Serangan Pertama Hyunjin

164 18 0
                                    

Tak !

Suara cangkir berisi kopi beradu dengan meja kaca di sebuah ruang kerja dengan banyak label Amore. Sebuah brand Jewelery mewah yang berpusat di Kota Seoul dan tahun ini mulai melebarkan sayap dengan merambah ke pasar Eropa.

"Apa kau bilang ? Mr. Gaston membatalkan diri menjadi investor kita ?"tanya sosok sajangnim dengan balutan setelan formal berwarna campuran putih dan biru laut.

"Benar sajangnim, kemarin malam kami berencana bertemu tapi tiba-tiba saja melalui sekretarisnya tuan Gaston membatalkannya. Padahal dalam presentasi terakhir yang kita lakukan, dia terlihat sangat puas dengan project yang kita tawarkan."jawab sang sekretaris pada sang sajangnim.

"Lantas apa alasannya ?" tanya sang sajangnim lagi. Wajahnya terlihat memerah karena emosi yang tiba-tiba saja naik.

"Mereka mendapatkan penawaran kerja sama yang jauh lebih menggiurkan dari Sinhwa Group, Sajangnim." terang sang sekretaris pada sosok Sajangnim yang kini menatapnya dengan pandangan memicing. Ingin kembali berbicara namun sebuah pesan masuk di ponsel membuatnya menahan diri.

Ting !

-P. Hyunjin-
Itu baru peringatan Jaehyuk noona. Beritahu aku di mana Stempelnya dan semua akan kembali seperti semula.

Membaca pesan masuk itu, rahang Jaehyuk mengeras. Adik pertamanya itu pasti telah mengetahui fakta bahwa selama satu tahun terakhir ia menemani Park Jinhwan di rumah sakit. Membuatnya mengira bahwa Jinhwan mungkin saja memberitahu Jaehyuk perihal semua aset yang ia tinggalkan. Padahal, faktanya Jaehyuk sendiri tak tahu. Selama menemani Jinhwan di rumah sakit, Jaehyuk hanya fokus pada hal-hal sederhana yang dirinya lakukan bersama sang Eomma. Hal-hal seperti makan bersama, tidur bersama, bercanda bersama diselingi membagi berbagi cerita satu sama lain. Hal-hal yang bahkan sebelum sosok paruh baya itu sakit tak pernah bisa dilakukan bersama Jaehyuk lantaran jadwal kerja yang begitu padat.

"Sialan, Park Hyunjin. Dia sudah memulai untuk memantik bomnya. "lirih Jaehyuk yang tentu segera disadari oleh sang sekretaris bahwa keluarga sang Sajangnim tengah tak berada dalam kondisi baik-baik saja. Ya, meskipun sebelumnya pun juga sudah tak baik-baik saja.

"Sajangnim, jika anda tidak keberatan saya menyarankan kepada anda untuk menawarkan project ini pada beberapa perusahaan di Cina, saya mendengar pasar Cina mulai menaruh minat yang besar pada perhiasan dengan korean style. Kita bisa mencobanya,"ucap sekretaris Kim yang sejujurnya cukup berat untuk diterima Jaehyuk.

"Sebenarnya aku cukup berat Kim, masalahnya sudah terlalu banyak brand perhiasan dengan harga terjangkau di Pasar Cina, atau begini saja lakukan reset dahulu sekretaris Kim, dan berikan hasilnya padaku. Setelah itu kita rapatkan lagi. Jika memang bisa kita lanjutkan untuk penawaran tapi jika tidak bisa, kita berjalan dengan yang ada saja, yah meski ongkosnya tentu akan sedikit berat." pinta Jaehyuk yang lekas diangguki oleh sosok sekretaris berusia hampir 40 an itu.Membungkuk hormat sebelum berbalik dan melangkah pergi dari hadapan Jaehyuk.

Sepeninggal Sekretaris Kim, Jaehyuk memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas jinjingnya. Bersiap pergi menuju Sinhwa Group, perusahaan sang adik, park Hyunjin.

*****

Sinhwa Group, Gwanak-gu, Seoul City

Tliitttt.....Tliittttt

Deringan telepon kantor berbunyi tepat di hadapan seorang namja dengan tubuh tinggi tegap yang kini tengah tokus membaca beberapa berkas dari laporan penjualan beberapa real estate yang merupakan salah satu produk dari perusahaannya.

"Ada apa ? Sudah kubilang aku tidak ingin menerima tamu hari ini."tanyanya pada sosok disebrang yang tentu saja adalah seorang resepsionis.

"Maaf mengganggu waktu anda Sajangnim, saya sudah mengatakan demikian tapi Nona Park Jaehyuk ingin bertemu dengan anda."ucap sang resepsionis yang tentu saja membuat seringai di sudut bibir sang sajangnim terbit. Lekas memerintah sang resepsionis untuk mengantar sosok bernama Park Jaehyuk itu masuk ke ruang kerjanya.

LITTLE SECRET || JEONGJAE GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang