Day 6 : rumah sakit

107 7 0
                                    

***
Mark dan Jeno merasa aneh pada Taeyong. Pasalnya Taeyong selalu tersenyum menyambut mereka pagi hari dengan menyiapkan sarapan. Namun kali ini tidak. Bahkan Taeyong tak terlihat di mata mereka.

"Bubu kemana bang ?" Jeno yang bertanya.

"Gue ga tau, dikamarnya juga ga ada. Bukannya Lo sekantor ?" Mark ganti pertanyaan.

"Iya sih, tapi kemarin pagi juga ga kekantor bang, ada yang bilang mendadak bubu ditelpon dan pergi gitu aja". Jujurnya.

Selang beberapa waktu pas mereka sarapan Taeyong datang dengan pakaian masih sama seperti kemarin.

"Bagus ya kalian sarapan disini sementara adik kalian terbaring lemah di ICU". Ucap Taeyong.

"Apa ?" Mereka tampak terkejut.

"Sepupu kesayanganmu itu Jen, kalau ga ada Ryo mungkin Sion mati". Marah Taeyong.

"Bu tolong jelasin baik-baik pada kami" pinta Mark.

"Sakuya berusaha celakai Sion. Kalian tau alasannya apa ? Sepele. Cuma karena kalian putus sama kekasih kalian apa yang kalian ceritakan padanya hah ? Kemarin kalau bubu ga datang mungkin dadanya juga dirobek sama Ryo". Jelasnya.

"Kok ?" Jeno terdiam merenung.

"Dahlah, bubu mau temani Sion dan buat kalian terserah mau lakuin apa". Taeyong pergi dari hadapan mereka.

"Apa maksudnya Jen ? Lo cerita ke Sakuya ?" Tanya Mark.

"Sakuya ga sengaja liat gue sama Jaemin di taman. Sakuya kepo terpaksa gue cerita semuanya". Jawabnya.

"Lo bisa ga sih ga tolol ? Gue memang marah karena Daddy mati tapi gue masih punya hati meski ga secara jelas sayang pada Sion tapi Lo ?" Mark menunjuk Jeno.

"Bang gue cuma mau dia mandiri, gue ga mau dia jadi manja dengan alasan anak terakhir. Tapi gue juga ga espect jadinya begini". Pengakuan Jeno membuat Mark menyilangkan tangan dibawah dadanya.

"Terus kita harus apa ?" Mark bertanya.

"Ga tau bang". Jawabnya singkat.

Taeyong kembali keluar rumah tanpa kata meninggalkan kedua putranya itu.

Dirumah sakit Sion masih tak membuka mata. Suara monitor sesuai detak jantungnya yang lemah. Pagi itu Taeyong kembali berada disampingnya meski sebentar karena jadwal jenguk tak selama itu.

"Sion.. kamu bertahan ya, bubu bakal cari pendonor organ untukmu". Taeyong mengelus kepala Sion dengan lembut.

"Apa kamu ngga mau sembuh hm ? Maafin bubu yang lalai menjaga kamu". Air mata Taeyong membendung ingin menetes.

Satu tangannya menggenggam tangan Sion Yang tak terkena jarum infus.

"Bubu kangen dipeluk kamu nak, bubu sudah jarang banget peluk kamu karena kamu malu keluar kamar setelah dibully kan ? Apa gunanya bubu disamping kamu ? Ada bubu sayang, ada bubu". Taeyong menunduk. Air matanya menetes tanpa diminta.

"Bubu tau ini berat tapi ayo berjuang anak bubu, kembali ke pelukan bubu". Pintanya.

Sekilas genggamannya di balas. Taeyong merasakan pergerakan Sion yang singkat itu.

"Kamu bangun ? Ayo bangun Sion, tatap bubu". Taeyong berusaha membuatnya terbangun meski tak mudah.

Benar saja mata Sion perlahan terbuka.

"Bubu.." lirih pelan Sion.

"Iya, bubu disini, masih merasa sakit ? Bubu panggilkan dokter ya".

Taeyong hampir berdiri namun genggaman Sion semakin kuat dan kepalanya menggeleng.

"Ngga Bu, ngga perlu, Sion ingin pulang". Ucapnya dengan nada lemah.

"Kamu masih harus dirawat nak". Tolak Taeyong.

"Ngga mau Bu, Sion mau pulang kerumah Sion". Pintanya hanya dibalas anggukan kecil dari Taeyong.

Muka pucat itu seperti Jaehyun ketika sakit. Terlihat jelas di mata Taeyong, rengekan yang sama dan wajah yang mirip. Jujur Taeyong masing sakit hati atas kepergian suaminya namun dia bisa apa, Tuhan memberikan duplikatnya untuk dia jaga sekarang.

"Sion harus sembuh dulu ya biar bisa pulang ?" Taeyong menyemangati putranya itu.

"Bubu,, maafin Sion,, Sion cuma jadi beban bubu,, Sion ngga janji bisa sembuh bubu,, tapi Sion akan terus disamping bubu.." kalimat itu kembali membuat Taeyong menangis.

"Ngga Sion. Bubu akan usaha cari pengganti organ kamu yang rusak". Katanya.

"Bubu,, Sion juga rindu daddy". Lirihnya dengan muka datar.

"Jangan sesekali tinggalin bubu sayang, kamu hidup bubu". Sambung Taeyong lagi.

"Tolong jaga kak Jeno. Dia juga menderita asam lambung akut Bu, sudah parah. Cuma bang Mark yang sehat. Jangan buat kak Jeno telat makan.. auhh..sshhtt.." kembali Sion memegang perut sebelah kirinya.

"Sakit ya ? Bubu panggil om Alin dulu".

Taeyong memanggil Guanlin dan memeriksa Sion. Guanlin memberi tahu Taeyong agar terus menjaganya dan tak melakukan hal berat. Guanlin tak tega memberi tahu mereka bahwa hatinya semakin parah. Guanlin pun berharap keajaiban datang pada anak malang itu.

Sorenya Ryo menemui Guanlin di ruangannya.

"Ayah, gimana Sion ?" Sapa Ryo sambil bertanya.

"Sekarang dia tidur, ayah ga tau sampai kapan dia bertahan Ryo, penyakitnya.. kita harus cari pengganti jantung dan hatinya itu". Jelasnya.

"Ayah ga bisa lakuin apapun lagi ?" Tanya Ryo sedih.

"Maaf Ryo, ayah hanya bisa bantu segitu, dan satu-satunya yang bisa selamatin Sion hanya donor organ". Jawabnya.

Disisi lain Mark dan Jeno menatap sayu ke arah Sion yang terbaring di dalam ruangan itu. Mereka melihat gimana lemahnya tubuh itu. Tertidur dengan muka pucat yang tak pernah mereka bayangkan.

"Lo anak baik Sion, bertahan dan sembuhlah". Gumam Jeno sedangkan Mark diam dengan harapan bisa melihat adiknya beraktivitas lagi nanti.

"Maafin kakak Yon". Sambung Jeno.

"Maafin abang" sahut Mark.

"Buat apa kalian kemari ? Ga puas lihat Sion begitu hah ?" Suara Ryo dari belakang mereka terdengar jelas.

"Ryo.." Guanlin menenangkannya.

"Mereka alasan Sion seperti ini ayah. Untung aja Sion milih pergi dan tinggal disana, kalau ngga mungkin dia sudah mati". Ucapan Ryo bak petir dalam hati Mark dan Jeno.

Faktanya memang mereka selalu menekan batin dan main fisik pada adik terakhirnya itu.

"Apa saya boleh jenguk dia ?" Tanya Mark.

"Saat ini tidak, Taeyong baru saja keluar biarkan dia istirahat dulu". Guanlin menjawab.

"Saya mohon om" Jeno menyambung.

"Ga usah ! Yang ada kakak akan semakin buat dia sakit. Sekali saja Ryo lihat kalian masuk Ryo ga segan belah tubuh dan ambil organ kalian yang dibutuhkan Sion". Ancam Ryo.

"Jangan gitu, mereka kakak kandung Sion dek". Guanlin menepuk pundaknya.

"Kakak kandung ? Kakak mana yang bully adiknya sendiri ayah ? Mendingan Sion jadi kakakku" Guanlin hanya menggelengkan kepala atas perkataan anaknya itu.

"Permisi, saya akan memeriksa perkembangannya". Guanlin masuk ke dalam dan memeriksa tubuh Sion.

"Kalian lihat ? Bahkan disekolah dia dapat pukulan yang sama seperti yang Lo lakuin kak Jeno ! Ditambah Sakuya dan perkataan kalian yang menyayat hatinya. Berikan saja padaku, aku bisa lebih membuatnya bahagia daripada kalian". Kata Ryo kesal pada mereka.

Dua orang itu hanya bisa menunduk malu. Faktanya memang mereka menyakiti Sion selama ini meski tanpa sepengetahuan Taeyong.

***
Day 6, end

30 Days || OH SION (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang