Ketahuan

65 6 0
                                    


Pukul 10 malam, Jaehyuk yang baru saja terbangun dari tidur ayamnya tiba-tiba merasa lapar. Dengan kondisi kaki yang telah membaik setelah melalui beberapa terapi, ia pun beranjak turun dari ranjang. Melangkah menuju dapur.

Jaehyuk memeriksa isi kulkas, masih ada beberapa bahan yang tersedia. Sejenak, Jaehyuk bingung harus membuat apa. Kondisi motoriknya masih belum mengingat hal-hal mengenai memasak. Tapi, tak ingin menyerah dengan rasa laparnya, Jaehyuk yang cerdas mengambil iPad yang ada di kamar. Membuka SNS dan mencari resep-resep yang mudah dan sesuai dengan bahan yang ia punya. Itulah mulanya Jaehyuk mulai bergelut dengan acara masak-memasaknya.

Butuh waktu lama, karena Jaehyuk harus memahami satu persatu dan secara perlahan. Tapi bukan Jaehyuk namanya jika tidak bisa melakukan hal-hal yang ajaib. Karena terbukti, saat ini aroma masalah sederhana itu mulai memenuhi seisi dapur. Mengundang sosok yang baru menampakkan eksistensinya itu ikut tergoda dengan harum masakan Jaehyuk.

"Baunya enak sekali."Suara itu terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat mengejutkan sehingga Jaehyuk hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya. Dengan gugup dia menoleh ke pintu dapur. Di sana,  Jeongwoo tengah bersandar hanya menggunakan celana bahan berwarna hitam dan shirtless, tampaknya baru saja selesai mandi.

"Kau mengagetkanku, Park ! Sejak kapan kau pulang ?"

"20 menit lalu mungkin. Kau sudah bisa memasak ? Membuat apa ?"tanyanya dengan tangan yang bersedekap di dada. Membuat otot-otot tangannya terpatri dengan begitu jelas.

"Aku lapar, jadi berusaha. Kau mau ?" tanya Jaehyuk lalu memusatkan lagi perhatiannya pada telur di pan.

Jeongwoo melangkah dengan santai memasuki dapur, tak memperdulikan kegugupan Jaehyuk karena melihat dada telanjang yang ketika semakin mendekat semakin menyeruakkan aroma yang begitu maskulin menyapa indera penciumannya. Apalagi, saat kini Jeongwoo memilih untuk berdiri di belakang Jaehyuk, lalu menengok ke penggorengan.

"Omelet ?"tanyanya dengan suara berbisik tepat di dekat cuping telinga Jaehyuk. dari nadanya yang antusias sepertinya Jeongwoo juga tertarik dengan masakan Jaehyuk.

"Ya, hanya telur goreng yang kuberi campuran sosis dan sayuran. Aku dapatkan resepnya dari sns." Jaehyuk berusaha sekeras mungkin untuk bertingkah wajar. Sesekali menahan fungsi hidungnya agar aroma maskulin yang begitu menggairahkan itu tak mendistraksi kewarasannya.

"Buatkan aku satu ya..."

Jaehyuk menoleh mendengar permintaan Jeongwoo." Memangnya kau mau ?" tanyanya ragu.

Jeongwoo mengangkat bahunya," Aku cukup lapar. Lagipula setelah menyelesaikan pekerjaan di bawah dan melakukan beberapa meeting, aku lekas kembali ke penthouse karena Sopir Ahn mengabari bahwa kau sudah tiba lebih dulu ke penthouse. Aku jadi menolak ajakan makan malam dari Seungmin."

Dasar perayu ulung, Jaehyuk memaki dalam hati. Sejak kebohongan yang Jeongwoo lakukan terhadap dirinya, Jaehyuk mulai berpikiran bahwa Jeongwoo adalah sosok yang tak segan-segan memanipulasi pikirannya untuk melakukan apa pun yang dia inginkan. Termasuk saat ini, pura-pura mengkhawatirkan dirinya padahal mungkin saja di balik wajah tampan itu menyimpan suatu rencana yang tidak ia ketahui.

Ah Sial, aku jadi terus mencurigainya

"Memikirkan apa ?"

Deg  !

Bisikan Jeongwoo kembali menyadarkan Jaehyuk dari pikiran-pikirannya tentang sang pria Park. Semakin menegang begitu ia rasakan napas hangat Jeongwoo menerpa ubun-ubunnya. Wajar karena Jeongwoo memang jauh lebih tinggi darinya.

Tiba-tiba saja, tangan Jeongwoo mencengkram pundak Jaehyuk. Mendekatkannya ke belakang. kepalanya turun dan bibirnya mengecup leher Jaehyuk dari samping dengan kecupan selembut bulu. Ringan namun panas dan sangat seduktif. Tubuh Jaehyuk bagaikan disetrum dari ujung kepala smapai ujung kaki.

"Aku menunggu di Sofa, kita makan di sana."gumam Jeongwoo pelan. Melangkah pergi meninggalkan Jaehyuk di dapur dengan nafas yang tengah berusaha kembali di atur.

Tak berselang lama dari perginya Jeongwoo, sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jaehyuk. Dan naasnya, ponsel Jaehyuk berada di ruang tengah. yang otomatis satu-satunya orang yang tengah berada dalam jarak dekat dengan ponsel Jaehyuk adalah Jeongwoo.

Melihat nama sekretaris Lee terpampang dalam layar kunci, Jeongwoo pun menggeser layar hijau. Ia pikir ia bisa memberitahu sekretaris Lee untuk menelpon lagi nanti saat Jaehyuk telah menyelesaikan masakannya. Tapi, belum juga Jeongwoo berucap, sosok disebrang itu telah mengucapkan sebuah hal yang berhasil memantik emosi seorang Park Jeongwoo. Membuat rahangnya mengeras dan gigi-gigi gerahamnya saling bergemelatuk.

Sajangnim, Direktur Park Hyunjin mengajak anda untuk bertemu di rumahnya sekaligus untuk makan malam bersama.

"Sialan, Park Jaehyuk. Kau berusaha bermain di belakangku."lirih Jeongwoo yang tak lagi memperdulikan panggilan-panggilan dari sosok di sebrang telepon.

Sajangnim....anda di sana ?

Sajangnim.....

Anda bisa mendengar suaraku, Sajangnim ?

Tut.

Panggilan dimatikan secara sengaja oleh Jeongwoo. Pria Park itu meletakkan kembali ponsel Jaehyuk kembali ke tempat semula. Lantas mendudukkan diri di tengah-tengah sofa. Menunggu Jaehyuk menyelesaikan masakannya sembari memikirkan hukuman apa yang pantas wanita cantik itu terima.

LITTLE SECRET || JEONGJAE GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang