Day 10 : perasaan

53 3 0
                                    

***
Seperti biasa hari libur sekolah Ryo dan Sion berada di rumah Sion. Bukan karena apa ya memang Ryo juga sendiri dirumah mending main ke rumah Sion, kalau Guanlin ada tugas malam Ryo lebih baik nginap di rumah Sion.

Mereka belum berangkat ke cafe, dengan kata lain Sion masih bersiap sementara Ryo menunggu. Ryo terus kepikiran ayahnya Yushi yang mendadak menjodohkan Yushi dengan Sion.

"Gue ga ada kesempatan ?" Batin Ryo

Ryo tersentak kaget ketika Sion menepuk pundaknya.

"Kenapa ? Kek mikirin sesuatu gitu". Sion yang bertanya.

"Hanya kepikiran Lo yang tetiba dijodohin sama Yushi. Tu orang tua ga nanyain perasaan dulu atau gimana kek main nyeplos aja". Sion terkejut penuturan Ryo yang kesal itu.

"Kan papanya, Lo ga boleh gitu, om Lucas punya hak untuk itu".  Ujarnya.

"Tapi kan belum tentu Yushi punya perasaan sama Lo". Tolak Ryo.

"Kalau itu sih kan bisa di coba dulu". Ucap Sion.

"Yon?" Batin Ryo dalam diamnya menatap Sion tak percaya dengan katanya.

"Lo suka sama Yushi ? Perasaan gue cuma bertepuk sebelah tangan ya ?". Batinnya lagi masih menatap Sion.

"Kenapa ? Dari tatapan Lo, Lo suka sama gue ?" Sion ke intinya.

"Ee.. eng-ga.. apa sih Lo" mendadak Ryo memalingkan wajahnya dengan gugup.

"Jangan bohong Ryo, gue tau Lo ga mungkin ga ada perasaan selama ini, dan gue makasih banget Lo temani gue dengan setulus hati Lo". Ucap Sion.

Ryo mematung memikirkan apa yang Sion katakan. Memang benar Ryo memiliki rasa itu, tapi persahabatannya dia lebih utamakan.

"Ryo tolong jujur, Lo sayang sama gue sebagai apa ? Lo khawatir sama gue lebih dari itu kan ?" Sion memegang kedua bahu Ryo.

"Gue..". Ryo masih belum bisa.

"Katakan". Pinta Sion.

"Gue tau ini bakal canggung, makanya gue ga ungkapin Yon, bener gue suka sama Lo, gue sayang dan khawatir sama Lo lebih dari itu Yon, tapi gue bisa apa ? Lo ada buat gue aja gue udah bersyukur, Lo yang buat hari gue berwarna Yon, Lo satu-satunya orang yang ga ngebully gue selama ini. Adanya Lo ditambah Yushi dan Riku, udah cukup buat gue. Dan gue mikir, gue lebih baik pendam perasaan gue agar bisa sama Lo sampai kapanpun. Gue ga mau Lo ngejauh dari gue karena gue suka sama Lo. Gue ga bisa jauh dari Lo Yon, ayah juga ngerti itu". Panjang lebar Ryo mengungkapkan perasaannya membuat Sion terdiam.

Sion melepas pegangannya dan masih berdiri di hadapan Ryo yang kini menunduk.

"Maaf Yon, gue ga bisa larang perasaan gue". Sekali lagi Ryo berucap.

Bukannya marah beralih Sion tersenyum. Mengejutkan Ryo karena mendadak Sion memeluknya. Membawa Ryo dalam dekapannya dan menenangkannya. Detak jantung itu terdengar normal di telinga Ryo.

"Jangan melemah ya jantung, pertama kalinya gue denger Lo berdetak sedekat ini". Ucap Ryo.

"Makasih Ryo, makasih". Sahut Sion.

Ryo masih terdiam melepas pelukan itu untuk menatap Sion.

"Makasih udah ungkapin perasaan Lo, setidaknya perasaan gue juga ga gantung sepihak". Sambungnya.

"Maksud ?" Ryo memberanikan diri menatap orang didepannya itu.

"Lo yang bantu gue bangkit, Lo ya selalu nyelametin hidup gue, Lo yang balas mereka ketika gue dibully, Lo kembali buat gue melangkah. Dan Lo yang ada di hati gue sejak kita tahu masalah kita sama. Gue berharap bisa terus sama Lo Ryo, ngungkapin perasaan ga bikin canggung kok, yang ada perasaan Lo gue balas. Gue juga sayang sama Lo lebih dari sahabat. Jadi, sekarang Lo milik gue, mau ?" Tanya Sion yang kini tangannya memegang pipi kiri Ryo.

"Lo beneran ? Gue ga mimpi ?" Ryo masih ragu.

"Darimana ini mimpi hm ?" Sion mencubit pipi Ryo.

"Sakit weh". Ringis Ryo.

"See, bukan mimpi". Balas Sion.

Ryo berhambur ke pelukan Sion kembali mendekatkan telinga ke dada Sion.

"Makasih Ryo, gue tau Lo mendem ini, gue cuma pengen Lo yang bicara sendiri". Kata Sion mengelus surai Ryo.

"Makasih juga udah terima dan jawab perasaan gue. Gue sayang sama Lo". Balas Ryo.

"Gue juga sayang sama lo". Sambung Sion.

Suasana siang itu membuat Ryo lebih bersemangat untuk bekerja, apalagi bersama orang yang kini berstatus miliknya itu selalu tersenyum ketika melihatnya.

Disisi lain Riku dan Yushi berada di sebuah mall dengan alasan bermain. Bahkan mereka tak menghiraukan waktu. Mereka pikir setelah ini mereka dilanda perang sama soal yang begitu serius.

"Yushi Lo ga capek". Tanya Riku.

"Lo udah capek ? Kita cari makan aja lalu pulang, Lo tau kan Senin nanti kita semesteran, mending belajar" balasnya.

Riku hanya menurut. Selesai makan pun mereka pulang kerumah Yushi karena Yushi yang meminta. Mengambil buku dan belajar bersama Riku. Sejenak Riku memikirkan sesuatu.

"Yushi, Lo mau dijodohin sama Sion ?" Tanyanya.

"Ha ? Engga lah, bukan tanpa alasan kan gue udah bilang ada yang gue suka". Balas Yushi.

"Siapa ?" Riku serius.

"Harus gue jawab ? Gue malesnya ga dijawab balik sih". Ujarnya.

"Ga mesti, barangkali dia suka juga sama Lo". Tatapan Riku sedikit kecewa.

Riku berfikir Yushi menyukai orang lain bukan dirinya.

"Haha tatapan Lo lucu. Iya, gue sukanya sama Lo, sorry ya kalau jadi canggung, gatau kenapa gue bisa suka sama Lo".

Riku melotot tak percaya. Dugaannya selama ini salah. Dia pikir ada yang lain di hati Yushi ternyata tidak.

"Lo beneran ?" Riku meyakinkan.

"Hum ! Gue juga tau dari tatapan Lo pas papa jodohin gue, Lo ga seneng kan ? Karena Lo juga suka gue ?". Yushi memancing.

"Lo tau itu. Sekarang mau Lo apa ?" Riku bertanya.

"Gue mau seumur hidup sama Lo". Ucap Yushi.

"Makasih, sini peluk!" Ajak Riku merentangkan tangannya.

Yushi berhambur ke pelukannya dengan senyum lebar miliknya.

"Makasih Rik, perasaan itu nyata sekarang". Tanpa membalas Riku mencium puncak kepala Yushi.

"Kita jalan bersama ya, belajar dan berjuang bersama". Yushi mengangguk untuk ucapan itu.

Mereka lanjut belajar dengan serius menyambut semesteran. Meski diselingi bercanda mereka tetap fokus ke belajarnya. Adegan itu disaksikan oleh Lucas yang ingin pergi namun berhenti ketika mendengar perkataan dua remaja itu.

***
Day 10, end!

30 Days || OH SION (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang