Day 2 : Bully ?

96 5 0
                                    

***
Sion menapakkan kaki kedalam gerbang sekolah. Suasana hanya seperti biasa, Sion sudah terbiasa dengan cibiran 'pembunuh'. Sion sudah tak mempedulikannya, hanya fokus sekolah dan meraih apa yang dia inginkan, yaitu membuat Bubunya bangga untuk setiap keberhasilannya nanti.

"WOYY SION!!" Teriak Riku dari belakangnya.

"Napa ?" Tanya Sion berbalik arah.

"Jadi kan mainnya ? Pas ultah Lo" kata Riku.

"Selama ini gue ga rayain karena Daddy gue meninggal di hari yang sama, gue ga bisa Rik". Balasnya.

"Biar gue yang bicara sama Bubu". Kata Riku langsung pergi dari sana.

"RIKK" kata terakhir Sion lalu pergi ke kelasnya karena Riku sudah berlalu jauh dari pandangannya.

Sampai di kelas hanya Ryo yang menyapanya.

"Ayolah, kita juga perlu bersenang-senang Yon, bahkan ibu gue juga meninggal pas lahirin gue". Kata Ryo mendadak.

"Haha, dua orang pembunuh mau senang-senang di hari ultahnya. Bagus ya, ga inget ayah ibunya". Sahut siswa kelas itu.

"HEH ! MASIH PAGI NGAJAK GELUT LO ?!" Ryo membalas.

"Lah emang bener kan ?". Siswa itu memanasi Ryo.

"Ryo udah, dia kan ga salah juga". Sion berusaha melerai.

"TAPI DIA KETERLALUAN, SELAMA INI GUE UDAH NERIMA YE! TAPI HARI INI.."

BUGH!!

Ryo meninju pipi siswa itu hingga tersungkur. Siswa itu langsung bangkit dan.

BUGH!!

"AAKKHH!!"

Pembalasan siswa itu mengenai dada Sion karena melindungi Ryo. Sion terjatuh memegangi dadanya.

"Huh lemah" kata siswa itu.

"SION!!" Ryo berusaha membantu Sion untuk berdiri.

"LO YANG PERTAMA GUE TEROR KALAU SION GA SEMBUH!!" Ucap Ryo menunjuk siswa itu.

"Cuman ditonjok doang lemah". Sinis siswa itu.

"Oh,, jadi Lo mau rasain gimana jadi dia ? Sini jantung Lo buat dia!" Ryo mendekat sambil mengambil cutter di salah satu meja siswa ditujukan ke dada siswa itu.

"L-lo mau apa ?" Siswa itu takut.

"Setidaknya jantung Lo normal kan ? Udah bagus dong kalau mau gantiin jantung Sion yang lemah". Ryo tersenyum seram.

"J-jangan Ryo, m-maafin gue". Kata siswa itu.

"Maaf ? Setelah Lo buat Sion begitu ? Lo kira jantung lemah kalau kena tonjok bisa sembuh ? Yang ada lebih parah". Ryo masih marah padanya.

"Dan kalau sampai jantungnya ga berdetak lagi gue ga akan segan ambil jantung Lo ini". Telunjuk Ryo menyentuh dada siswa itu.

"Ryo.." panggil Sion.

Tolonglah! Wajah Sion sudah memucat, pagi yang seharusnya diawali dengan keceriaan kini Sion dan Ryo malah pergi kerumah sakit, tentu dengan bantuan para guru disana.

"Jadi kalian sering membully Sion?" Tanya Rose sebagai wali kelas mereka.

"Hanya karena ayahnya meninggal pas dia lahir ? Gimana perasaan kalian kalau di bully ? Dan penyakit Sion sudah terbilang parah kalian semakin memperparah keadaannya, gimana kalau kalian yang mengalami itu semua ? Sanggup ?" Sambung Rose dan siswa disana hanya menggeleng.

"Sekali lagi ibu dengar pembullyan ini ibu keluarin kalian dari sini. Paham ?" Ancam Rose pada beberapa siswa yang sering membully Sion.

Dirumah sakit Ryo menemui ayahnya selaku dokter di rumah sakit itu.

"Ayah tolong!! Sion!!" Ryo begitu masuk ke ruangannya dan ayahnya ada disana.

"Ada apa Ryo, Sion kenapa lagi ?" Tanya Guanlin yang memang selama ini menangani Sion.

"Dia kena tonjok lagi ayah, didadanya". Ucap Ryo.

"Astaga,, tadi dia gimana ?" Mereka berjalan menuju ruangan Sion.

"Seperti biasa, sudah memucat". Kata Ryo.

Sampai diruangan Sion di tangani dengan teliti oleh Guanlin. Beruntung masih bisa diselamatkan, beberapa penanganan itu selesai dengan Sion yang kembali bernafas dengan tenang.

"Jaga Sion lebih baik lagi ya nak, inget, dia sahabat kamu". Guanlin mengelus surai Ryo.

"Maaf ayah, Sion begini karena tadi lindungi Ryo". Kata Ryo sambil menunduk.

"Ga papa, lain kali hati-hati lagi ya, kasihan Sion". Sahut Guanlin.

"Tapi dia ga papa kan yah ?" Tanya Ryo takut.

"Kau lihat kan dia udah gapapa sekarang ? Tenang aja. Oh ya ultah kalian udah dekat, bantu ayah buat kejutan untuknya ya ? Kamu juga". Kata Guanlin.

"Baiklah, akan kutunggu". Ryo tersenyum manis atas penuturan Guanlin.

Guanlin meninggalkan mereka di ruangan itu untuk pekerjaannya yang lain.

Sorenya Sion pulang, tentu dengan diantar oleh Ryo. Sampai dirumah Sion kembali mematung mendapati Mark dan Jeno di ruang tamu dengan tatapan dingin.

"Bang.. kak.. sore.." sapanya.

"Darimana Lo ? Ngeluyur lagi ?" Jeno yang berucap.

"Dari rumah Ryo". Balasnya.

"Bisa ga sih pulang gausah telat ? Dasar pembunuh" Mark menyahut.

"Bang, Kak, Sion salah apa ? bukan cuma temen sekolah tapi abang sama kakak bully Sion juga. Sion harus apa biar abang sama kakak sayang pada Sion ?" Sion menunduk didepan mereka.

"Pergi!" Sion terkejut atas perkataan Jeno.

Sementara Mark hanya diam menatap Sion dengan raut wajah yang sulit diekspresikan.

"Baiklah". Balas Sion lalu pergi ke kamarnya.

Selang beberapa waktu Sion kembali keluar menarik kopernya.

"Sion pamit, Sion akan jelasin ke Bubu, tenang aja Bubu ga akan marah". Kata Sion dan berlalu pergi dari rumah itu.

"Lo yakin dia akan baik-baik saja ?" Tanya Mark.

"Gue capek bang, Sion harus bisa jaga diri sendiri mulai sekarang". Kata Jeno.

"Dia memang anak terakhir, ga seharusnya dimanja begitu". Sambung Jeno dan Mark hanya setuju.

Kini Sion berada dirumahnya sendiri yang telah dia siapkan sejak lama ketika kedua kakaknya mulai membullynya.

"Setidaknya bisa tenang disini. Oh ya, Bubu".

Sion mengirim pesan pada Taeyong agar tak khawatir padanya.

"Oke, selesai"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke, selesai".

Sion merasa bersalah karena membohongi Taeyong, tapi ini juga kebaikan para kakaknya dan tak ingin menimbulkan keributan antar mereka.

***
Day 2, end.

30 Days || OH SION (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang