***
Sion tak selemah kemarin tapi untuk bangun dia masih tidak bisa. Selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan apapun. Pagi itu Taeyong datang lagi untuk menjenguk putranya."Pagi Sion,, Gimana hari ini ? Udah mendingan ?" Tanya Taeyong meletakkan bungkusan kecil di nakas sampingnya.
"Udah lebih baik Bubu, makasih karena jaga Sion kemarin" tak bohong Sion tersenyum pada bubu yang dia rindukan juga itu.
"Cepat sembuh ya nak, dan pulanglah ke rumah". Pinta Taeyong.
"Maaf, tapi kakak sama abang.. Sion tak akan pulang kalau bukan mereka yang menjemput. Sion bukan manja, Sion hanya ingin disayang mereka juga". Balasnya membuat Taeyong terharu.
"Sion tak mau paksaan Bu, biarkan mereka untuk sementara, bubu bisa tanya Ryo dimana Sion tinggal. Maaf karena Sion berbohong soal Riku". Sambung Sion.
"Tak apa, kalau kau lebih bahagia jalani hidupmu sayang, bubu yakin kamu bisa membuat mereka memandangmu". Ucap Taeyong sambil mengelus kepala Sion.
"Makasih bubu, bubu yang terbaik untuk Sion". Sion mengambil tangan Taeyong dan menciumnya.
"Udah ya, pokoknya cepat sembuh, masa iya muka kamu pucat gini ga jadi ganteng kaya daddy dong". Canda Taeyong.
"Daddy,, hum ! Sion akan berusaha demi bubu bahagia". Balasnya.
Setelah obrolan itu masuklah Guanlin untuk melihat perkembangan kesehatannya. Ajaib. Kekuatan tubuhnya kembali. Sion mulai bisa duduk dan mengobrol banyak.
"Gimana keadaanmu Sion ? Apa masih sakit seperti kemarin ?" Tanya Guanlin memastikan.
"Tidak om, sudah lebih baik sekarang, apa Sion boleh pulang ?" Tanya Sion balik.
"Boleh, tapi jangan terlalu lelah dulu ya, untuk sehari dua hari kamu full istirahat dulu, sekolahnya juga pending aja seminggu biar Ryo yang bantu ngizinin". Ucap Guanlin.
"Makasih om, Sion malah ngerepotin keluarga om". Sion tertunduk sedikit malu.
"Tak apa, kalian sama, kamu sahabat yang buat Ryo bisa kembali ceria Sion, makasih ya, dulu anak om satu-satunya itu cuma murung terus karena di bully ngga punya bunda, tapi adanya kamu dia lebih sering terbuka sama om. Kamu yang mengubahnya" jujur Guanlin memang memantau semua perkembangan Ryo.
Bundanya, Renjun. Bukan dia ga mau memantau tapi juga ada hal lain yang dirinya ga bisa tolak sebagai fakta.
"Eum,, aunty Renjun.." lirih Sion.
"Sama seperti daddymu, bedanya Daddy kamu kecelakaan sedangkan Renjun yang melahirkan, staminanya turun drastis membuatnya sulit bertahan karena kelahiran Ryo juga prematur, itu terjadi disebabkan Renjun jatuh dari tangga tanpa pengawasanku". Guanlin sedikit menunjukkan wajah sedih ketika bercerita.
"Tapi tak apa, Tuhan selalu ada cara lain buat kita bahagia". Sambungnya.
"Om benar, makasih om udah ngerawat Sion sampai sekarang". Sahut Sion.
"Hum ! Berjanjilah untuk kuat ya, kalau kamu bisa kuat sampai ultahmu nanti om kasih hadiah". Bujuk Guanlin.
"Om, Sion udah gede, mau 17 tahun loh". Tolaknya.
"Ngga cuma kamu, Ryo juga, hadiahnya udah siap kok, cuma tinggal nunggu waktunya aja". Guanlin tersenyum membuat Sion ikut tersenyum.
"Apa yang kau katakan Alin, putra kita udah besar". Taeyong menyambung.
"Kau juga akan terkejut Taeyong, karena ini hadiah paling besar dan sangat berarti bagi mereka, mungkin bagimu juga. Hahaha,, malah aku yang ga sabar nunggu". Tawa kecil Guanlin menghiasi ruangan itu.
"Baiklah, Sion janji akan jaga diri sampai hari itu tiba". Guanlin dan Taeyong mengangguk tersenyum.
Didepan ruangan itu dia pasang mata juga memantau tanpa sepengetahuan mereka. Dua pasang mata itu mendengar semua obrolan mereka melalui panggilan yang terhubung dengan ponsel Guanlin.
"Bertahanlah Sion, yakinlah kamu bisa melewati semua" ucap pemilik sepasang mata.
"Ya.. kita hanya perlu memantaunya" ucap satunya lagi.
Merasa puas mereka pergi. Guanlin mendapat pesan bahwa mereka sudah pergi, tak lupa juga berterima kasih karena selalu memberi kabar tentang Sion.
Jam menunjukkan pukul 1 disana. Sion sendirian karena Taeyong harus ke kantor mengurus suatu masalah. Meski ada Jeno tapi Taeyong tak melepasnya begitu saja. Taeyong tetap mengawasi kantor peninggalan suaminya itu.
Sion mulai bosan, setidaknya ada ponsel yang menemaninya kali ini. Belum juga masuk ke game pintu terbuka. 4 orang datang menemuinya tentu setelah dapat izin dari dokter. Harusnya ga dapat sih, tapi karena Ryo yang begitu kekeuh pengen ketemu Sion ayahnya pun hanya bisa mengalah.
"Sion gimana kabarmu ? Mama dengar kamu sakit lagi, kalau gitu ga usah sering kerja berat ya, mama takut kamu begini lagi". Ucap mama Yushi ketika masuk ruangan itu.
"Ma, Sion ga papa, kalau hanya buat kopi, nganter ke pelanggan Sion masih bisa, jangan manjain Sion ya, nanti Yushi cemburu". Sion menatap Yushi dengan santai dan tertawa kecil.
"Untung sahabat". Balasnya singkat.
"Oh ya, Lo kok bisa gini lagi Yon ? Kali ini apa masalahnya ?" Riku bertanya padanya.
"Sakuya tuh, kalau gue ga ada Sion mungkin udah.." Ryo menghentikan kalimatnya.
"Gapapa udah, jangan dibahas. Kalian ga ada tugas kok sempet kesini ?" Sion merubah topik.
"Ya ini kita mau ajak Lo belajar. Lo ketinggalan beberapa materi, sementara semesteran tu minggu besok". Kata Yushi.
"Iya juga hehe" Sion nyengir tak bersalah.
Mereka belajar bareng dengan tenang dibawah pantauan mama Yushi. Selang 2 jam Taeyong kembali membawa beberapa makanan untuk putranya itu. Terkejut Taeyong ketika melihat..
"Loh ? Jungwoo ?" Taeyong langsung menyapanya.
"Hehe, iya Tae, aku". Balasnya.
"Kalian sehat ?" Tanya Taeyong.
"Iya, sangat sehat". Jawab Jungwoo.
"Jadi Yushi anakmu ? Lama banget kita ga ketemu, ketemu nya ga ada Yushi waktu itu". Senyum Taeyong melebar.
"Iya karena sibuknya Lucas ga bisa di pending kita disini aja cuma berdua, Lucas pulang paling sebulan sekali". Ucapnya.
"Kok Tante bisa tau ?" Tanya Yushi menyambung.
"Ya kan kalau Ryo anak si Alin sama Renjun, sementara Riku anaknya Kun dan Yangyang". Jawab Taeyong bersemangat.
"Riku, gimana Yangyang ? Dia juga baik ?" Kini Taeyong beralih ke Riku.
"Baik Tante, buna sama ayah baik kok, buna sibuk di TK ngajar anak-anak dan ayah fokus kantor". Katanya sedikit tersenyum.
"Itu pun untuk kamu Riku". Taeyong mengusap kepala Riku.
"Hehe iya tan". Balasnya.
Selang beberapa menit datang juga dua orang tanpa ekspresi.
"Bang.. kak.." lirih Sion.
"Cepet sembuh". Ucap Jeno.
"Get well soon". Ucap Mark.
Canggung yang dirasakan Sion dia hanya bisa mengangguk sedikit tersenyum. Meski begitu setidaknya dalam hati Sion senang karena kedua kakaknya masih mau melihatnya. Dan Sion yakin seberapa bencinya mereka tak akan sebentar itu padanya. Sion berharap suatu saat dia merasakan pelukan kedua kakaknya itu.
***
Day 7, end.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days || OH SION (☑️)
Short StoryOh Sion. Ralat ! Jung Sion adalah anak terakhir di keluarga Jung. Tapi,, "Bang, Kak, Sion salah apa ? bukan cuma temen sekolah tapi Abang sama kakak bully Sion juga. Sion harus apa biar Abang sama kakak sayang pada Sion ?" -Sion "Pergi!" -Kakak kedu...