Day 12 : semesteran pertama

44 1 0
                                    

***
Pagi itu Ryo dan Sion bersiap serta sarapan. Menyiapkan diri menghadapi soal semesteran yang lebih serius untuk dikerjakan dibanding pelajaran harian.

"Ryo udah siap ?" Tanya Sion ketika mereka mengambil buku di kamar.

"Hum! Bentar lagi". Jawab Ryo.

"Jangan lupa berdoa juga ya" Sion mengusap lembut kepala Ryo.

"Baiklah". Balas Ryo sambil tersenyum.

Mereka membereskan buku dan tas bersiap untuk berangkat. Kali ini bukan jalan kaki, Ryo mengajak Sion untuk mobilan agar lebih aman menurutnya. Mereka ke rumah Ryo dulu untuk mengambil mobilnya.

"Ryo apapun hasilnya kita harus tetap bersyukur ya, kamu ngga boleh sedih" ucap Sion menghadapkan Ryo pada dirinya.

"Aku tau kok, tapi bunda.." Ryo menunduk.

Segera Sion mengangkat dagu Ryo agar kembali menatapnya.

"Dengerin aku, bunda akan selalu bangga dengan semua usahamu, bunda disana selalu melihatmu, bunda juga menjagamu dan mendukungmu. Percayalah padaku bunda ngga akan kecewa apapun hasilnya. Kau hebat selama ini sudah berusaha sebaik mungkin sayang, jangan pesimis ya". Paragraf Sion berhasil membuat Ryo tersenyum dan terharu.

"Kok paragraf ? " -Sion.

"Serah gue dong, Lo nurut aja deh" -author.

"Iya in biar seneng" -Sion.

"Malah ribut !" -Ryo.

"Hehe sorry" -author.

Ryo langsung berhambur ke pelukan Sion.

"Makasih Sion, kau sendiri tolong kuatlah, kita sama-sama saling genggam ya, aku ga mau berjuang sendiri kau harus selalu disini bersamaku". Sion tersenyum mengelus kepala Ryo.

"Aku disini sayang, aku disini untukmu". Sion mengecup kepala Ryo dan merambat ke dahinya.

"Sudah, ayo lanjut perjalanan, kamu harus goodmood yaa, kalau badmood nanti soalnya susah". Kata Sion ketika tangan kirinya menggenggam tangan Ryo sementara tangan kanannya menyetir.

"Kamu lupa sesuatu ?" Tanya Ryo menatap Sion.

"Hum ? Kayaknya engga deh" balas Sion yang masih loading.

Ryo terdiam menunggu untuk sampai di sekolah. Selang beberapa menit mereka sampai dan memarkirkan mobil itu. Sion ingin langsung keluar tapi Ryo menahannya.

"Kenapa hm ?" Sion tak mengerti.

"Mau cium dulu, biar soalnya jadi mudah". Ryo memanyunkan bibirnya sedikit menunduk.

"Oalah itu yang kamu bilang tadi ?" Ryo mengangguk sebagai balasannya.

Cup!

Bukan di bibir melainkan dipipi Ryo.

"Kok di pipi ?" Tanya Ryo.

"Maunya dimana sayang ?" Sion menanti jawaban.

"Eum.. sini" telunjuk kiri Ryo menempel ke bibirnya.

"Baiklah sini". Sion mendekatkan diri pada Ryo lalu mengecup bibir Ryo.

"Sudah kan ? Ayo turun, keburu masuk" ajak Sion.

Mereka keluar barengan meski disaksikan siswa lain mereka terlihat biasa aja. Karena para siswa memang tau kedekatan mereka, padahal faktanya mereka tak tau kalau Ryo dan Sion sudah berpacaran.

"SION ! RYO !" Yushi yang memanggil.

Yushi menghampiri mereka seraya mengandeng tangan Riku.

"Yushi ? Lo.. ?" Ryo bertanya.

"Eum.. hehe, 2 hari yang lalu Riku nembak gue". Kata Yushi.

"Gue suka sama Yushi, daripada Sion ambil mending gue yang gercep". Sambung Riku.

"Oh, hahaha". Tawa kecil Sion sambil tangannya juga menggandeng tangan Ryo.

Hal itu dapat dilihat dengan jelas oleh Riku dan Yushi. Lebih mengejutkan lagi yang membuat mereka melotot adalah tangan Ryo terangkat sampai ke bibir Sion, dengan kata lain Sion mengecup tangan Ryo.

"Kalian paham ?". Ryo sedikit sombong.

"Gue sukanya sama Ryo bukan Yushi, dan perkataan om Lucas hati gue udah nolak kok, gue juga tau tatapan Lo Rik kalau sebenernya Lo suka sama Yushi". Sambung Sion.

"Lo beneran Yon ?". Yushi sedikit tak percaya.

"Sejak SMP gue sukanya Ryo, gue ketemu kalian kan pas SMA ternyata Ryo juga mendem rasa yang sama. Yaudah gue jadian sama dia, lagipula ini memang keinginan gue dan Ryo, ga ada paksaan memang nama Ryo udah tersangkut di hati gue. Maaf ya Yushi, gue ga bisa kalau dijodohin sama Lo". Lanjut Sion.

"Gue juga ga berharap kali, mama malah dukung gue sama Riku, pokoknya gue juga ga mau ada perjodohan paksa tentang gue". Balas Yushi.

"Udah ayo ke kelas, mau mulai tuh ujiannya". Ajak Ryo.

Genggaman mereka masih ada namun di sembunyikan diantara kaki mereka.

"Ekhem!!" Seseorang datang menengahi mereka dari belakang.

Mereka pun berbalik dan..

"Jaehee!!" Kaget mereka.

Jaehee memang satu sekolah bahkan seangkatan, namun selama sebulan itu Jaehee absen karena harus ikut ortunya ke luar negeri urusan bisnis, mau tak mau Jaehee harus daring.

"Udah pada official nih ceritanya ? Perasaan kalian ngga digantung doang ya, ga kaya gue". Ucap Jaehee dengan senyum pahitnya.

"Ayolah, makanya confess, tu si Minjae bakal ilang kalau ga ada confess elahh". Balas Riku.

"Gue juga suka kok sama Lo" dari belakang Jaehee, Minjae berkata.

"Hah ?" Jaehee berbalik menatap Minjae.

"Gue juga suka sama Lo, Sion cerita semuanya, jangan sendiri lagi ya, sekarang ayo melangkah bersamaku". Minjae mengulurkan tangan meminta agar Jaehee membalasnya.

"Lo ga bohong ?" Jaehee meminta pernyataan.

"Engga, sejak Sion cerita lama-lama aku juga suka sama kamu, sekarang jadi milikku hm ?" Kembali Minjae mengajaknya.

Jaehee hanya mengangguk tersenyum manis didepan Minjae.

"Makasih, manis banget". Senyum Minjae sambil mengusap kepala Jaehee.

"Ihh Minjae, gue udah sisiran" protes Jaehee.

"Haha iya maaf, jangan pake Lo-gue lagi, aku-kamu, mengerti ?" Minjae mencolek hidung Jaehee.

"Eum.. maaf hehe". Cengir Jaehee.

"Yakkk kita udah lengkap nihh" seru Yushi.

"Sayang.. jangan keras-keras". Riku memperingatkan.

"Maaf hehe". Balasnya.

"Udah, ayo masuk, hari pertama semesteran semangat ya". Mereka saling menyemangati untuk hari pertama itu.

Mereka mengerjakannya dengan sangat baik bahkan begitu teliti. Tanpa ada berisik sekalipun mereka hanya fokus ke soal didepan mereka.

Karena penuturan Sion kini Ryo bisa begitu fokus mengerikannya dengan optimis. Tak lupa dia juga mengucap doa sebelum memulainya.

***
Day 12, end

30 Days || OH SION (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang