 0
                                    

Diam. Sejak kepulangan mereka dari rumah sekretaris Kim kemarin malam, Jaehyuk lebih banyak diam. Pun saat menilik abu jenazah sang mantan sekretaris di tempat persemayaman, tak banyak kata yang wanita 32 tahun itu keluarkan. Barulah saat dirinya kembali ke dalam mobil,tangisan Jaehyuk pecah di hadapan sang adik, Park Jeongwoo. Dan saat ditanya oleh Jeongwoo apa penyebab ia menangis saat di mobil, Jaehyuk hanya menjawab bahwa ia pun tak tahu mengapa ia bisa tiba-tiba menangis meraung seperti itu. Saat itu, Jaehyuk hanya merasa bahwa berbagai emosi sedih bergejolak di dalam dadanya.

Dan Jeongwoo, pria itu berpikir bahwa kesedihan Jaehyuk akan berakhir setelah wanita itu menumpahkan tangisan di bahunya. Tapi nyatanya, sampai pagi hari ini, Jaehyuk masih terlihat sedih. Duduk diam di dalam kamar sembari melihat ke arah balkon yang pintunya terbuka lebar. Sepertinya juga tak berniat untuk berangkat ke kantor.

Jeongwoo menghela nafas kasar. Lantas berjalan mendekati sang kakak. Duduk di tepi ranjang bersebelahan dengan Jaehyuk.

"Kau belum sarapan, ayo ke meja makan. Kita sarapan bersama."Jeongwoo duduk merangkul pundak Jaehyuk sembari menyilangkan kakinya. Ikut melihat ke arah balkon kamar yang di pancari hangatnya sinar matahari pagi.

"Aku masih kenyang. Kau duluan saja."ucapnya bahkan tanpa menengok ke arah Jeongwoo.

Jeongwoo yang mendengar penolakan sang kakak tentu saja menggelengkan kepala gemas.

"Kau memikirkan ucapan-ucapan ibu sekretaris Kim kan ?"tanya Jeongwoo yang sontak membuat Jaehyuk mengalihkan atensi pada sang adik.

Apakah sangat terlihat ? Padahal kemarin ia sudah mencoba berbohong pada Jeongwoo. Tapi rupanya pria itu sangat peka.

"Jangan berpikir aku orang yang peka. Aku, hanya selalu tahu apa isi pikiranmu. Hanya dirimu."lanjutnya lagi.

Jaehyuk mendesahkan nafas kasar. Menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan wajah.

"Hanya dari cerita ibu sekretaris Kim, aku bisa tahu seberapa dekat diriku dengannya. Bukankah dia sudah seperti kakakku sendiri ? Dia bahkan mau mengurusi hampir seluruh aspek kehidupanku yang katanya teramat kesepian. Aku berutang banyak padanya, tapi sayang aku bahkan tak bisa mengingat satu pun memori tentangnya." Ucap Jaehyuk sedih. Jeongwoo yang mendengarnya pun menepuk-nepuk pelan bahu sang kakak.

"Dia memang sangat berjasa untukmu. Dia satu-satunya orang yang peduli padamu saat aku tak ada."timpal Jeongwoo lagi.

"Ah, benar. Ibu sekretaris Kim juga menceritakan tentang itu. Dia bilang sekretaris Kim sering membawakanku masakan ibunya saat aku tak memiliki waktu untuk memasak karena harus mengurus Eomma yang sakit. Dan lagi, katanya aku hanya tinggal sendiri di apartemen jadi sekretaris Kim sering menelponku untuk menanyakan apakah aku baik-baik saja atau tidak. Keunde, Jeongwoo-ya, bukankah jika begitu itu berarti sebelum ini kau tidak bersamaku ? Lalu di mana kamu ? Dan tentang Eomma, di mana dia ? apa dia sudah tiada karena sakit sebelum dirimu kecelakaan ? "

Benar, pertanyaan ini pasti keluar dari bibir Jaehyuk. Jeongwoo telah memperkirakannya saat ia menyimak pembicaraan Jaehyuk dan Ibu sekretaris Kim kemarin malam. Bahkan Jeongwoo yakin bukan hanya pertanyaan ini saja, akan ada pertanyaan-pertanyaan lain setelah ia menjawabnya.

"Amerika. Aku hidup di sana dan sejujurnya rumahku pun ada di sana." Jawab Jeongwoo yang tentu saja membuat Jaehyuk bungkam.

Ada kerutan di tengah dahinya, dan Jeongwoo bisa menyimpulkan bahwa otak Jaehyuk tengah mencoba mencerna semua informasi yang telah ia terima. Menghubungkannya dengan kenyataan yang ada.

"Tunggu-tunggu, tapi kau bilang selama ini kita hanya hidup berdua saja sebagai adik-kakak kan ? Jeongwoo, saat kau mengatakan itu aku berpikir kita yatim piatu." Jaehyuk menatap serius wajah sang adik.

LITTLE SECRET || JEONGJAE GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang